31 Agustus 2008

RUMAH

Kata yg mengingatkan pada suatu kata lain : pulang.

Pastilah menyenangkan pulang ke suatu tempat dimana kita bisa melepaskan pikiran dari rutinitas sehari2, tempat dimana kita merasa nyaman melakukan kegiatan harian non kantor.

Buat sebagian orang rumah yg nyaman itu hrslah besar, dekat kota dengan fasilitas lengkap. Tapi buat org lain yg tidak begitu beruntung, yg disebut rumah bagi mereka, kadang hanyalah tumpukan kardus, atau tempat terbuka beratap jembatan.

Bagi saya sendiri, rumah yg saya tempati skrg ini sudah cukup layak dan nyaman. Memang terletak jauh di pinggir kota, tepatnya di Sawangan. krn memang hanya sebegitu daya beli saya. Tapi niat baik memang selalu membawa berkah.

Kebetulan komplek saya terletak di kontur tanah yg berbukit bukit, sehingga enak dipandang mata krn berada di dataran tinggi berbatasan dg daerah Parung Bogor yg berhawa sejuk. didukung dg jalan utama komplek yg besar.

Kebetulan (lagi) saya beruntung mendapatkan posisi rumah di pojok dg pemandangan taman, sehingga tanahnya lbh besar....Skrg halaman rumah sederhana itu cukup rimbun dg pepohonan, sehingga udara mengalir sejuk walaupun di musim kemarau.

Sabtu siang, saat penghuni rumah beristirahat, saya biasa duduk di ruang tamu sambil membaca atau menonton tv atau membuka notebook, dg pintu rumah terbuka tapi ada pintu teralis yg sebagai second layer yg ditutup shg cahaya dan udara segar tetap masuk tp privacy tetap terjaga. hmmmm...tidak ada yg bisa mengalahkan nikmatnya keheningan sabtu siang.

Walaupun jauhnya dari kantor cukup melelahkan, tp banyak hal2 menarik yg saya temui saat pulang. Jika kebetulan tidak terlalu lelah dan tidak pulang terlalu malam, saya biasa naik angkot dari halte busway Dep tan smp Pondok Labu, lanjut sampai pertigaan Parung Bingung.

Di Parung bingung ini saya berganti angkot menuju sawangan parung. Dlm angkot ini kadang ada pemandangan menarik. Gadis gadis muda yg berpenampilan wangi semerbak, diantara wajah2 lelah para pekerja.

Saya menduga mereka adalah para pekerja di cafe2 yg banyak terdapat di Parung (warung remang2 ?), kadang ada rasa iba terselip melihat mereka,,,

Seorang teman pernah berkata,"Itulah kalau imannya gak kuat", kemudian saya berpikir, sesederhana itukah persoalannya? hanya masalah iman,...Dapatkah kita mendoktrinkan keimanan thd perut yg lapar? mana yg lebih berguna pada saat kritis tsb ceramah agama tentang iman, atau nasi utk pengganjal perut.

Suatu perjalanan yg membuat saya lebih menghargai berkah kehidupan.




24 Agustus 2008

Buku ke Buku


Minjem sebagian judul karangan P. Swantoro pemilik Rumah Tembi "Dari Buku ke Buku" saat melihat rak buku yg sudah penuh lagi...padahal baru aja menggusur komik2 dan beberapa novel ke dalam dus, kecuali novel2 Langit Kresna Hadi dan Remy Sylado.

Jadi apalagi yg harus ditarik dari rak ya...Atau hrs bikin rak baru setinggi langit2.


Bicara tentang buku, jadi teringat kegiatan Kompas dalam memperingati hari Kemerdekaan,,,Napak Tilas Anyer Panarukan melalui jalan raya pos yg dibangun oleh Herman Willem Daendels. Ada buku karangan Pramudya Ananta Toer yg berjudul
"Jalan Raya Pos, Jalan Daendels". Syukurlah buku ini ketemu, setelah bongkaran Rak...sepertinya harus dibaca ulang nih.


Baru teringat, jalan raya pos juga melalui Ps. Minggu Lenteng Agung smp Depok menyambung ke Bogor.
Sebalnya aku nemu lagi edisi khusus Tempo bulan Mei, ttg Kebangkitan Nasional yg juga menarik utk dibaca ulang, sekedar mengingatkan otak yg mulai berkurang kemampuannya.

Menurut sebuah artikel, kegiatan membaca sangat baik utk mencegah pikun dan melatih otak utk tetap jernih, tidak heran para budayawan kebanyakan anti pikun, mungkin krn terlatih utk membaca dan menulis sampai mrk meninggal.


