25 Desember 2010

Dekonstruksi Sejarah

Sejarah bisa ditafsirkan beragam baik oleh pemenang atau pihak yang kalah. Yang membedakan mungkin hanya masalah akses yang diberikan untuk mengetahui bahwa selalu ada versi sampingan setelah versi resmi.

Seperti epos Rama dan Rahwana, epos Minakjingga dari Blambangan atau kisah Siti Jenar. Dalam versi lain Rahwana dan Minakjingga tidak selalu berupa raksasa berwatak bengis. Pun selalu ada pandangan berbeda dalam menyikapi ajaran Siti Jenar.

Begitu pula dalam sejarah Pajang dan Jipang. Kita telah kenyang dengan dongeng kehebatan Jaka Tingkir. Babad Tanah Jawi tak kurang puja pujinya terhadap Hadiwijaya muda ini.

Bagaimana dengan Penangsang? Buku buku resmi sejarah mencatat adipati Jipang ini sebagai manusia brangasan dengan kumis tebal melintang dan mata merah menyala, seperti yang dimainkan di pementasan ketoprak. Yang semata mata menuntut tahta Demak sepeninggal Sunan Prawoto.

Penangsang adalah anak sulung Pangeran Sekar Kikin atau yang kemudian dikenal sebagai Sedo Lepen. Raden Kikin merupakan anak tertua dari Raden Patah. Sepeninggal Raden Patah, seharusnya tahta Demak jatuh kepada Raden Kikin namun rapat Dewan Wali memutuskan Raden Yunus Surya atau Sabrang Lor menjadi Sultan Demak. Sabrang Lor wafat dalam usia muda, tahta jatuh ke tangan Raden Trenggono lalu ke tangan Sunan Prawoto anak Trenggono.

Untuk memuluskan ayahnya memegang tahta, Prawoto muda yang bernama Bagus Mukmin membunuh Raden Kikin, saat itu Penangsang baru saja dilahirkan.

Versi resmi jelas mengatakan Raden Kikin dibunuh oleh Pangeran Prawoto. Pangeran Prawoto bisa melenggang dengan aman ke tahta Demak tanpa tuntutan atas perbuatannya.

Sang Ratu Kalinyamat diam, kerabat istana diam dan para wali pun tidak berbuat apa apa atas pembunuhan ini. Utang Pati nyaur Pati, begitulah Penangsang menuntut balas.

Membaca dekonstruksi Penangsang memang harus menyingkirkan gambaran yang telah terbentuk sebelumnya. Tidak lagi memihak Pajang sebagai pemenang tapi membuka diri terhadap kemungkinan adanya versi paminggir dari sejarah resmi.

Namun ada 1 hal yang sama baik dalam versi umum maupun versi paminggir, yaitu pertentangan para wali dalam hal penyebaran Islam dan dalam pemilihan calon penguasa Demak.

Jika Penangsang berhasil menduduki tahta Demak, maka mungkin tidak akan ada Mataram. Babad Tanah Jawi tak kan pernah ada. Jaka Tingkir akan digambarkan dengan topeng berwajah merah dan garang dalam pertunjukan ketoprak.

Sayang nasib menggariskan lain, Penangsang mati oleh kerisnya sendiri saat pertempuran melawan Sutawijaya di tepi Bengawan Sore. Ia mati dengan gagah di atas punggung Gagak Rimang, kuda kesayangannya.

Riwayat Penangsang pun kelam sebagai pemberontak, walaupun ia juga pemegang hak atas tahta Demak.

Penggambaran Penangsang setelah itu makin menegaskan sejarah memang milik pemenang.

14 Desember 2010

Daerah Istimewa

Kekompakan masyarakat Jogja sangat menarik bagi saya.

Memang konflik kepala DIY harus melalui penetapan atau pemilihan banyak memancing reaksi politis maupun non politis. Wacana SBY yang disampaikan kurang bijak mengenai sistem monarki dalam negara demokrasi tak pelak memancing reaksi dahsyat terutama dari warga Jogja apalagi mereka baru tertimpa musibah.

Sudah pasti ada agenda tertentu dibalik pernyataan itu, utk men-demokrat-kan DIY mungkin. Di lain pihak Sultan HB X bukan tidak mempunyai maksud politis, seperti kata sahabat saya, sang kuncen Solo. Beliau runtang runtung bersama Surya Paloh dengan Nasional Demokrat. Surya Paloh sudah menjadi rahasia umum, mempunyai rasa sakit hati terhadap SBY akibat janji yang tidak ditepati.

Draft RUUK sudah dimuat di surat kabar. Isinya memang memberikan kekuasaan sangat besar kepada Sultan. Namun saya juga sekilas meraba adanya celah celah yang akan dipakai untuk menempatkan orang tertentu dari partai tertentu.

Jika yang menjadi alasan adalah demi demokrasi maka monarki harus dihapuskan. Maka mungkin masyarakat Jogja sudah membuktikan bahwa demokrasi tetap ada dalam monarki. Bahwa segala teori tentang monarki bisa diselaraskan dengan derap kekinian.

Siapa bilang pemilihan adalah cara yang terbaik dalam mengangkat kepala daerah. Banyak kejadian di Indonesia, pilkada adalah kegiatan buang buang duit dengan hasil yang jauh dari memuaskan. Pilkada adalah lahan subur bagi massa bayaran. Dengan sistem yang amburadul pilkada sama sekali tidak berguna.

Bisa jadi dalam bayangan rakyat Jogja lebih baik mengikuti agenda politik Sultan yang orang asli Jogja dari pada diobok obok oleh agenda politik orang luar Jogja. Mungkin sekali rakyat Jogja lebih cerdas dari kita yang mengaku pakar, mereka sudah melihat ricuhnya Pilkada dan tidak ingin hal itu menimpa kota kelahirannya.

Anak sulung Republik ini sudah terlanjur meradang akibat kurang bijaksananya pemerintah dalam bersikap.

Adapun saya hanya orang yang buta hukum yang merasa memiliki keterikatan dengan Jogja dan merasa sayang bahwa Jogja kini gonjang ganjing. Biarlah mereka mereka yang hidup dan mati di Jogja menentukan sendiri cara apa yang mereka inginkan dalam penentuan kepala daerah. Pemerintah tidak usah kuatir kalau kelak Sultan HB dan keturunannya tetap menguasai Jogja. Rakyat Jogja tidak akan segan segan turun ke jalan jika sang raja dianggap tidak lagi mengayomi rakyatnya.

11 Desember 2010

Kyai Merah Dari Surakarta

Mungkin Kyai Misbach adalah satu satunya anggota Komunis yang berpredikat Haji. Dukungan Misbach pada komunis seakan untuk membuktikan bahwa ajaran komunis dan ajaran Islam bisa berjalan selaras.

Haji Misbach yang dikenal kemudian sebagai Haji Merah berasal dari keluarga perjabat keagamaan di kraton Surakarta. Misbach pernah menjadi saudagar batik yang cukup sukses. Saat itu lazim jika para saudagar pribumi bergabung dengan Syarikat Islam yang dipimpin oleh Tjokroaminoto.

Misbach yang berwatak radikal tidak puas dengan sikap SI yang moderat dan non politik. SI sebagai organisasi yang besar saat itu menarik perhatian ISDV (cikal bakal PKI) untuk menempatkan anggotanya dalam jajaran pengurus SI.

Anggota anggota ISDV yang berwatak revolusioner dan anti kapitalis dengan cepat menarik perhatian Misbach. Ia pun mulai mempelajari komunisme dan merasakan adanya kesesuaian antara ajaran komunis dan Islam yaitu sama sama memperjuangkan masyarakat non kelas, dan membela rakyat dari penindasan.

Pengaruh komunis yang meluas di kalangan anggota SI tentu membuat gerah Tjokroaminoto, sehingga keluar kebijakan disiplin bahwa anggota SI dilarang berpolitik dan menjadi anggota organisasi lain, dalam hal ini lebih ditujukan kepada komunis.

