28 Desember 2013

Rute Kolonial : Jalur Rel Bogor-Sukabumi

Tahun 1882 pemerintah Kolonial membangun jalur kereta api yang menghubungkan Bogor-Cianjur-Sukabumi dan Bandung untuk mengangkut hasil bumi yang seperti teh dan kopi yang tumbuh subur sepanjang jalur tersebut.  Tidak itu saja penduduk eropa pun mulai berdatangan dari Batavia ke Sukabumi.

Banyak perkebunan teh dan kopi yang membutuhkan akses cepat dan terukur untuk memastikan hasil panennya terangkut dengan lancar.  Itu dapat dipenuhi oleh lokomotif uap yang dapat melaju dengan kecepatan 30 km/jam.  Daerah Cigombong, Cicurug, Parungkuda dan Cibadak merupakan pos-pos pengumpul hasil bumi

Tak pelak jalur kereta Bogor-Sukabumi-Cianjur-Bandung dan Batavia-Bandung via Purwakarta pernah menjadi jalur tersibuk dan juga termodern di jaman itu.  Ditambah dengan wacana pemindahan ibu kota dari Batavia ke Bandung membuat pembangunan infrastruktur dikebut habis-habisan.

Sekarang jaman kolonialisme telah berlalu, jalur-jalur yang dulu sibuk dan semarak kini terbengkalai.  Kita lupa bahwa infrastruktur jaman kolonial itu sebenarnya adalah jawaban dari kemacetan yag kian parah.  

18 Desember 2013

Saat Soekarno diangkat ke layar perak

"Jadi Inggit itu istri kedua?"

gambar dari kapanlagi.com

Saya menghentikan loncatan jari-jari di atas tuts sebelum menoleh ke empunya suara. Sekitar 6 pasang mata segera menyambut tatapan saya, muka-muka ingin tahu. 

Dengan segera saya mengangguk,

"Ya Inggit memang istri kedua Soekarno.  Istri pertamanya adalah Utari, anak Cokroaminoto. Itu tuh, bapak yang berkumis baplang, yang pas di film sedang berpidato di podium waktu Soekarno masih muda." 

Masyumi : Catatan Perjalanan Demokrasi



22 Juli 1960, Mendung menggantung di wajah Prawoto Mangkusasmito, ketua Masyumi.

Tak mungkin berkelit lagi dari badai seperti yang telah dilakukan selama ini dengan susah payah.  Soekarno yang sejak lama menahan geram menemukan alasan bagus untuk mengubur oposisi yang dari dulu menjadi duri dalam daging dalam pemerintahannya.

Terutama dengan partai Masyumi yang kerap bersilang pendapat dengannya.  Diawali dengan perdebatan tentang azas negara 15 tahun yang lalu.  Masyumi terpaksa menelan pil pahit kekalahan dari kelompok nasionalis sekuler.  Kekecewaan yang membuat beberapa pemimpinnya gelap mata dan mengangkat senjata melalui Darul Islam dan gerakan PRRI.

Sungguhpun sikap resmi yang dikeluarkan oleh Masyumi adalah mereka tidak mendukung pemberontakan, namun Soekarno dapat mencium simpati di belakang pernyataan resmi itu.

07 Desember 2013

SEREN TAUN GURU BUMI

Menginjak lagi stasiun Bogor setelah bertahun-tahun kemudian menyeret semua kenangan semasa saya bersekolah di kota Bogor dan mengakrabi stasiun tua ini.

Tentu saja saya sering ke Bogor setelah itu tapi tidak dengan kereta.

Turun dari kereta dan melintasi rel kemudian keluar stasiun.  Saya dibuat tercengang melihat jalan kecil di depan stasiun. 
Sepanjang ingatan, jalan ini dulunya ruwet dan macet oleh angkot, ojek, serta pedagang kaki lima, namun kini, saya tolah toleh kebingungan karena angkot dan motor tidak lagi menyesaki tempat ini, pedagang kaki lima tetap ada tapi duduk dengan tertib di sisi jalan dan tidak tumpang tindih.

Jalan yang dulunya semrawut kini menjadi pedestrian dimana para pejalan kaki bisa berjalan santai di tengah-tengah tanpa takut tertabrak kendaraan.