Kembali ke buku "Jalan Raya Pos...." ada kutipan yg menarik dalam buku itu


"Indonesia adalah negeri budak. Budak di antara bangsa dan budak bagi bangsa-bangsa lain"

Menarik, karena sekelam itukah kesannya ttg bangsa Indonesia yang notabene adalah bangsanya sendiri.

Pramudya dikenal sebagai sosok yg sinis terhadap pemerintah, dan juga berselisih dg sejawatnya sesama sastrawan seperti Mochtar Lubis. Mungkin krn adanya perbedaan prinsip. Pramudya adalah aktivis Lekra, suatu aktivitas kebudayaan yg disokong oleh komunis.. Sedangkan Mochtar Lubis adalah bagian dr Manikebu.

Lekra dan Manikebu bersengketa, saling serang melalui surat kabar.
Perselisihan ini berakhir dg dibubarkannya PKI dan ditangkapinya aktivis Lekra termasuk Pramudya yg dibuang ke Pulau Buru.

Sejak itu buku2nya dilarang, tapi tulisannya yg inspiratif namun sinis telanjur mempesona banyak kalangan.
Seperti jg tetraloginya yg mengugat feodalisme Jawa (tengah), buku Jalan pos ini jg mengisahkan daerah2 yg dilalui oleh jalan itu, berikut penderitaan para Jelata yg dipaksa utk membangun ambisi Daendels.

Bukan hanya kulit putih, para pembesar pribumi pun tidak segan2 mengorbankan rakyatnya sendiri. Para pembesar yang bermental budak, budak bagi tuannya si Bangsa bermata biru yang semakin menguatkan cermin sebagai sebagai bangsa yang mempunyai kekayaan besar tp selalu kalah dalam berbagai hal.


Setidaknya sinisme yg tersirat dari karya2 Pramudya dapat menjadi cermin bagi kita, sudahkah kita menengadah thd bangsa lain,,,,dan berkata "Inilah aku, putra sang Pertiwi"

18 Agustus 2008

PERCIK API

"Polisi adalah pencoleng pakai lencana" - Negara Kelima, Es Ito

"Separuh daripada prestasi Soekarno dapat didepositokan dari rekening Inggit Garnasih dalam bank jasa Nasional Indonesia" - S.I. Poeradisastra

"Revolusi bukanlah suatu pendapatan otak yang luar biasa, bukan hasil persedian yang jempolan, dan bukan lahir atas perintah manusia yang luar biasa." "Revolusi timbul dengan sendirinya sebagai hasil dari berbagai keadaan". - Aksi Masa, Tan Malaka

"Orang Minangkabau adalah orang orang yang gelisah, dengan tradisi pemberontakan dan perlawanan yang panjang." " Selalu merasa bangga dengan perlawanan mereka terhadap kekuatan luar baik dari Jawa maupun eropa" - George Kahin

"Nusantara ini bukan sekedar serpihan bekas Kolonial Belanda! Nusantara kita mungkin lebih tua dari negeri negeri utara. Hegemoni utara yang membuat negeri negeri selatan menjadi kerdil dan lupa akan sejarah panjangnya sendiri". - Negara kelima, Es Ito

"Sekiranya
aku seorang Belanda aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu." - Als Ik Eens Nederlander Was, Soewardi Soeryaningrat

14 Agustus 2008

KISAH SELASA PAGI


Hari Selasa pagi, 4 hari sebelum hari kemerdekaan RI, seperti biasa saya meloncat turun dari trans jakarta di halte Mampang Prapatan dan bergegas menuruni tangga halte dan setengah berlari menuju gedung City Plaza.


Di tengah semrawutnya lalu lintas mampang, saya berpapasan dengan loper majalah, sekilas saya melirik majalah yg dibawanya...seketika mata terbelalak...terlihat cover merah dg lukisan profile silam yg akrab di benak saya...TAN MALAKA. haaaahhh....seketika dunia berhenti berputar...(hiperbolis banget)..... sontak saya memelototi obyek tsb,,,dan terbaca "Edisi Khusus Hari Kemerdekaan"..


Sigap tangan saya meraba tas utk mengeluarkan dompet,,,,sialan, ! baru teringat uang saya pas pas-an blm ambil ATM. Terpaksa ditunda nanti, sehabis pulang kantor deh..


Malangnya saya pulang terlalu malam, shg kios majalah di sepanjang jalan pulang tutup....argghhhh..@$!.