Atas pelarangan ini Misbach pun berang, SI segera terpecah menjadi SI merah dan SI putih. SI merah dipimpin oleh Semaun, tokoh komunis utama waktu itu selain Tan Malaka.

Misbach juga menerbitkan koran Medan Muslimin tahun 1915, ia juga menjadi redaktur koran Islam Bergerak, 2 surat kabar ternama saat itu. Tulisan tulisannya banyak mengupas ajaran komunis dan Islam, dengan caranya ia mengingatkan kaum muslimin tentang tugasnya di dunia.
Bagi Misbach komunisme merupakan nyawa untuk menerapkan perjuangan masyarakat tanpa kelas. Baginya kapitalis adalah ajaran serakah, dimana setiap orang mengejar keuntungan tanpa mempedulikan orang lain.

Anggapannya tentang kapitalis ini bertentangan dengan Tjokro yang berpendapat adanya kapitalis yang baik dan kapitalis buruk.

Misbach juga terlibat dalam pemogokan kaum tani di klaten sebelum tahun 1920 yang menyebabkan ia diseret ke penjara. Di Surakarta ia ikut membidani kelahiran PKI. Kegiatan kegiatan radikalnya menyebabkan ia dibuang ke Manokwari sampai akhir hayatnya.

Misbach tidak pernah gentar dalam memperjuangkan masyarakat anti kelas, anti penindasan. Apa yang dipelajarinya memberikan keyakinan bahwa Islam dan komunisme sesungguhnya dapat berjalan beriringan walaupun berangkat dari awal yang berbeda.

06 Desember 2010

Dari Masa Silam

Ada permintaan konfirmasi masuk ke facebookku.

Tersentak melihat nama yang tertulis disitu. Seseorang dari masa silam.

Apa maunya? memang sudah biasa masa lalu menjadi teman di dunia maya. Tapi untuk yang ini terasa kurang nyaman. Bertahun berpisah begitu saja tanpa kabar. Bukan salah siapa siapa memang keadaan yang mengharuskan seperti itu.

Tanpa sengaja pula terkoneksi online. Singkat ia menceritakan kehidupannya sekarang, pekerjaan dan lain lain

Aku mengangguk angguk membaca ketikan online-nya. Ia menanyakan kenapa tidak mengundangnya saat aku menikah dulu. Sederhana aku menjawab, tidak tahu harus mengirim kemana. Yah,,,jarak sebagai kendala. Hati hati sekali aku menelaah setiap pertanyaan demi menghindari salah tafsir.

Semoga orang orang dari masa lalu lainnya tidak serentak menyerbu facebookku....halah lebay....

04 Desember 2010

SABTU INI

Hari Sabtu ini kembali saya tergesa-gesa. Tidak terlalu sih, cuma memang saya ada acara di Rumah Cahaya sekitar jam 10:00. Memang tidak mungkin datang tepat waktu karena harus membereskan urusan rumah dulu.

Asyar tidak ingin ikut, mau di rumah aja katanya. Ok,lah saya pamitan. Baru saja 1 menit berjalan kaki, ternyata anak itu lari menyusul sambil menangis. Tentu saja saya tercengang, ternyata ia mendadak berubah pikiran, mungkin kangen dengan ibunya yang kerap pulang malam.

Akhirnya saya balik ke rumah untuk menyiapkan barang barang tambahan. Tambah 1 gembolan berisi mainan, baju ganti, bedak talc :), karena akan berada seharian di Rumcay.
Seperti biasa, depok macet.

Diskusi sudah berjalan saat saya tiba. Saya sangka pembahasan puisi akan membosankan tapi kelihatannya cukup menarik. Apalagi pertemuan berikutnya akan membahas Amir Hamzah, angkatan pujangga baru. Segarrr..me-refresh otak saya.


Makan siang tiba, saya mengajak Asyar ke warteg...ha....ha....biarlah anak itu belajar hidup orang orang pinggiran. Nyatanya anak itu lahap lahap saja makannya. saya seperti biasa, sup tanpa nasi.


Sampai sore menjelang, barulah kita pulang. Ternyata saya punya janji untuk mencukur rambutnya. Baiklah, mampir dulu ke tukang cukur untuk merapikan rambut keritingnya.


Harus berlari lari menuju terminal karena hujan rintik rintik, payung saya ketinggalan di rumcay. Sampai di rumah hampir Isya, istirahat ? belum ternyata karena ternyata Asyar minta dibuatkan nasi goreng.

Setelah nasi goreng siap...tangan saya gatal ingin membersihkan kompor. Jadilah saya kembali menyingsingkan lengan baju membersihkan kompor dan bak cuci piring
setelah itu baru mandi.

Baru ingat saya berencana membantu teman saya menyiapkan writing camp. harus browsing untuk mencari patokan harga AC portable bekas.
Selesai juga ternyata...saatnya waktu untuk diri saya sendiri....fiuuhhhh! capek tapi senang.

28 November 2010

Hari Aksara seribu tahun yang lalu


Saya teringat ulasan di surat kabar mengenai hari aksara. Memang yang selama ini dirayakan adalah hari aksara Internasional tanggal 8 September. Tidak ada alasan pasti kenapa kita harus mengikuti penetapan tanggal tersebut untuk merayakan secara nasional.

Lalu ada sejumlah cendekiawan merayakan hari Aksara Nusantara tanggal 14 Oktober. Menarik sekali latar belakang penetapan hari Aksara versi Nusantara.

Semua dimulai lebih dari 1000 tahun lalu, di tahun 996 SM, hari ke 15 bulan Asuji yang diterjemahkan kemudian sebagai tanggal 14 Oktober. Pada hari itu rakyat Medang berkumpul di alun alun kota, kemungkinan di Wwatan Mas, Jawa Timur. Hari itu Sang Raja Dharmawangsa Teguh Anantawikramotunggadewa untuk pertama kalinya menggelar pembacaan rontal Wirataparrwa dalam bahasa Jawa Kuno.

Bagi yang pernah membaca Mahabharatta, pastilah tahu jika Wirata adalah nama kerajaan dimana Pandawa harus menggenapkan hukum buang selama 13 tahun dengan menyamar. Wirata terpilih menjadi tempat penyamaran itu.

Kisah itu yang tertulis dalam bahasa Sanskerta diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa kuno oleh para Kawi untuk kemudian dibacakan di depan rakyat Medang.

Kitab yang selama ini hanya boleh dibaca oleh kaum brahmana dan bangsawan kini dibuka seluas luasnya oleh Dharmawangsa Teguh.

Semua terangkum dalam pembukaan kitab Wirataparwa. Dan fakta inilah yang menjadi dasar pijakan untuk mengangkat tanggal 14 oktober sebagai hari aksara Nasional. Usulan yang mempunyai dasar historis kuat.

Mungkin bukan cuma kerajaan Medang yang membuka kesempatan bagi rakyat jelata mengenal aksara, mungkin pula jauh di Sumatera sana, Sriwijaya juga memberikan kesempatan yang sama. Hanya mungkin tidak terdokumentasikan.

26 November 2010

Beda bacaan beda selera

Ada pesan masuk ke ponsel saya dari teman, undangan utk menghadiri launching dan diskusi antologi cerpen karya Benny Arnas.

Ok, masalahnya siapakah Benny Arnas itu? maklum bukan penggemar novel.

Jadi salah saya, karena tidak menggemari novel novel populer. karena lebih menggemari tulisan lain genre. Nama Clifford Geertz, Dennys Lombard, Ben Anderson atau Mark Woodwards lebih akrab di telinga saya. Kok bule semua? Gak kok, banyak buku buku koleksi saya yang ditulis oleh penulis Indonesia. Tapi saya tetap menggeleng jika disebut nama Fira Basuki, iya sih memang saya tau dia penulis terkenal, tapi tetap saja belum pernah membaca novelnya. Lagi lagi saya memang bukan penggemar sastra wangi.

Sayangnya mereka bukan penulis novel cinta. Bukan Nicholas Spark, novelis yang ganteng itu. Mereka cuma kakek kakek, bahkan ada yang sudah meninggal seperti Pramoedya Ananta Tour.