Lumbung

17 November 2013

Ngumpet-ngumpet di Stasiun Tanjung Priok

Salah satu Peron di stasiun Tanjung Priok


Dengan gemas saya memandangi Ibu-ibu gemuk berambut ikal di hadapan saya.

Sebelumnya...


Saya mengikuti saran dari twitter KAI waktu saya menanyakan ijin memotret di di stasiun Tanjung Priok. Mereka menyarankan untuk menemui humas PT KAI yang berkantor di stasiun Jakarta Kota.

12 November 2013

INDIE VOOR INDIER : Douwes Dekker

Berayah Eropa beribu Pribumi.

Jika terjadi jaman sekarang, masa depannya sudah jelas, minimal jadi pemain sinetron kejar tayang.

Sayangnya saat Indonesia masih bernama Hindia Belanda masalah percampuran darah itu menjadi sesuatu yang rumit kalau tidak bisa dibilang tabu.

Adanya klasifikasi sekaligus diskriminasi status berdasarkan keturunan menyebabkan masa depan anak-anak berparas bule namun berkulit pribumi cerah itu menjadi tidak jelas.


Orang-orang berdarah Eropa murni menempati strata tertinggi dalam status kependudukan di Hindia Belanda pada masa itu.  Adapun orang-orang pribumi asli namun yang berasal dari kalangan priyayi tinggi/keluarga kerajaan juga menempati status terhormat.  Sampai batas itulah pendidikan diberlakukan.

06 November 2013

Ujung Kulon : Perjalanan Panjang

Dermaga Taman Jaya
Saya merebahkan diri di atas kasur tipis tanpa alas di lantai kayu, pegal-pegal di betis dan pundak akibat trekking menyusuri hutan dengan membawa kamera dan perlengkapannya membuat saya tidak menghiraukan jejeran manusia yang memenuhi kamar dan segera terlelap.



28 Oktober 2013

Rela Gosong di Batujaya

Ikuti arah menuju Rengasdengklok..

Begitu petunjuk yang sedang saya ingat-ingat.  Bukan,,kepergian ke Rengasdengklok bukan untuk menengok rumah tempat bung karno dan bung Hatta diculik para pemuda sebelum proklamasi kemerdekaan.  Walau jika dipikir-pikir cocok juga saya ke sana menjelang Sumpah Pemuda

Setelah salah keluar di pintu tol Karawang timur,,,   harusnya kita keluar di Karawang barat. Terpaksa putar balik dan masuk lagi ke pintu tol Karawang timur.  Gara-gara salah ingat keluar di pintu tol sebelah mana, kami membuang waktu 30 menit.
Kelihatannnya tidak apa-apa, tapi menjadi apa-apa pada akhirnya nanti.

Tepat begitu keluar tol Karawang Barat, langsung terlihat plang : Candi Jiwa, 49 km..Wahh...cukup jauh.  Ya, Candi Jiwa yang dikenal sebagai situs Batujaya kecamatan Pakis Jaya, Karawang.

Candi Jiwa


Karawang bukan cuma dikenal sebagai lumbung padi atau goyangannya saja, tapi  mulai dikenal sebagai tempat yang menyimpan peninggalan kuno di awal abad masehi, sebelum keberadaan kerajaan Tarumanegara.  Di samping situs Cibuaya.

Mengikuti petunjuk, kami menuju

21 Oktober 2013

Walahar dan Jatiluhur : Kisah Dua Bendung

Jalan Rawa Ungu di samping jalan tol Karawang terasa lengang.  Berbeda sekali dengan situasi pintu keluar tol Karawang Timur yang cukup penuh dengan antrian truk.  Mobil kami nampak seperti kotak sabun di tengah kepungan container.
Pintu Air di Rawa Ungu

Mobil berjalan menyusuri jalan aspal yang tidak terlalu mulus. Sekarang baru pukul 06:00 pagi.  Berarti dari Sawangan hanya butuh 1.5 jam untuk mencapai Karawang, itu pun sudah sekalian mampir di rest area untuk sekedar mengisi perut.

18 Oktober 2013

Polemik : Soekarno vs Natsir

Ada perdebatan klasik namun tetap merupakan tema sensitif, sampai saat ini.