Malam itu saya tidur dg perasaan gelisah dan berdoa semoga edisi tersebut belum habis...


Akhirnya besok pagi dengan semangat 45, saya menuju halte ragunan dan langsung mampir ke kios majalah dekat situ..Alhamdulilah !...edisi impian saya terpampang dg manisnya...


Mirip kucing melihat ikan...saya ambil majalah tsb, harga yg disebut oleh abangnya cuma terdengar samar2 Rp 20,000 atau 200 ribu entah lah...he...he, bohong banget.


Tapi yang penting, saya tak sabar utk segera mulai membaca


10 Agustus 2008

Taman Safari



Beberapa waktu yg lalu, tiba2 ada ide utk pergi ke Taman Safari dan jadilah di sabtu pagi 1 keluarga kecil pergi ke TSI.

perjalanan lancar, krn kita pergi cukup pagi,,ditambah rumah yg terletak nyaris nempel dg parung yg merupakan wilayah Bogor.

Singkatnya sampailah di depan loket TSI,,,kebetulan ada rekan yg ikut jadi total 4 org dewasa plus 2 balita. setelah dihitung,,total tiket digebuk sekitar 300 ribu-an...hmmm mahal yah? iya,,,,,itu diluar arena bermain setelah puas keliling TSI loh....utk naik onta, kuda poni dan gajah yg tdp disana, dipato
k masing2 Rp 10,000.

Jadi hitung aja,,,minimal diperlukan sekitar Rp 500.000 utk 1 keluarga yg terdiri dr ayah, ibu dan 1 anak.

Tapi memang hrs ada yg dibayar utk itu. Memelihara binatang di area seluas ratusan hektar dengan pemeliharaan dan keamanan yg maksimal
memang butuh biaya besar, belum lagi karyawan. Banyak binatang yg didatangkan dr luar sehingga harus dirawat lebih khusus.

Melihat hewan2 berkeliaran di wilayah yg sangat hijau dg udara sejuk dan sungai2 yg mengalir deras memang sangat menyenangkan setelah berapa lama dikepung oleh gedung2 pencakar langit jakarta.

Urat wajah yg biasa distel kencang seperti habis disetrika, kali ini terasa santai. si jagoan kecil yg biasanya hanya melihat hewan di TV kali ini bahkan menjerit gembira saat ditawari naik onta.

RUTINITAS


Kerja,,,kerja

Berangkat jam 7 pagi, pulang sampe di rumah jam 9 malam dengan catatan hrs naik motor dg kecepatan menakjubkan ngerinya.

Untung ada trans jakarta, kantor saya yg sekarang pindah ke gedung keren bernama City Plaza dan terletak masih di jl Gatot Subroto tp di sisi seberang kantor lama lebih dekat dg halte mampang prapatan.

Masih terkenang waktu pembangunan jalur busway, di sepanjang jalur warung buncit yg sudah macet jadi semakin gila-gilaan,,,tak terhitung umpatan para pengguna kendaraan pribadi maupun metromini dan kopaja saat itu.

Well, skrg mrk msh mengumpat,,,tapi jauh berkurang,,,krn para pekerja kantoran yg semula hrs berdesakan dlm metromini dan kopaja butut beralih ke trans jakarta, demikian pula para pengendara mobil. Mereka mulai berpikir memarkir mobilnya di ragunan dan melanjutkan perjalanan dg tans jakarta.

Utk hal ini pemda DKI patut dipuji....para pengguna pun dipaksa utk tertib mengantri di halte,,,dan tidak memaksa diri masuk ke dlm bis saat penuh.

Adanya penjaga dlm bis jg membuat penumpang merasa nyaman ditambah bis hanya berhenti di halte yg tersedia dan yang utama adalah tidak macet. Juga perlakuan khusus utk lansia, ibu hamil dan anak2 di ragunan. Dalam arti disediakan antrian khusus shg tidak perlu bercampur dg yg lain.

Begitu pula komitmen utk sterilisasi jalur trans jakarta, sudah saatnya pengendara mobil dan motor pribadi diajarkan utk menghormati kepentingan publik dan tidak seenaknya merampas jalur umum.

Mungkin utk step selanjutnya ada baiknya pemda menertibkan pembangunan mall di jakarta. lahan utk mall lbh baik diperuntukkan buat kepentingan publik spt taman kota. Sekarang saja ada mall yg sedang dibangun di daerah pejaten dekat warung jati.

Kita sama sekali tidak memerlukan mall tambahan utk mengisi jakarta, kota tua yg kian keriput dan perlu didetosifikasi.