Karya karya mereka cenderung berat dan membosankan seperti Nusa Jawa Silang Budaya, kerajaan Aceh (Lombard), Religion of Java (Geertz), Islam Jawa (Woodwards), Palu Arit di ladang tebu (hermawan sulistyo) Tapi saya suka, bahkan cenderung tergila gila. Apa boleh buat takdir menggariskan saya harus beda liga dengan teman teman pergaulan. Sepertinya saya cenderung terlalu serius belakangan ini :)

Jadi maaf ya Mas Koko, saya sih tetap hadir tapi pasti dengan kondisi blank, secara gak tau isi novelnya apa.

25 November 2010

Hari ini

hari ini cuma sholat subuh, maghrib dan Insya Allah bisa sholat Isya....dasar pemalas.

hari ini mendengar cerita teman yang baru pulang Haji, berbinar binar ia menceritakan pengalaman spiritual...Tarikan iman begitu kuat, sehingga ia tidak ingin diganggu oleh BB. lebih senang berdoa sepanjang waktu dibanding mengecek status.

hari ini untuk pertama kali mata saya berkaca kaca mendengar pengalaman spiritual saat Haji. Syukur alhamdullilah, hati saya yang keras nampaknya mulai melunak.

24 November 2010

Printilan

Sedikit catatan harian, pas pengen ditulis aja :

1. Kemarin saya ditraktir lunch oleh teman yang ultah, sebetulnya agak malas beranjak dari meja karena toh ditraktir atau bayar sendiri tetap saja saya makannya sedikit :)...gak ngaruh.
Berangkatlah 8 cewek menuju D'Cost dengan mobil kantor. Di tengah jalan seseorang menelepon, marah marah karena mobil yang dipesannya dipakai oleh kita. Teman saya yang berusaha menjelaskan jadi emosi. Akhirnya turunlah kita dan naik taksi. Sepanjang perjalanan singkat itu, teman saya emosi dan berbalas bbm dengan "sang oknum". Saya memilih diam karena tidak tertarik dengan pertengkaran yang berlarut larut ditambah dengan kepala yang mendadak nyut nyut-an. Sampai di tempat, pembicaraan masih berkisar dengan perang BB. Saya memilih tempat paling ujung dan lagi lagi lebih suka mendengarkan sambil memikirkan hal lain yg lebih menarik...Dasar cewek!!!....

2. "Dasar Capricorn" begitu kata teman saya yang akrab dengan istilah perzodiakan. Kata kata itu sering dilontarkan pada saya. Panjang pendek ia mengeluh kalau orang berzodiak Capricorn cenderung acuh tak acuh dan asyik dengan dunia sendiri. Girl...kami memang sering nampak berada di alam lain, tapi percayalah kami adalah orang yang paling tidak suka usil terhadap urusan orang. Pacar dan pasangan tidak akan pernah repot dengan kami karena kami selalu punya sesuatu untuk dikerjakan sendiri..:)

3. "Pembantu gue kagak balik!"...begitu kata teman saya. Wah, saya sendiri sudah hampir setahun ini sudah tidak lagi pakai pembantu yang menginap. Saat ini cuma ada pembantu jam-jam-an, datang jam 9 pagi pulang jam 11 siang untuk mencuci, ngepel dan setrika. Hari minggu libur. Memang lebih ringkas, tidak perlu pusing krn ulah pembantu. Konsekuensinya tentu saja pulang kantor tidak bisa teriak minta dibikinin teh. Sambil mandi, sekalian menyikat kamar mandi :).. mempersiapkan sayuran yang akan diolah untuk bekal Asyar besok, sekaligus memeriksa PRnya dan menyiapkan buku bukunya. Pagi pagi sudah bangun dan memasak untuk bekal Asyar, sekaligus membantunya bersiap siap sekolah. Jika saya harus menyiapkan presentasi atau tulisan sampai dini hari...ya bangunnya tetap harus jam 5 pagi....:). Hari minggu, karena pembantu libur, semua yang jadi tugas pembantu menjadi tugas saya..:), tidak lupa membimbing anak belajar... Capek?...tentu saja tapi puas, karena semua bisa teratasi. Kadang saya juga mengajak Asyar ke perpustakaan tempat saya mengisi waktu week-end, atau membawanya ke tempat senam karena ia senang sekali mencoba sepeda ayun.
Terima kasih buat nyokap bokap yang kompak bergantian menunggu di rumah membantu menjaga Asyar. Terima kasih juga buat Asyar, karena sudah jadi anak yang sangat mandiri, sangat mengerti dengan ayah ibunya.

4. "Bu, saya boleh pinjem uang, buat semesteran anak?" tanya pembantu saya hari Sabtu kemarin. Minggu lalu, tukang yang biasa membersihkan got dan memotong rumput serta pohon di rumah saya juga melakukan dialog yang sama. Saya hanya bisa garuk garuk kepala...memang tampang saya tampang orang kaya ya?....kenapa dari dulu orang senang sekali meminjam uang pada saya. Sampai pembantu tetangga pun tiba tiba datang untuk pinjam uang. Sialnya, saya selalu tidak tega untuk menolak atau kadang menagih....karena saya rasa setiap orang punya hak untuk hidup sejahtera. Semoga saja dengan itu saya dimudahkan rejekinya oleh Yang Kuasa...amin.

5. Kerja di Jakarta butuh banyak energi. Ya energi buat menghadapi macet, buat menghadapi stress pekerjaan. Apalagi bagi ibu rumah tangga yang bekerja. Jadi kalian sadar kan, kenapa saya gak suka arisan, karena saya capek seharian di kantor, jadi jika di rumah saya lebih suka menghabiskan waktu dengan anak saya, memantau PR atau belajarnya dibanding melayani ibu ibu yang ngobrol ngalor ngidul, lagi pula setiap ada kerja bakti RT saya selalu turut serta kok. kedua, saya juga ada kegiatan di komunitas, jadi week-end terpakai beberapa jam untuk mengurus kegiatan. Ketiga, saya sering punya PR menulis jadi week-end juga harus dibagi untuk aktivitas itu. Belum lagi jadwal olahraga. Ditambah saya kan juga harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga karena bisa dibilang tidak punya pembantu yg stay 24 jam untuk disuruh suruh seperti ibu-ibu lainnya. Belum lagi jika ada pertemuan orang tua murid hari Sabtu, saya harus ngebut menyetir ke sekolah Asyar.
Jadi lebih capek mana? jadi full ibu rumah tangga atau ibu rumah tangga yang bekerja, yang tidur cuma 3-4 jam sehari? kalau masih nyinyir juga,,,silakan tukar tempat dengan saya...dijamin kena liver!!...

08 November 2010

Satu Budaya Untuk Semua Bangsa

Dulu saya selalu malas bila mengikuti pelajaran bahasa sunda di SMP. Setiap ada PR selalu saya minta Ibu yang membuatkan. Pokoknya saat itu saya dan ibu saya menganggap bahasa Sunda tidak berguna apa apa untuk masa depan. Tentu saja tidak bisa dibandingkan dengan bahasa Inggris.

Saat SMA di Bogor yang secara geografis lebih sunda, bahasa sunda malah ditiadakan. Dengan berlomba lombanya murid untuk masuk ke jurusan Fisika dan biologi. Pelajaran bahasa Sunda langsung masuk kotak. Orang sunda sendiri pun tidak begitu peduli dengan bahasa ibu mereka.

Kini setelah bekerja di Jakarta saya memang tidak menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa pergaulan. Lebih banyak dengan bahasa Indonesia dengan teman sekerja atau bahasa Inggris dengan Bos atau teman dari negara lain. Jadi tidak ada ruginya tidak bisa berbahasa Sunda. Bahasa Sunda tidak membuat penggunanya bangga, bahkan orang orang yang masih kental logat Sundanya kerap ditertawakan, sama seperti kita menertawakan logat Banyumasan, Tegal atau Batak. Bahkan logat orang Jawa yang. medok saat berbahasa Inggris kerap membuat kita terpingkal pingkal.