2 tokoh utama pelaku debat ini telah lama meninggal dan mereka meninggalkan poin-poin yang akan dilanjutkan oleh para pendukungnya baik secara politik maupun dengan kekuatan bersenjata. Dan sekarang polemik negara Islam muncul dalam bentuk tesis dan dibukukan.

Soekarno dan Natsir, dua orang yang lahir di jaman yang sama namun dibesarkan dengan cara yang sama sekali berbeda. Lingkungan dan kondisi berbeda itulah yang menyebabkan cara pandang dan pola pikir berlainan dalam menyikapi negara Islam.


Soekarno dikelilingi oleh budaya Jawa yang kental dimana wayang menjadi bagian yang tak terpisahkan bagi masyarakat penganut kejawen.  Hal itu pun berlaku bagi Soekarno. Ayahnya merupakan penganut kejawen dan juga Teosof. Ia mengenalkan wayang pada putranya dari usia dini.

Dalam pengaruh lingkungan kejawen tradisional dan Teosof Soekarno tumbuh. Pun, ia menjalankan masa pendidikan formalnya dalam sekolah Belanda. Soekarno berkembang dalam perpustakaan yang memuat karya-karya para pemikir Barat.  Ia memiliki kegemaran membaca karya-karya mereka dan mengembangkan dalam polanya sendiri.

15 Oktober 2013

Jakarta Religious Night Festival - Serba Putih di Bunderan HI

Duileeeh...hari kejepit gini harus masuk kantor, sementara kambing dan sapi sudah dari seminggu lalu dipingit, gak boleh panas-panasan di jalan untuk menyambut datangnya hari istimewa.

Tapi memang selalu ada kebaikan dibalik kesusahan,,justru karena disuruh masuk jadi bisa sekalian nengok festival malam religius atau Jakarta religious night festival. 

Menurut media massa, festival ini digelar mulai jam 19:00, diawali oleh Pawai dari bunderan HI dengan tujuan akhir Monas karena akan ada panggung di sana.

Karena malam ini adalah malam religius apakah para kupu-kupu malam juga libur? atau mereka tetap
beroperasi hanya saja berpakaian lebih tertutup? 

08 Oktober 2013

Di Monas ada Alutsista

Hmmm, pameran alutsista (alat utama sistem persenjataan)....:iconcgbplz:

Menjelang hari jadi TNI, Angkatan Darat punya gawean, yaitu memamerkan beberapa peralatan perang mereka.  Apa saja yang akan dipamerkan? tidak terlalu banyak menurut saya, namun cukup menarik.

Bertempat di lapangan Monas, kendaraan-kendaraan perang milik Angkatan Darat dipamerkan kepada khalayak mulai dari tanggal 3 - 7 Oktober. 

Pengen tahu juga kan negara kita punya alat perang apa aja sih, secanggih apa persenjataannya.  Bener gak seperti yang dibilang di media massa kalau persenjataan kita sudah ketinggalan jaman.

17 September 2013

Setiap Hari di atas Rel

Berdiri diam di atas kereta selama 1 jam setiap hari bisa jadi membosankan.  

Untuk membunuh waktu, terpaksa kamera dikeluarkan, beruntung dalam kereta cukup lengang tidak berdesakan membuat gerakan jadi leluasa.

Mengamati para kuli panggul di stasiun Manggarai.  Kalau kita biasa bercanda mencari sesuap nasi segenggam berlian, buat mereka karung-karung yang mereka sangga di bahu benar-benar senilai sesuap nasi.



12 September 2013

Terlunta-lunta demi Candra Naya




Deuuhhhh!!!....jalan di bawah matahari terik ditambah polusi adalah hal yang paling dibenci perempuan manapun, walaupun yang mengaku paling tomboy dan gak peduli dengan tetek bengek kecantikan.


Termasuk saya yang cuma setengah tomboy setengah pesolek.  Sepanjang kaki melangkah, saya tak henti bersumpah serapah..dalam hati.

08 September 2013

Berleha-leha di Vila Reyner De Klerk

Baru jam 10 pagi tapi matahari sudah sedemikian garang,  sambil mengisi perut di KFC di jalan Gajah Mada Jakarta Pusat, saya memandang museum Gedung Arsip yang berada di seberang.



