22 Juli 2013

Banten, Kota Kosmopolitan yang Merana

Kawasan Banten Lama.....

Dari memori masa kecil terbayang reruntuhan benteng, mesjid kuno yang kumuh dengan barisan pengemis berketiak ular.  Sebuah wilayah yang akrab dengan kemiskinan.

Sekarang? saya menatap dari balik jendela mobil saat melewati jalan raya Banten, selepas jalan Tol Jakarta-Merak.  Rasanya ada sedikit perubahan, namun bau kemiskinan tetap tercium kuat walau lebih dari 20 tahun berlalu.

Istana Kaibon
Tak habis pikir, bagaimana daerah yang dikenal sebagai kota kosmopolitan abad 16, begitulah kesan Cornelis De Houtman saat mendarat di pelabuhan Banten kini mengalami kemunduran total.  Tidak terlihat lagi jejak kejayaan itu.  Bayangan kota yang megah dengan sistem kanalisasi canggih seperti yang dilukiskan oleh berbagai literatur langsung lenyap.

Mendekati keraton Surosowan, mata memang terpukau dengan tembok batu tebal yang mengelilingi situs ini, namun segera menggeleng-geleng melihat keadaan sekeliling benteng keraton, tampak bangunan lapak-lapak jualan yang centang perentang, sepi karena bulan puasa.

17 Juli 2013

Perjalanan Orang-Orang Kiri

Deru revolusi memang merasuki setiap jiwa pemuda pasca perang kemerdekaan.   Darah muda mereka menggelegak siap ditumpahkan apabila musuh berniat merebut tanah Republik walaupun hanya sejengkal. Apalagi butir-butir perjanjian Linggarjati dimana Sutan Syahrir mewakili pemerintah republik sama sekali tidak menguntungkan.


Ada banyak kekecewaan di antara para pemuda.  Di antara para pimpinan terlebih lagi, banyak pertentangan ideologi dan masing-masing ingin mengisi kesempatan yang terbuka di depan mata dengan ideologi yang dipercaya akan membawa kemakmuran dan kesejahteraan sebagai bangsa yang merdeka.

08 Juli 2013

Kembali ke Situ Gunung



Kami bengong di tengah puncak bukit.  Di depan ada jalan tanah dengan batu dan lobang sebesar kepala kerbau, siap menghajar bagian bawah mobil. 

Mundur pun susah mengingat jalan yang sempit dengan jurang di sisi jalan, padahal pintu masuk Situ Gunung tinggal 3.5 km lagi.  Akhirnya mobil pun pelan-pelan merayap mundur mencari posisi sedikit lapang untuk berputar balik.

Sebenarnya jalan menuju Situ Gunung yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango tinggal lurus-lurus saga dari Polsek Cisaat, tapi entah mengapa kita yang sok pinter ini malah berbelok mengikuti jalan potong yang sebenarnya diperuntukkan untuk Jip dengan double gardan :(

05 Juli 2013

KAI yang sibuk berbenah

Gerimis masih tersisa saat kereta tiba di stasiun Gondangdia. Langit masih menyiratkan senyum kelabunya tetap enggan mengeluarkan semburat riang kemerahan.

Para penumpang berhamburan turun di peron, adu cepat menuju pintu keluar. Semua tidak ingin berlama-lama mengantri. Sudah capek berdiri tergencet sepanjang perjalanan masih harus antri lagi keluar pintu peron.


Ya, hari ini adalah hari ke 5 pihak KAI memberlakukan penggunaan kartu komuter 100%. Tidak ada lagi remah-remah tiket kertas yang lecek mengotori lantai.  Di tiap pintu ada petugas yang membimbing para penumpang cara menggunakan kartu.

Banyak pengguna kereta terlihat kikuk menggunakan kartu. Saat masuk peron, alat pengecek kartu ada di sebelah kiri, sebaliknya akan menjadi di sisi kanan saat keluar peron.  Itu yang sering membuat bingung, terbalik antara masuk dan keluar.  Apalagi buat yang tergolong lansia.  Berpuluh tahun menggunakan kertas tentu saja kagok saat sistem berganti.