Bahasa Perancis terasa lebih sexy di telinga, bahasa Inggris membuat kita terlihat pintar, apalagi jika kita menguasai bahasa bahasa lainnya dari berbagai negara. Tidak heran penggunaan bahasa daerah dengan cepat berkurang sehingga akhirnya punah. Dan lagi lagi kita tidak peduli dengan kepunahan itu. Kecemasan itu hanya milik orang orang tua kolot yang tidak mau menerima kemajuan jaman. Di mana batas batas wilayah menjadi sumir. Orang berkomunikasi dalam satu bahasa dan itu adalah bahasa Internasional.

Kebijakan dunia pendidikan Indonesia lebih ramah terhadap bahasa Inggris terbukti dari hasil seminar di Bandung tahun 1992 yang merekomendasikan bahasa Inggris sebagai muatan lokal dan agar diberikan di SD mulai dari kelas IV - VI.

Belakangan rekomendasi ini menjadi kebijakan sekolah sekolah untuk menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa utama. Juga dijadikan ajang komersialisasi pendidikan oleh sekolah umum dengan menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dan beralih menyebut dirinya menjadi Sekolah Berstandar Internasional (SBI) walau banyak ketidakjelasan tentang standar internasional mana yang dipakai.

Kita yang muda dengan gegap gempita meyambut keseragaman itu. Bangga akan lidah yang dengan fasihnya melafalkan kata kata asing. Sebisa mungkin menghapus identitas asli yang terasa kampungan dan tidak beradab.

Kita baru uring uringan saat negara tetangga mengakui budaya kita sebagai miliknya. walaupun mungkin pengetahuan kita sebagai pemilik asli mungkin tidak lebih baik dari sang tetangga. Kita cuma bisa bangga tapi tidak malu saat orang orang bule bersusah payah mempelajari bahasa bahasa daerah sementara kita sang pemilik asli cuma bisa melongo.

Saat manusia mulai jenuh dengan keseragaman, barulah kita tergopoh mencari identitas yang terkubur. Berusaha mengibarkan kembali semangat keragaman lokal yang menjadi dasar Indonesia.

Keengganan kaum muda untuk mempelajari bahasa bahasa daerah dan maraknya penggunaan bahasa Inggris di sekolah sekolah dasar mengingatkan saya akan "Polemik Kebudayaan" tahun 1935 - 1936 di mana Sutan Takdir Alisjahbana beranggapan bahwa kebudayaan Indonesia Modern haruslah terputus dengan kebudayaan masa silam yang dipengaruhi oleh Hindu dan Arab yang disebutnya sebagai kebudayaan Pra Indonesia.

Sebagai "Bapak bahasa Indonesia" Takdir mengecam banyaknya kata kata yang berasal dari bahasa daerah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Ia menganjurkan agar kebudayaan Indonesia benar benar harus mengacu ke barat meninggalkan segala warisan tradisional yang menyebabkan bangsa Indonesia menjadi statis.

Suatu usul yang ramai ditentang oleh Sanusi Pane, Ki Hadjar Dewantara, Tjindarbumi dan rekan sastrawan lainnya. Ki Hadjar mengkhawatirkan masih rendahnya pendidikan rakyat Indonesia pada masa itu bila langsung dihadapkan dengan kebudayaan asing. Dengan kata lain Ki Hadjar menginginkan rakyat Indonesia harus mempunyai identitas yang kokoh terlebih dahulu sebelum menyerap budaya barat.

Harapan Sutan Takdir agar kita mengacu pada kebudayaan barat mungkin sudah mulai terwujud dengan tingkatan ekstrim, namun kekhawatiran Ki Hadjar bahwa rakyat Indonesia akan terlempar dari identitasnya juga sudah terlihat jelas.

Menurut Nurachman Hanafi, Dosen FKIP Universitas Mataram dalam makalahnya untuk seminar Nasional Bahasa Indonesia tahun 2009 memperkirakan bahwa Indonesia memiliki 750 bahasa daerah yang sebenarnya sangat dikagumi oleh para peneliti asing karena ciri khas pembedanya.

Menurutnya Bahasa Jawa menempati urutan pertama dengan jumlah penutur 60 juta jiwa diikuti dengan Bahasa Sunda dengan penutur sebanyak 24 juta jiwa.

Jika keberadaan bahasa yang pluralistis melemah akan menyebabkan melemahnya pewarisan pengetahuan tentang kebahasaan. Melemahnya keberagaman bahasa membuat kekuatan adaptasi manusia sebagai mahluk sosial merosot.

Saya pernah membaca ulasan, bahwa suksesnya operasi Woyla dalam rangka membebaskan penumpang Garuda dari pembajakan di Don Muang, Thailand juga dikarenakan komunikasi rahasia di lapangan antar tentara RI menggunakan bahasa Jawa agar tidak bocor ke tangan militer Thailand maupun para pembajak. Walaupun komandan operasi grup Para Komando saat itu Kolonel Sintong Panjaitan berasal dari Sumatera, namun ia menguasai bahasa Jawa.

Sekarang semua terpulang pada generasi sekarang dan kita sebagai generasi sebelumnya, apakah kita akan terus berjalan tanpa menoleh dan membiarkan semua ciri identitas yang semula menjadi tulang punggung terbentuknya Indonesia hilang tertutup kebudayaan lain. Atau membuka pintu untuk semua kebudayaan sambil tetap merawat milik kita sendiri.

Kini saya sungguh menyesal telah meremehkan bahasa daerah, bahasa yang sebenarnya menjadi identitas unik, bukti akan keragaman suku bangsa di Indonesia. Bahasa yang sama terhormatnya seperti bahasa Inggris dan Perancis.

Sungguh saya tidak ingin menjadi bagian dari masyarakat yang serba seragam. Saat semua budaya menjadi seragam, saat itulah kematian peradaban mulai menjelang.

16 Oktober 2010

Kenapa Hanya Kartini

Benarkah hanya Kartini tokoh emansipasi wanita? Apakah kehidupan wanita nusantara jaman dahulu sedemikian parahnya sehingga benar benar hanya Kartini yang mampu mendobrak belenggu tersebut.

Lebih jauh lagi jika ditelusuri tokoh Kartini lebih banyak diorbitkan oleh JH Abendanon atas rekomendasi Christiaan Snouck Hurgronje. Begitulah kira kira kira gugatan Profesor Harsja Bachtiar seorang sosiolog. Kartini didorong menjadi tokoh emansipasi wanita dalam kaitannya dengan politik etis.

Bila kita menoleh jauh ke belakang, Indonesia banyak mempunyai referensi tokoh wanita yang bisa dipandang sebagai penggerak emansipasi. Abad 17 ada laksamana wanita Keumala Malahayati, panglima perang armada angkatan laut kerajaan Aceh. Masih ada lagi Sultanah Safiatudin, yang memerintah Aceh sekitar abad 17 yang memajukan dunia kesusasteraan Aceh, sehingga karya karya Nurdin Ar Raniri dan Hamzah Fansuri dapat dikenal. Pada jaman Safiatudin pula VOC tidak dapat memonopoli perdagangan timah dan bahan tambang lainnya.

Yang sejaman dengan Kartini, ada Rohana Kudus dari Koto Gadang yang adalah jurnalis wanita pertama Indonesia.

Pertanyaan yang menohok, Mengapa hanya Kartini? bukan Rohana Kudus, Cut Nyak Dien dan tokoh lainnya. Ada satu kesimpulan yang mengejutkan menurut Harsja, karena selain Kartini mereka semua menentang Belanda.

Kartini yang dipingit oleh keluarganya merasa bahwa orang Belanda adalah penyelamatnya pada akhirnya melahirkan cara pandang yang berbeda, cenderung berpihak pada kolonial.

Harsja bahkan menyinggung nama Snouck Hurgronje seorang orientalis terkenal yang khusus didatangkan Belanda guna memadamkan perlawanan rakyat Aceh sebagai salah satu mata rantai dari penokohan Kartini tersebut.