Sehari sebelumnya saya memang sudah rencana untuk bolos ngantor cuma belum tahu mau mampir di mana.  

Baca di websitenya KAI tentang heritage railway, pas ditelepon ternyata program susur stasiun Kota-Tanjung Priok dengan kereta sudah lenyap.  Sementara nggak ada kereta penumpang reguler antara Kota-Tanjung Priok, cuma ada kereta barang.  Jadi bubarlah rencana ke stasiun Tanjung Priok.

05 September 2013

Mampir di STOVIA

Selalu ada anugerah di belakang musibah.  Amukan cacar menggila, menyerang seluruh Jawa boleh dibilang turut mendorong terjadinya perubahan kebijakan pemerintah Kolonial yang sangat signifikan, karena mengubah drastis peta politik tanah Jawa

24 Agustus 2013

Mampir di Festival Jalan Jaksa

Pernah dengar tentang festival jalan Jaksa?  



Yah, event ini mungkin memang tidak seheboh seperti Kemang Festival atau festival lain yang ada di Jakarta, tapi ini beneran ada loh, sudah dari tahun 1994.

Jalan Jaksa itu sendiri tidak begitu panjang sebenarnya.  Bila masuk dari arah Jalan Kebon Sirih Raya, tepat di samping Sate Senayan lurus sampai ke hotel Morrisey, paling hanya butuh waktu tidak sampai 10 menit jalan kaki santai.

12 Agustus 2013

Makan Enak Gratis Saat Lebaran

dari blogdetik
Sepertinya hanya di Indonesia hari Lebaran dirayakan dengan meriah.

Sebagai negara yang kaya tradisi,
cara masyarakat Indonesia mewarnai Lebaran memang beragam.  Namun semuanya mengusung silahturahmi yang disertai dengan tumpah ruahnya makanan.

02 Agustus 2013

Enjoy Cikini dengan Modal Dengkul


Gara-gara niat buka puasa di Bakoel Koffie Cikini peristiwa ngayun dengkul ngukur trayek Kebon Sirih-Cikini terjadi.



Jam 17.30 saya sudah beranjak dari kantor menuju Cikini. Niatnya jalan kaki sebentar sampai ujung perbatasan jembatan kereta Gondangdia lalu disambung dengan naik ojek atau bajaj, seketemunya untuk sampai lokasi.

22 Juli 2013

Banten, Kota Kosmopolitan yang Merana

Kawasan Banten Lama.....

Dari memori masa kecil terbayang reruntuhan benteng, mesjid kuno yang kumuh dengan barisan pengemis berketiak ular.  Sebuah wilayah yang akrab dengan kemiskinan.

Sekarang? saya menatap dari balik jendela mobil saat melewati jalan raya Banten, selepas jalan Tol Jakarta-Merak.  Rasanya ada sedikit perubahan, namun bau kemiskinan tetap tercium kuat walau lebih dari 20 tahun berlalu.

Istana Kaibon
Tak habis pikir, bagaimana daerah yang dikenal sebagai kota kosmopolitan abad 16, begitulah kesan Cornelis De Houtman saat mendarat di pelabuhan Banten kini mengalami kemunduran total.  Tidak terlihat lagi jejak kejayaan itu.  Bayangan kota yang megah dengan sistem kanalisasi canggih seperti yang dilukiskan oleh berbagai literatur langsung lenyap.

Mendekati keraton Surosowan, mata memang terpukau dengan tembok batu tebal yang mengelilingi situs ini, namun segera menggeleng-geleng melihat keadaan sekeliling benteng keraton, tampak bangunan lapak-lapak jualan yang centang perentang, sepi karena bulan puasa.

17 Juli 2013

Perjalanan Orang-Orang Kiri

Deru revolusi memang merasuki setiap jiwa pemuda pasca perang kemerdekaan.   Darah muda mereka menggelegak siap ditumpahkan apabila musuh berniat merebut tanah Republik walaupun hanya sejengkal. Apalagi butir-butir perjanjian Linggarjati dimana Sutan Syahrir mewakili pemerintah republik sama sekali tidak menguntungkan.


