10 Maret 2013

Tanjung Layar, Karang Menantang Langit di Sawarna

Sebenarnya sudah cukup lama ingin mengunjungi Sawarna di Bayah, Banten semenjak para backpacker dan bikers sibuk membicarakan tempat ini di dunia maya.  Namun kesempatan yang tepat baru datang saat saya cuti panjang.

Berbekal petunjuk dari sini, berkat Cumi-cumi lebai khodamnya Sawarna inilah saya mempunyai patokan rute yang jelas untuk dilalui mobil.  Semula ingin memilih rute Serang-Malimping-Bayah akhirnya beralih menjadi Ciawi-Sukabumi-Cisolok-Sawarna karena dikatakan jalur Malimping rusak parah.

GPS agak membingungankan karena begitu diketik kata "Sawarna" yang keluar adalah sungai Ci Sawarna.  Mungkin karena terpencil ya.

Berangkat jam 2 pagi dari Depok, menerabas jalur parung Bogor, terhambat sedikit di wilayah Sukabumi karena harus berlomba dengan barisan truk yang merambat.  Di Cibadak belok kanan melalui jalur Kabandungan yang penuh dengan kelokan dan tanjakan dahsyat.


Kondisi mobil harus benar-benar prima karena beratnya medan ditambah kabut lumayan tebal di jalan yang membelah hutan dan jurang. Tidak ada satu manusia pun terlihat pada saat itu.  Cukup mengerikan situasinya, jangan sampai pikiran kosong ya..  

Saking berkeloknya jalur ini, tidak heran banyak yang mual di tengah jalan.

Rute Kabandungan cukup panjang, tidak ada papan petunjuk jalan.  Untungnya di tengah-tengah bertemu segerombolan bikers yang tampaknya akan bersiap ke Sawarna karena saya sempat bertanya pada mereka.

Usai Kabandungan segera bertemu dengan kawasan Pelabuhan Ratu, lurus saja menuju Cisolok, jangan lupa di tengah jalan akan dicegat pos retribusi masuk kawasan Pelabuhan Ratu, jadi biarpun tidak berniat ke pelabuhan Ratu tetap harus membayar, kalau tiket mobil 20 ribu perak, tapi jika ingin serela-nya 10 ribu aja,,,sudah pasti masuk kantong penjaga.  Menyebalkan ya....

Pantai sepanjang Pelabuhan Ratu-Citepus memang merupakan tempat wisata umum, namun rata-rata pantainya berpasir hitam.

Satu yang dapat dicatat, tampaknya Pelabuhan Ratu bukan lagi tujuan wisata bagi warga Jakarta, karena saat week-end pun terlihat sepi.

Sawarna berada sekitar 60 km dari pelabuhan Ratu.  Melewati Citepus, Cisolok kembali melewati kelokan dan tikungan.  Akhirnya sampailah di depan plang Kawasan wisata desa Sawarna.
Jangan senang dulu, mobil kembali harus melalui jalan sempit seadanya sepanjang 5 km, setelah 5 km itu habis dilalui GPS menunjukkan jalur lanjutan sepanjang 7 km yang penuh tanjakan curam, jadi total 12 km dari plang ke parkiran mobil!!!!!

Pantai yang dituju tidak bisa dicapai dengan mobil karena hanya ada jembatan kayu selebar satu meter yang menghubungkan parkiran dengan desa, jadi parkirlah mobil di tempat yang disediakan lalu bisa berjalan atau naik ojek melalui rumah-rumah penduduk sekitar 2 km menuju pantai.

Banyak homestay yang bertebaran.  Salah satu yang paling bagus yang saya lihat adalah Java Beach, entah punya penduduk asli atau orang Jakarta.  Menurut tukang ojek di situ, tarif kamar di sana per malamnya sekitar 450 ribu.

Terlihat para tamu homestay sedang duduk-duduk di teras depan atau berjalan kaki menuju pantai.

Nampaknya Sawarna sekarang sudah lebih semarak, terlihat dari banyaknya warung dan homestay yang bertebaran sepanjang jalan jadi tidak perlu takut kesulitan perbekalan.

Pantai pertama yang dituju adalah Tanjung Layar.  Jika dicari di google, Tanjung Layar adalah pantai dengan 2 karang besar menjulang di tengah dataran karang landai dimana terdapat dinding karang yang menjadi benteng alam sehingga ombak laut selatan yang ganas tidak mencapai pantai.

Dari jauh jantung saya berdegup melihat ujung karang yang tegak menantang, reflek tangan saya merogoh tas selempang meraba-raba kamera sementara mata terpaku lurus ke depan.



Sepi sekali, namun justru itulah yang menyenangkan.  Membayangkan pantai dengan lautan manusia seperti cendol membuat bulu kuduk berdiri.

Berkeliaran di sekitar karang sambil mengambil foto,  menikmati bentang alam yang menakjubkan walaupun hari mendung.  Rintik hujan sempat jatuh namun segera diganti dengan sedikit matahari sebelum akhirnya hujan deras lalu kembali panas mendera.

Cuaca yang berubah-ubah dengan cepat cukup merepotkan namun tetap tidak mampu menghapuskan ketakjuban saya akan landscape luar biasa ini.


Betah rasanya duduk berjam-jam menikmati keheningan ini, hanya ada beberapa orang di pantai.  Seorang pemancing sedang berkonsentrasi dengan pancingnya.


Seekor anjing bahkan terlihat berjalan-jalan di dataran karang yang luas itu.

Banyak warung-warung di sekitar pantai, mampirlah di salah satu untuk mengobrol dengan pemiliknya.  Dari mulutnya akan meluncur cerita-cerita seputar Sawarna sambil menikmati teh hangat manis untuk menghalau dingin.

Sayang tidak sempat ke Karang Taraje, Lagoon Pari dan Palistir, belum lagi goa Lalay.

Saya akan datang lagi ke sana.






1 komentar:

Unknown mengatakan...

Sawarna selalu mengoda, jadi kangen ke sana nich :)