Dalam buku Politik Islam Hindia Belanda dikupas salah satu strategi Hurgronje yaitu pembaratan kaum elite pribumi melalui dunia pendidikan. Dengan strategi ini diharapkan kaum elite pribumi dapat dengan mudah didekati dan pada akhirnya rakyat akan mengikuti pimpinan mereka.

Tentu saya tidak ingin membahas kaitannya dengan Islam, walaupun tidak dapat dibantah tujuan utama Snouck Hurgronje adalah mencegah meluasnya pengaruh Islam di Indonesia melalui strategi di atas.

Saya lebih menekankan perlunya catatan alternatif seperti ini diberikan kepada masyarakat. Bukalah cakrawala pemikiran seluas luasnya. Agar tidak terjebak pada hal hal yang sudah distempel resmi dari atas.



10 Oktober 2010

Nasib Indonesia pasca BBM

Sebagai pelaku ulang alik yang tinggal di daerah pinggiran, saya memperhatikan Jakarta dan jalan jalan akses dari udik menuju Jakarta makin macet luar biasa. Kebetulan musim ini musim hujan sehingga tangan kita bisa menuding hujan yang menyebabkan jalan tergenang dan merembet pada lalu lintas yang terganggu. Tapi sekali waktu udara terang benderang dari pagi sampai malam, namun macet tetap saja terjadi.


Harga BBM selangit, tapi konsumsinya tetap boros. Saya mengerti kalau pemakaiannya untuk hal hal operasional seperti truk pengangkut hasil bumi, motor para pedagang ayam atau ikan, para kurir, Bis, atau para pelaku usaha kecil lainnya.


Tapi saya tidak mengerti dengan mobil mobil yang bertambah banyak, para pemakai mobil apakah tidak dapat menghitung berapa pemborosan yang mereka lakukan tiap hari. Boros waktu, boros bensin, boros tenaga dan sekian boros boros lainnya. Tampaknya hargaBBM yang melonjak tidak menjadi masalah lagi. Atau mereka tidak mau mencoba alternatif lain seperti naik motor misalnya.

Iseng saya tanya bos saya,,,,kenapa dia tidak mau menggunakan motor dari rumahnya di Ciputat...."Panas, Mal" katanya. Sepertinya ia lebih rela bermacet macet, membuang bahan bakar asalkan bisa tetap menggunakan AC. Daripada naik motor, menghemat waktu namun terpapar oleh matahari yang terik dan..jangan lupa polusi tingkat tinggi yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar yang gila gilaan. Belum lagi buangan sisa freon ac mobil. Apakah semua ac mobil menggunakan freon R 134 yang katanya ramah lingkungan. Saya sih tidak yakin, berani taruhan masih banyak yang menggunakan R 12.

Lagi pula R 134 itu hanya meminimalkan kerusakan lapisan ozon, bukan benar benar aman sama sekali.

BBM mirip sembako, biarpun mahal namun tetap dicari karena merupakan hidup mati. karena itu bisnis pompa bensin pasti laku, setidaknya selama cadangan minyak bumi masih ada. Bila ada 3 pompa bensin Pertamina di satu jalan yang sama, ketiganya dipastikan tetap laku. Apalagi dengan jalan yang semakin macet, konsumsi bahan bakar akan berlipat ganda, efek belakangnya adalah naiknya harga pengangkutan, lalu merembet ke harga barang.

Katakanlah Indonesia mengkonsumsi BBM 1,15 juta barel sehari. Setahun sekitar 400 juta barel. Sedangkan produksi minyak bumi kita sekitar 953 ribu barel/hari . Pmerintah harus mengimpor sekitar 400 ribu barel minyak mentah perhari.

Sebenarnya berapa sih cadangan minyak bumi kita. Ada yang bilang sekitar 9 miliar barel, dan pasti sudah berkurang sekarang.

Dengan keadaan seperti, kebutuhan akan bio teknologi tidak dapat ditunda lagi. Pemerintah sebaiknya mulai menginvestasikan modal untuk memproduksi kendaraan ramah lingkungan dan teknologi pemanfaatan tenaga yang tidak akan habis seperti matahari sebelum cadangan minyak dan gas tersebut habis dan Indonesia bangkrut karena kehabisan cadangan ditambah sama sekali tidak punya persiapan teknologi non bbm belum lagi gundulnya hutan dan ozon yang berlubang.

Indonesia menghadapi masalah kekurangan pangan dan air yang cukup serius apabila, penebangan liar dibiarkan, atau bahkan penebangan yang dilegalkan tanpa memikirkan penghijauan. Juga apabila sektor pertanian yang sebenarnya bisa mandiri dibiarkan terlantar.

Sudah bukan masanya lagi kita terus bergantung pada cadangan minyak dan gas.

18 September 2010

Aku cinta buatan.....?

Suatu pagi bos saya menenteng iPad, sebuah komputer tablet keluaran Apple berlayar 10 inch. Dengan segera produk cantik nan canggih itu menjadi pembicaraan hangat di kantor. Dengan harga 5 juta sekian jika beli di Singapore bisa didapat IPad bermemori internal 16 GB.

Ketika diceritakan kepada manusia gadget, ia yang terbiasa bergaul dengan gadget tertawa terbahak bahak. Katanya; coba deh kamu keliling ke Ambassador sana, banyak buatan Cina yang sama persis. Nasihatnya, jangan terpaku dengan merk yang sudah establish, di dunia ini begitu banyak alternatif yang harus dilihat dan dicoba karena teknologi adalah milik semua orang.

Benar juga ya, ada yang menyerupai iPad namanya e pad (e-nya seperti logo internet explorer). Mirip persis dengan tampilan interaktif dan touch screen. Hanya saja jika pada iPad touch screennya peka dengan sentuhan ringan. Pada e pad kita harus menyentuh agak keras sehingga sebutannya bisa jadi push screen bukan lagi touch screen. Harganya jauuuuuhhhhh sekali dibawah yang original karena memang kapasitas memori juga tidak setinggi iPad.

Tapi bukan soal iPad atau e pad nya yang menarik. Tapi lebih pada buatan negara Cina yang katanya abal abal. Kata orang yang sinis, produksi Cina itu selalu meniru.

Namun, bukankah manusia belajar itu pertama tama dari meniru. Dengan meniru ia perlahan dapat mengembangkan kreativitasnya sehingga produk yang dihasilkan dari meniru itu mempunyai perbedaan yang semula tidak dipikirkan oleh pemilik ide asli. Jangan lupa banyak yang mengakui bahwa produk Cina selalu mengalami perbaikan mutu dari masa ke masa.

Bagi yang pejah gesang nderek Microsoft, tentu saja tidak familiar dengan operating system milik Apple. Peluang ini ditangkap oleh yang Cina mempunyai kemampuan meng-cloning teknologi dalam waktu singkat. 3 minggu sejak iPad diluncurkan, telah muncul benda benda serupa made in China di pasaran ya salah satunya e pad itulah yang berbasis Android. Toh sama seperti notebook atau netbook pada akhirnya diproduksi oleh merk merek lain. Dan sah sah jika teknologi digunakan untuk kemaslahatan orang banyak.

Balik lagi ke Negara Cina yang dicibir oleh orang kita sebagai peniru, mungkin sudah saatnya kita berkiblat ke Cina dan bukan lagi ke negara negara bule.

Kenapa? karena sudah jelas Cina berhasil membuktikan diri sebagai negara produsen, mereka berkali kali membuktikan bahwa teknologi barat bisa diadaptasi dengan harga lebih murah. Sebagai negara produsen sudah tentu mereka mendapatkan keuntungan dari negara konsumen yang penduduk apalagi pejabatnya sangat konsumtif, ya seperti Indonesia ini.

Para pembuat kebijakan lebih senang membuka keran impor besar besar, daripada bersusah payah membangun industri dalam negeri. Emang gue pikiran, wong cuma menjabat lima tahun kok,,,,mungkin begitu pikirannya.