Ada banyak kekecewaan di antara para pemuda.  Di antara para pimpinan terlebih lagi, banyak pertentangan ideologi dan masing-masing ingin mengisi kesempatan yang terbuka di depan mata dengan ideologi yang dipercaya akan membawa kemakmuran dan kesejahteraan sebagai bangsa yang merdeka.

08 Juli 2013

Kembali ke Situ Gunung



Kami bengong di tengah puncak bukit.  Di depan ada jalan tanah dengan batu dan lobang sebesar kepala kerbau, siap menghajar bagian bawah mobil. 

Mundur pun susah mengingat jalan yang sempit dengan jurang di sisi jalan, padahal pintu masuk Situ Gunung tinggal 3.5 km lagi.  Akhirnya mobil pun pelan-pelan merayap mundur mencari posisi sedikit lapang untuk berputar balik.

Sebenarnya jalan menuju Situ Gunung yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango tinggal lurus-lurus saga dari Polsek Cisaat, tapi entah mengapa kita yang sok pinter ini malah berbelok mengikuti jalan potong yang sebenarnya diperuntukkan untuk Jip dengan double gardan :(

05 Juli 2013

KAI yang sibuk berbenah

Gerimis masih tersisa saat kereta tiba di stasiun Gondangdia. Langit masih menyiratkan senyum kelabunya tetap enggan mengeluarkan semburat riang kemerahan.

Para penumpang berhamburan turun di peron, adu cepat menuju pintu keluar. Semua tidak ingin berlama-lama mengantri. Sudah capek berdiri tergencet sepanjang perjalanan masih harus antri lagi keluar pintu peron.


Ya, hari ini adalah hari ke 5 pihak KAI memberlakukan penggunaan kartu komuter 100%. Tidak ada lagi remah-remah tiket kertas yang lecek mengotori lantai.  Di tiap pintu ada petugas yang membimbing para penumpang cara menggunakan kartu.

Banyak pengguna kereta terlihat kikuk menggunakan kartu. Saat masuk peron, alat pengecek kartu ada di sebelah kiri, sebaliknya akan menjadi di sisi kanan saat keluar peron.  Itu yang sering membuat bingung, terbalik antara masuk dan keluar.  Apalagi buat yang tergolong lansia.  Berpuluh tahun menggunakan kertas tentu saja kagok saat sistem berganti.

24 Juni 2013

Jakarta Berpesta

Di bawah sinar bulan Purnama, hati susah tak dirasa, 
Gitar berbunyi riang gembira
Jauh malam dari petang.

Suara biduan Keroncong Tugu mendayu-dayu, mengajak siapa pun yang lewat ikut merasakan elusan suara biola dan bas yang dibunyikan secara ritmis.




Bukan Jakarta kalo tidak ada pesta Hut yang meriah. Demikian juga hari ini, Sabtu bertepatan dengan Hut ke 486 bila dihitung sejak penaklukan oleh Fatahillah di tahun 1527.

Serentetan acara diadakan. Dari pagi panggung-panggung disiapkan di sepanjang Thamrin, dari Imam Bonjol sampai Monas.



17 Juni 2013

Melacak Cina Benteng di Tangerang

Anda tahu bahwa hampir 90% Cina Benteng adalah warga miskin?

Begitulah Udaya Halim membangunkan kami yang terkantuk-kantuk gara-gara hidangan peranakan lezat yang disajikan susul menyusul.

Kota Tangerang menyimpan banyak peninggalan budaya yang mencengangkan.  Kota yang terlihat gersang dan kumuh di satu sisi namun gemerlap di sisi lain (jika kita bicara seputaran BSD) sesungguhnya penuh dengan jejak peradaban yang tidak dapat disepelekan begitu saja.



Kali kedua saya mengikuti heritage walk yang diselenggarakan oleh GELAR, sebuah perkumpulan yang sejak tahun 1999 mengkhususkan diri untuk mengenalkan dan menggali budaya Indonesia. Tangerang menjadi pilihan kali ini.

14 Juni 2013

Jumpa Nasi Tim

Saat melirik makanan teman di sebelah lebih dari 20 tahun yang lalu,  penampilannya tidak menarik.

Nasi lembek berbentuk mangkok terbalik, di atasnya bertebaran ayam kukus berwarna coklat basah. Menu yang amat tidak merangsang selera sehingga tidak pernah berniat memesannya selama lebih dari separuh umur saat ini.

Sekarang pun masih ada keraguan saat memutuskan menu apa dari sekian banyak makanan yang tertulis dalam fotokopi kertas menu ini.

Akhirnya, saya memutuskan kalau tidak sekarang kapan lagi,,mengingat mood makan yang sering turun naik tak karuan.

 Dan ini lah dia...NASI TIM AYAM

02 Juni 2013

Antara Depok dan Cikini

Matahari menyorot ubun-ubun dengan garang.  Peluh mulai menitik di kening, perlahan mengalir. Punggung saya pun telah kuyup.

Berdiri tegak menghadap makam tua, dengan nisan bertuliskan bahasa Belanda.  Membaca nama yang terukir di situ : Cor De Graaf


12 Mei 2013

Langit Kresna Hariadi dan Fiksi Sejarah

"Menjodohkan Kusumawardhani dengan menyembunyikan dariku benar-benar lancang dan tak menghormati aku sebagai ayah kandungnya".  

"Dipikirnya aku sudah mati dan telah menjadi bangkai yang oleh karenanya boleh diabaikan. Lebih-lebih perjodohan ini dengan sepupunya sendiri, dengan harapan Wikramawardhana yang akan ditunjuk mewarisi kursiku".

"Mereka semua berpikir Prabu Hayam Wuruk sudah tidak ada sehingga urusan perkawinan anaknya harus diambil alih?"


Potongan dialog dalam sidang Pahom Narendra  tersebut hanya sebagian kecil dari ratusan adegan yang dilukiskan dengan penuh penghayatan dalam Perang Paregrek 1 & 2 dan akhirnya disatukan dalam Menak Jinggo, Sekar Kedaton oleh si pengarang, Langit Kresna Hariadi (LKH).

11 Mei 2013

Mencecap tradisi di Gondangdia Lama

Sejak kantor berpindah ke kebon sirih, ada beberapa efek yang terjadi.
Efek satu tentu saja kantor menjadi lebih jauh mengingat kantor lama berada di seputaran Gatot Soebroto  dan dekat Mampang lagi.

Namun efek kantor lebih jauh itu menjadi menyenangkan karena wilayah kantor tak jauh dari stasiun kereta api, sehingga malah memudahkan dan mempercepat durasi perjalanan.
 


10 Mei 2013

Agama sebagai Komoditas

Apa akibat dari tertukarnya hal yang seharusnya berada di ranah privat menjadi ranah publik?  Banyak, dan salah satunya adalah kerancuan tingkah laku.

Infotainment dapat dijadikan barometer seberapa jauh orang senang mengeksplorasi kehidupan pribadi yang dipoles sedemikian rupa sehingga menjadi konsumsi publik.  Baik yang dieksplorasi maupun yang menonton sama-sama merasa mendapat manfaat dan justru mendorong untuk kian intens mengaduk dan mengolah sedemikian rupa ranah privat tersebut. Ada barter ekonomi yang dilakukan.



06 Mei 2013

Bersenang senang di Museum

Jika termasuk orang yang suka ke berkeliaran di museum pasti akan suka ke tempat ini.  Museum Nasional.

Gedung besar anggun bergaya Indies dengan patung gajah perunggu di depannya memang sangat menarik perhatian.  Patung gajah itu menurut website mereka merupakan hadiah dari King Rama, Raja Thailand.

Yang sering menumpang bus Trans Jakarta koridor 1, Blok M-Kota, pasti cukup familiar dengan

27 April 2013

Summer di Metropole

Keinginan menonton film 9 Summers 10 Autums membawa saya ke bioscoop Metropool di daerah Cikini.  Metropool? Ya, itu nama pertama kali saat gedung ini dibangun, saat Indonesia masih bernama Hindia Belanda sebelum menjadi Metropole yang kita kenal sekarang.

Dari kantor saya di daerah Kebon Sirih sebenarnya lebih dekat ke TIM, namun Metropole terletak berseberangan dengan stasiun Cikini sehingga memudahkan saya untuk pulang.  Lagi pula arsitektur Art Deco di bioskop bersejarah ini memberikan nilai tambah tersendiri yang membuat saya kian bersemangat menumpang ojek melawan debu sisa timbal malam itu.