Cina, negeri berpenduduk paling besar di dunia pastilah bermasalah dengan jumlah angkatan kerja yang melimpah. Hal ini disiasati pemerintahnya dengan menjadikan home industri dan perdagangan sebagai urat nadi. Orang Cina berdiaspora dan terkenal sebagai wiraswastawan tangguh di berbagai belahan dunia. Tapi bagaimana dengan penduduk yang tinggal di negara sendiri, tentulah menjadi tugas pemerintah Cina membuat kebijakan untuk memberdayakan warganya. Okelah pemerintah Cina sangat otoriter, tapi di bidang kebijakan ekonomi mereka mengerjakan PR mereka dengan sangat baik.

Menjadi negara produsen, mungkin itulah yang harus mulai dirintis oleh pemerintah Indonesia. Jangan terpaku dengan tingkat harga saham yang stabil seperti yang selalu didengung dengungkan oleh pemerintah saat ini, itu bukan cerminan keadaan real di masyarakat. Peduli apa warga kebanyakan dengan harga saham. Kita makan beras bukan makan saham.

Bagaimana caranya menjadi negara produsen? loh kok tanya saya,,,,anda anda dong yang duduk di kursi empuk pemerintahan yang harus mikir. Kan udah kita gaji tinggi, kasih fasilitas, mau studi banding tinggal pilih negara mana,,,,soal dana kan tinggal dibebankan ke kita sebagai rakyat. Monggo loh pak,,tinggal 4 tahun lagi tahun 2014, mbok kasih kenang kenangan hasil kerja yang bagus untuk rakyat.

Jangan takut menjadi negara peniru, bukankah sebenarnya kebudayaan dan ilmu pengetahuan negara negara Barat juga banyak menyerap dan meniru budaya dan ilmu pengetahuan dari Asia terutama pada abad 8 masehi, dimana saat itu dunia barat masih berada di jaman kegelapan. Orang Barat meniru dan mengembangkan sehingga sampai pada kondisi sekarang.

Mungkin produsen iPad itu tidak berani memasarkan produknya ke Cina karena sudah pasti warga sana akan bilang,,,"hey Mister, produk kalian mahal, kami bisa membuat yang sama dengan harga lebih murah".

Tapi tak masalah,,,bukankah masih ada negara seperti Indonesia yang penduduk dan apalagi pejabatnya lebih memilih gengsi daripada fungsi. Sorry ya boss, bukan maksud saya mencela loh. Maklum gak mampu beli iPad,,,he,,he

Buat saya sih, Netbook buatan lokal (bukan buatan Cina loh) cukuplah buat memenuhi kebutuhan. Harga lebih murah, fungsi sama cuma tidak interaktif, tidak touch screen. Tapi saya tetap mengharap iPad versi Indonesia.

Aku cinta, aku cinta buatan Indonesiaaaa,,,,,,

13 September 2010

Konsep Wihdatul Al Wujud

Manusia tanpa sadar selalu dikuasai oleh keserakahan. Mungkin sudah kodratnya, manusia dikarunia kemampuan berkembang hampir tanpa batas tapi juga bisa jatuh ke titik paling rendah jika tidak dapat menguasai nafsunya.

Contoh sederhana seperti siang tadi, pikiran saya penuh dengan ide ide dari buku bacaan, tapi TV juga menyajikan perjalanan sejarah penyebaran Islam di Banten yang membutuhkan fokus tersendiri, sementara buku buku tentang tasawuf bertebaran di lantai karena saya tiba tiba menemukan point point menarik. Itulah yang namanya serakah, kapasitas otak saya pas pas-an tapi tetap berkeras berusaha mengunyah bacaan beragam dan informasi dari TV secara bersama sama. Tentu saja konsentrasi jadi terpecah pecah.

Beruntung beberapa point tetap bisa menyangkut dan sangat menarik. Karena tidak sengaja pada 2 buku yang saya baca pada titik tertentu ditemukan adanya pertentangan. Sudah sejak lama saya sadar akan pertentangan ide tersebut, namun baru kali ini saya tertarik untuk menulisnya.

Sebenarnya sederhana saja. Tentang paham Wihdatul al Wujud. Bagaimana seorang Syech Lemah Abang yang berkelebihan dalam arti memiliki tingkat derajat keimanan menyamai Wali yang selalu berbuat untuk kemaslahatan masyarakat pada abad 15, menjadi kekasih Allah. Menjadi kekasih disini bukan seperti layaknya kekasih yang dihujani hadiah, namun pengertian dalam paham tersebut adalah menjadi Yang sendiri, diibaratkan seperti Rajawali yang terbang mengarungi kesunyian. Tanpa dapat dilawan ia ditarik kesadarannya sehingga menjadi majnun. Dalam dirinya ia bukan lagi suami, ayah atau seorang wali tapi ia telah menyatu dengan kehendak Allah. Mungkin ini yang dinamakan paham Wihdatul al Wujud, dijawakan menjadi manunggaling kawula lan gusti.

Majnun adalah keadaan gila/trance karena tarikan yang begitu kuat dari alam bawah sadar. Dalam kasus Syech Lemah Abang disebutkan ia menjadi majnun karena posisinya yang terpilih menjadi kekasih Allah, sehingga Allah yang maha pencemburu tidak ingin ia berpaling dariNya. membuatnya lupa akan diri, anak dan istrinya. Tentu saja ia juga telah melepaskan nafs-nya yang digambarkan sebagai ular, anjing dan beberapa hewan lainnya.

Terus terang saya bergidik membaca penggambaran itu. Dari logika saya yang terbatas, saya tidak mengerti mengapa Allah membuatnya lupa akan tanggung jawabnya akan keluarga. Tapi ada banyak nilai yang saya pelajari bahwa justru kelebihan kelebihan yang dimiliki oleh Syech Lemah Abang menjadikan dirinya diberhalakan oleh penduduk yang baru saja mengenal agama. Sesuatu yang sangat dihindari oleh sang Syech. Mungkin dengan alasan itu pula Allah mencabutnya dari peredaran dengan menjadikan dirinya majnun. Tentu saja dengan keadaan majnun itu, hilanglah identitas Syech yang masyur dan karomah. Dalam pengertian tasawuf ia kehilangan hal hal yang bersifat kebendaan namun mendapatkan kenaikan pangkat yang tinggi di sisi Allah. Dalam pikirannya tidak ada hal lain selain Allah.

Sementara buku lain yang saya baca menekankan pentingnya beragama dengan akal sehat. Tentu saja buku ini menentang keadaan trance atau majnun itu saat manusia dipenuhi dengan kerinduan akan Allah. Paham menjadi kekasih Allah bukan berarti menjadi gila dan melupakan tanggung jawabnya terhadap keluarga dan masyarakat.

Kedua ide ini sangat menarik, yang satu mementingkan rasa pada akhirnya. yang lain menekankan rasionalitas.

Tentu saja tidak perlu bingung membacanya, keduanya mempunyai kebenaran sendiri sendiri. Bukankah kebenaran hakiki sejatinya adalah milik Allah.

10 September 2010

Sehari Sebelum Libur

Hari terakhir sebelum libur lebaran. Saya masih menyelesaikan pekerjaan kantor dengan earphone berisi lagu lagu Ismail Marzuki yang diaransemen ulang. Saya jatuh cinta dengan syair syair lagunya. Dan aransemen ulang dengan gaya orkestra masa kini membuat lagu lagu lawas itu semakin kinclong. Saya tidak suka lagu lagu pop jadul tapi khusus Ismail Marzuki, itu lain cerita.

O ya pulang kantor saya berniat menonton "Sang Pencerah" di bioskop Pondok Indah. Jam sudah menunjukkan hampir pukul 6 sore, tergesa gesa saya membereskan tas dan mencegat taksi menuju Pondok Indah. Jalan radio dalam macet sekali, tapi akhirnya tiba juga di lobby mall setengah jam menjelang jam 7 malam.