24 April 2013

Sekali lagi tentang Kartini


Untuk kesekian kalinya kita merayakan hari Kartini.  Dulu waktu SD, hari Kartini identik dengan kain, kebaya serta sanggul.

Sekarang pun relatif sama hanya mungkin lebih modern, dalam arti semua aktivitas ekonomi terlibat di dalamnya.  Mall-mall mengadakan discount khusus produk perempuan di hari Kartini, walaupun tidak jelas hubungan antara discount dengan emansipasi.  Televisi kembali menayangkan file-file tentang gerakan emansipasi wanita terkait dengan kekartinian di Indonesia.
Dari kunokini

10 April 2013

Empat Dara Bermusik di Manca Negara

Siapa sangka, setelah jemu melihat girlband Korea wannabe tiba-tiba saya menyadari bahwa Indonesia di tahun 60-70 an mempunyai grup musisi perempuan yang cukup berbobot.


03 April 2013

Selayang Pandang Gunung Padang dan Lampegan

Biasanya tempat yang rame diberitakan media akan penuh pelancong selama beberapa minggu, bulan tergantung seberapa banyak bumbu yang ditambahkan.

Termasuk situs Gunung Padang ini.  Niat ke Gunung Padang sebenarnya sudah lama, apa daya situs ini lumayan sering masuk list 10 besar pemberitaan media plus ahli-ahli ikutan angkat bicara, dan karena saya adalah orang yang paling males mengunjungi destinasi saat sedang hit-hits nya jadilah

27 Maret 2013

Meriah di Fatahillah

Yang kiri dari lukisan abad 19, yang kanan hasil foto week end kemarin
Takut wira-wiri di daerah Kota dan sekitarnya?   Wah kuno tuh....Sekarang daerah situ terutama di taman Fatahillah  atau Stadhuis sudah jadi spot yang hip..atau hits..ya?

Teringat waktu puluhan tahun yang lalu..Area depan museum Fatahillah tersebut lebih banyak dipenuhi preman dan gelandangan serta kumuh.  Berhubung saya suka banget dengan landscape Fatahillah, dulunya sering memberanikan diri datang sekedar menikmati arsitektur di daerah situ...walaupun dengan hati deg-degan karena punya pengalaman nyaris jadi korban perampasan handphone di angkot jurusan Kota.

24 Maret 2013

TIGA PEMUKA JAMAN

Pagi selalu didahului oleh fajar sebagai pembuka jaman.

Dan jaman selalu melahirkan sekelompok orang yang memegang kunci peradaban.  Para pemegang kunci tersebut kadang berpikir, berbicara dan bertindak mendahului masanya.

Savitri Scherer melalui bukunya yang mengetengahkan pemikiran para nasionalis yang juga adalah para priyayi Jawa.  Dalam tulisannya, Savitri mengambil 3 orang pemuka yaitu Soewardi Soeryaningrat, Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soetomo.

Buku ini dicetak pertama tahun 1985, dan cetakan berikutnya baru muncul lebih dari 20 tahun kemudian.  Beruntung akhirnya sempat menemukan karya klasik ini.


Selama ini kita terbiasa Soewardi, Tjipto dan Douwes Dekker dalam 3 serangkai.  Namun kali ini Savitri justru memasukkan Soetomo menggantikan Douwes Dekker. 

Tidak ada yang salah dengan keputusan tersebut, bahkan bisa jadi ini makin memperjelas garis perbedaan gaya pemikiran

15 Maret 2013

Legenda Chavez

Sudah agak telat sepertinya membahas Hugo Chavez mengingat pemakamannya sudah lewat walaupun jenazahnya belum dan tidak akan dikuburkan melainkan diawetkan agar dapat dikunjungi oleh pengagumnya.

Namun gema dari sepak terjang dari Presiden Venezuela ini masih tetap terdengar terutama bagi negara-negara dunia ketiga dari Amerika Latin.

Seperti lazimnya negara dunia ketiga yang masih berjuang dengan kemiskinan, dimana issue neo liberalisme, neo kolonialisme dan perlawanan terhadap Amerika menempati tempat tersendiri dalam benak rakyatnya; begitu pula dengan Venezuela, negara yang dulunya bergantung pada hasil perkebunan namun berangsur berganti menjadi negara pengekspor minyak sejak ditemukannya cadangan minyak berlimpah.

12 Maret 2013

Ini Bukan KODAM tapi WARSO FARM

Ini kantor Kodam atau resto,

Begitulah yang terpikir oleh saya waktu duduk di Warso Farm.  Warso Farm terletak di kampung Cipelang.  Kalau dari arah Sukabumi belok kiri ke arah Bogor rute Cipaku.

Saya juga tidak sengaja menemukan tempat ini saat melewati jalur Cipelang karena menghindari kemacetan panjang di jalan arteri Siliwangi yang menghubungkan Sukabumi dengan Bogor.

10 Maret 2013

Tanjung Layar, Karang Menantang Langit di Sawarna

Sebenarnya sudah cukup lama ingin mengunjungi Sawarna di Bayah, Banten semenjak para backpacker dan bikers sibuk membicarakan tempat ini di dunia maya.  Namun kesempatan yang tepat baru datang saat saya cuti panjang.

Berbekal petunjuk dari sini, berkat Cumi-cumi lebai khodamnya Sawarna inilah saya mempunyai patokan rute yang jelas untuk dilalui mobil.  Semula ingin memilih rute Serang-Malimping-Bayah akhirnya beralih menjadi Ciawi-Sukabumi-Cisolok-Sawarna karena dikatakan jalur Malimping rusak parah.

GPS agak membingungankan karena begitu diketik kata "Sawarna" yang keluar adalah sungai Ci Sawarna.  Mungkin karena terpencil ya.

Berangkat jam 2 pagi dari Depok, menerabas jalur parung Bogor, terhambat sedikit di wilayah Sukabumi karena harus berlomba dengan barisan truk yang merambat.  Di Cibadak belok kanan melalui jalur Kabandungan yang penuh dengan kelokan dan tanjakan dahsyat.

05 Maret 2013

Menengok Kelurahan

Kali ini ingin menuliskan pengalaman yang mungkin sekali sangat remeh + temeh bagi orang lain, hanya saja saya yakin semua orang pasti mempunyai kesan sendiri-sendiri tentang hal ini.

Tentang pengurusan KTP!!!.


teras depan
Sebenarnya ini masih rangkaian cerita dari kehilangan identitas di negeri orang.  Yang memaksa saya untuk berurusan dengan lembaga tertentu,.... birokrasi kelurahan salah satunya.

27 Februari 2013

Apes di Negeri Orang

Gimana rasanya kehilangan dompet beserta seluruh isinya di negeri orang?

Ngeri pasti...Doa semua orang juga jangan sampai kehilangan apalagi dompet dan paspor di tempat yang bukan domain kita.  Tapi kalau itu kejadian juga...yahhh, tinggal mengingat-ingat aja dulunya kita pernah ngapain sehingga ditimpa kemalangan seperti itu.

Slamet Muljana dan Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa

Beberapa hari ini saya mengulang-baca sebuah buku klasik karya Profesor Slamet Muljana tentang Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa.

Slamet Muljana mendasarkan tulisannya pada catatan dari Klenteng Sam Po Kong yang dibandingkan dengan Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda.  Nampaknya Slamet Muljana tidak melihat sendiri catatan-catatan tersebut.  Dalam pengantarnya ia menyebut nama Ir. Mangaradja Onggang Parlindungan sebagai salah satu referensi.

Adanya catatan atau kronik dari klenteng Sam Po Kong nampaknya tidak dilihat langsung oleh Slamet Muljana, ia mendasarkankannya pada buku Tuanku Rao yang ditulis oleh Ir. Mangaradja. Di buku tersebut Ir. Mangaradja mencantumkan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Residen Poortman yang ditugaskan menyelidiki asal usul Raden Patah.

Siapakah Raden Patah tersebut?

Umum telah mengetahui jika Raden Patah berayah Raja Majapahit beribukan putri Cina.  Namun tentu bukan itu yang menjadi satu-satunya pembahasan.

Bahwa Wali Songo merupakan sekumpulan ulama Tionghoa muslim, itulah yang menjadi sumber protes dari berbagai kalangan.