Saya melompat, loh kok tubuh saya ringan sekali...baru ingat hari ini saya memakai rok selutut dengan sepatu hak. pantesan, enteng sekali. biasanya dibalut celana jeans, kali ini hanya rok ringan. Tapi dengan rok, beberapa mata terlihat melirik saat berpapasan,,,,astaga,,mudah mudahan bukan karena saya terlihat aneh memakai pakaian feminim ini. Tapi pakaian ini juga membuat saya kedinginan dalam bioskop. Cantik namun sengsara,,,ha,,,ha.

Well, untunglah filmnya sesuai dengan harapan. Film sejarah tentang Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Saya menyukai topik dan setting kota Yogya di abad 19. Tak pelak cukup membuka wawasan mengingat minimnya data tentang Ahmad Dahlan dan jarang sekali film Indonesia tentang sejarah.

Profil Ahmad Dahlan cocok dengan apa yang saya baca di salah satu buku koleksi yaitu "Marhaenis Muhammadiyah" sebagai orang yang toleran dengan budaya.

Kalau boleh saya perbandingkan.. Roma punya Ordo Fransiskan yang bergerak dalam bidang pendidikan, umat Islam di Indonesia punya seorang Ahmad Dahlan, dari tanah jajahan yang mempelopori pendidikan Islam di Indonesia.

04 September 2010

Tentang Bung Karno

Akhir pekan ini, saat berbuka puasa sambil menonton Metro TV seperti biasa saya mengobrol panjang lebar dengan ayah.

Kebetulan Metro sedang membahas pidato Presiden tentang masalah perselisihan dengan Malaysia. Obrolan berpindah ke masa Bung Karno.

Ayah adalah pengagum si Bung. Sedangkan Embah adalah wartawan senior dari harian Merdeka yang sangat dekat dengan Bung Karno. Ayah bercerita bahwa BM Diah bisa menjadi duta besar di Inggris gara gara usulan Embah.

Saat saya bertanya apakah Bung Karno itu ganteng ...serta merta ayah menjawab Ya!...ganteng sekali. Beliau sangat cerdas dan berwibawa. Tapi diatas semua itu si Bung sangat pemberani. Tidak ada kata minder berhadapan dengan bangsa asing. Kata ayah satu satunya orang yang dapat mengalahkan Bung Karno berpidato tanpa teks adalah Fidel Castro, Presiden Cuba. Saat ayah bercerita, ia menggambarkan dengan detil postur Bung Karno yang tegap dengan baju yang selalu tersetrika licin. Asal pecinya jangan dilepas, kata ayah kepalanya botak parah.

Ayah bercerita saat ia ada di Roma, Italy untuk sekolah sekaligus menemani Embah yang bertugas di Kedubes RI sana, Soekarno selalu menginap di Grand Hotel di kamar yang sama. Saat itu ada Presiden Afrika yang menempati kamar favorit si Bung. Bung Karno berkeras ingin memakai kamar tersebut. Embah yang kebingungan terpaksa berterus terang kepada sang Presiden bahwa Bung Karno ingin memakai kamar tersebut. Di luar dugaan Presiden Afrika itu rela mengalah dan pindah ke kamar lainnya.

Kejadian lain lagi saat Bung karno bertemu anggota parlemen Italy dari partai buruh, sosialis dan lainnya. Ia berbicara dengan fasih dalam bahasa Perancis. Bahasa kedua negara Italy. Dengan lancar ia menguraikan hal hal tentang Italy yang bahkan tidak diketahui oleh para pemimpin yang bersangkutan. Tentu saja pidatonya mendapat tepukan panjang. Bahkan anggota parlemen belakangan menyatakan jika saja Italy mempunyai 5 Bung Karno tentu negara mereka akan aman.

Tidak akan pernah ada Presiden seperti Soekarno, kata ayah.

Kejadian lain yang lucu, saat si Bung membawa istrinya yang terbaru, Haryati. Haryati yang masih belia cukup merepotkan ibu ibu kedubes di Roma. Salah satu yang sering dicurhati oleh Haryati tentu saja nenek. Dengan polos Haryati curhat tentang hubungan intimnya dengan sang suami. Otomatis curhatan itu menjadi gosip tersendiri di kalangan ibu ibu. Dengan geli ayah bercerita tentang group kesenian istana karena ingin menyenangkan Haryati jika tampil pasti selalu membawakan lagu "Aryati" -nya Ismail Marzuki.

Lalu ada lagi kisah tentang tukang setrika pakaian istana yang ngambek lalu curhat kepada Embah karena dimarahi Bung karno gara gara hasil kerjanya kurang rapi di mata si Bung yang selalu tampil perlente.

Waktu ontran ontran G30S kabarnya nama Embah masuk dalam daftar bunuh sehingga terpaksa keluarga Munawar mengungsi ke Roma.

Saat saya bertanya apakah Embah melayat saat Bung Karno meninggal, ayah hanya menggeleng karena saat itu Embah diawasi hingga tidak bebas bepergian.

Dengan miris saya mendengarkan kisah ayah, bahwa tak satupun dari ratusan dokumentasi foto foto soekarno dengan Embah, Embah dengan Ratna Sari Dewi atau lainnya yang berhubungan Soekarno dapat ditemukan kembali. Semua hilang, tinggal 1 foto yang kini tergantung di rumah kami di Depok. Saat Soekarno dengan Embah dan Cindy Adams, penulis buku "My friend, the Dictator".

Foto foto itu lenyap dengan misterius, sama seperti cincin, keris dan tongkat embah yang langsung lenyap tanpa bekas begitu embah meninggal.

Saya hanya dapat mengusap dada, begitu inginnya saya memiliki foto foto bersejarah tersebut.

29 Agustus 2010

Marhaenis Muhammadiyah

Marhaenisme & Muhammadiyah....Itu tema buku yang saya ambil dari toko buku hari Sabtu kemarin. Sedikit tergesa gesa karena harus mengantri panjang di gerai roti dan harus menempuh padatnya jalur Depok-Sawangan menjelang berbuka puasa.

Judul itu menarik, karena sepengetahuan saya Muhammadiyah mengambil aliran Islam murni dan anti TBC, Takhayul, bi'dah dan churafat. Sementara aliran Marhaenisme yang kebanyakan dianut oleh para petani justru dianggap sebagai abangan dan tercampur dengan agama lama.

Bahwa KH Achmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah dilukiskan sebagai orang yang sangat toleran terhadap praktek budaya. Penerapan Islam murni hanya diaplikasikan bagi dirinya dan keluarga serta orang orang yang sepandangan.

Tak heran dalam perjalanan selanjutnya, Muhammadiyah terpetakan menjadi 4 aliran sebagai akibat dari perkembangan sosial politik yang berpengaruh besar terhadap keberhasilan Muhammadiyah masuk ke daerah pedesaan.

Ah, saya masih belum selesai membaca. Nantilah dilanjutkan.

17 Agustus 2010

17 Agustus yang menyedihkan

Tahun ini 17 Agustus terasa lesu untuk saya, selain karena puasa tentunya. Tahun ini saya tidak memasang bendera merah putih di depan rumah. Biarlah bendera itu terlipat rapi di tempatnya.

Tahun ini sungguh mengecewakan melihat tingkah Presiden, DPR dan aparat pemerintah lainnya.

Dari Lapindo yang tidak dipedulikan, coba dibandingkan dengan kasus minyak British Petroleum yang bocor sehingga mencemari teluk Mexico, Barack Obama turun tangan menekan BP agar cepat menyelesaikan masalah tersebut. Sedangkan dalam kasus Lapindo, SBY diam seribu bahasa.

Gas elpiji sudah meledak berkali kali, sedang Presiden sibuk curhat tentang rencana pembunuhan seri kesekian. "Pak, rakyat sudah gosong...mau curhat kemana?"

Apakah Presiden masih mempunyai wibawa saya juga kurang jelas,,,yang bisa dilakukan cuma menghimbau...apa kekuatan dari himbauan, tidak ada payung hukum yang kuat.

Pagi tadi upacara di Istana benar benar memuakkan, saya lebih memilih melihat upacara bendera di Tugu Proklamasi yang lebih menarik dan manusiawi.

Buat saya lebih bermanfaat mendengarkan uraian Anhar Gonggong dan Asvi Warman Adam dibandingkan mendengar pidato omong kosong dari Istana Negara.

Bagaimana kalau pilpres dihapuskan? rasanya kita tidak butuh Presiden dan Menteri apalagi DPR.

15 Agustus 2010

Kota yang Terlupakan

Peringatan hari kemerdekaan RI tahun ini jatuh pada bulan puasa, mengingatkan saya bahwa saat proklamasi kemerdekaan tahun 1945 itu pun terjadi di bulan puasa pula.

Diawali dengan penculikan dwitunggal tersebut oleh para pemuda seperti Soekarni dan Wikana. Di Rengasdengkloklah para golongan tua dan golongan muda berdebat tentang cara untuk mendapatkan kemerdekaan.

Proklamasi boleh saja diumumkan di Pegangsaan Timur No 56 Jakarta Pusat namun di Rengasdengkloklah bendera merah putih dikibarkan pertama kali sebagai tanda pernyataan kemerdekaan Indonesia sehari sebelum tanggal 17 Agustus.

Saya kuatir nasib Rengasdengklok, sebuah kota di kabupaten Karawang Jawa Barat akan sama dengan Banda. Dari Bandalah kesadaran akan nasionalisme berawal. Dari kota kecil di sudut Karawang sanalah pernyataan kemerdekaan bermula. Namun 2 kota tersebut nyaris hilang dari ingatan masyarakat.

Lagi lagi Jakarta mengambil alih semua kehormatan yang sebenarnya patut diberikan kepada kota kota terpencil tapi mempunyai jasa luar biasa terhadap keberadaan negara Indonesia.

30 Juli 2010

Kutub Kutub dalam Islam

Beberapa hari yang lalu saya menerima email dari kalyana Mitra berupa tulisan oleh Siti Musdah Mulia berjudul "Melawan Fundamentalis : Memuliakan Perempuan".

Tidak ingin salah persepsi mengenai apa itu fundamentalis, saya berusaha mencari referensi tentang apa arti fundamentalis dalam Islam. Memang dalam wikipedia fundamentalis adalah pemahaman secara literal terhadap teks. Adapula yang memaknai Islam fundamentalis sebagai bentuk perlawanan terhadap ideologi Barat yang cenderung sekuler dengan cara kembali kepada cara cara yang tertulis dalam Quran dan sunnah.

Bahkan belakangan saya menemukan istilah tambahan tentang Islam fundamentalis. Haidar Bagir menyebutkan sebagai Islam fundamentalis liberal dan Islam fundamentalis literal...nah lo!....Rasanya cuma Islam yang memiliki sangat banyak pergulatan internal seperti itu.

Saya pribadi cenderung menganggap Islam fundamentalis semestinya tidak seperti itu. Islam pada masa Muhammad dibangun atas dasar semangat keegaliteran terhadap laki laki dan perempuan. Para istri Muhammad digambarkan sebagai perempuan perempuan yang bebas mengemukakan pendapat di hadapan sang suami.

Entah pada perkembangan selanjutnya, melewati ratusan era pemerintahan selama ribuan tahun, ajaran tentang semangat persamaan derajat dan hak bisa saja tereduksi dengan adanya multi tafsir yang awalnya juga diilhami dari semangat Ijtihad.

Islam dasarnya adalah agama yang ramah dan toleran. Banyaknya aliran dalam Islam pada dasarnya adalah Islam menerima bentuk keragaman sebagai hakikat dari ciptaan Tuhan itu sendiri.

Di negara negara timur tengah seperti Afganistan, Iran dan Sudan, Islam dilukiskan oleh para penulis sebagai agama yang kejam tidak menghargai perbedaan dan kaum perempuan. Sudah tentu ini menjadi mindset yang tertanam sedemikian kuat tentang Islam fundamentalis.

Mungkin mereka akan berpandangan lain, apabila menoleh ke Indonesia. Dimana Islam menampilkan wajahnya yang ramah dan toleran. Dimana para wanitanya bebas berjilbab atau tidak, bebas keluar rumah dan mempunyai jabatan seperti layaknya kaum pria. Setidaknya saya sebagai orang Indonesia, merasakan Islam tidak seseram seperti yang ditulis dalam buku buku.

Penyebaran Islam di Indonesia berlangsung dengan damai sama sekali tidak ada ciri sebagai agama pedang seperti yang tertulis dalam banyak literatur.

Di Indonesia sendiri dikenal juga istilah kaum Islam tradisionalis dan Islam modernis. Yang disebut dengan Islam tradisionalis belum tentu fundamentalis sedangkan kaum modernis belum tentu otomatis menjadi liberal. Contohnya : almarhum Gus Dur yang berasal dari kaum tradisional NU tapi dikenal sebagai pemikir beraliran liberal.

Saya pribadi tidak ingin terjebak pada kutub liberal dan fundamentalis, dimana keduanya ngotot mempertahankan pemahaman mereka atas teks kitab suci. Pada dasarnya saya mempunyai tafsir pemahaman tersendiri terhadap Islam.

Saya setuju bahwa penafsiran terhadap teks kitab suci haruslah dinamis sesuai dengan jaman selama ijtihad yang dilakukan tidaklah bertentangan dengan kodrat kita sebagai manusia dengan segala keterbatasannya. Namun saya juga kurang setuju dengan tulisan tulisan yang mendeskripsikan Islam sebagai agama kasar dan kejam tanpa mempertimbangkan budaya yang berlaku dalam suatu negara yang bisa jadi tercampur saat menafsirkan ayat ayat Quran.

Irshad Manji, penulis kelahiran Canada yang menjadi terkenal gara gara bukunya "A Trouble with Islam today". Atau telah dialihbahasakan menjadi "Beriman tanpa rasa takut"

Sangat banyak respond terhadap buku tersebut dan juga kehidupan pribadi sang penulis. Manji menuliskan bahwa ia mempunyai pengalaman kurang menyenangkan dengan otoritas keagamaan. Sepertinya pengalaman itu yang membentuk kerangka berpikir demikian.
Kalangan liberal seperti JIL menganggap buku Manji membawa pencerahan sementara kalangan lain menganggap sebagai bentuk penistaan terhadap agama.

Saya menganggap buku itu adalah bentuk pendapat pribadi yang harus dihormati tanpa harus membela kaum liberal atau fundamentalis seperti juga saat saya membaca tulisan Siti Musdah Mulia terlepas dari setuju atau tidak.

Mungkin apa yang dikemukakan oleh Jalaludin Rahmad walaupun tidak ada hubungan dengan buku Manji cukup relevan dengan apa yang terjadi saat ini. Bahwa baik kaum liberal maupun fundamentalis harus belajar menerima eksistensi kelompok lain yang berbeda sikap. kaum liberal harus membuktikan bahwa mereka tetap berpegang teguh terhadap syariah sementara kaum fundamentalis juga harus belajar menerima perbedaan.

Bahwa perbedaan dalam Islam haruslah menjadi rahmatan li'l alamin dan dapat mendorong semangat kaum muslim untuk menyongsong perubahan.

17 Juli 2010

Dalam Gerai Kopi

Apa yang dirasakan jika duduk di kedai kopi mahal seperti starbuck? menikmati aroma kopi mahal yang dikeluarkan oleh mesin pengolah kopi berkecepatan tinggi yang memakan daya listrik ratusan watt, menjawil banana cake yang nikmat seharga hampir 13 ribu perak per slice.

Ada rasa ada harga, begitu kata orang. Apa iya...sudah berapa kali aku ke starbuck, coffee bean rasa kopinya biasa malah lebih enak kopi sachet menurut selera lidahku atau karena pada dasarnya aku penggemar teh kampung bukannya kopi. Alaaaah..itu karena harus bayar sendiri, coba dibayarin...begitu kata temanku.

Kembali aku mencoba kopi kopi mahal tersebut, kali ini dengan voucher gratis dari kantor. Perubahan rasa yang kuharapkan tidak terjadi. Tetap saja asing dan jauh, tidak membawa kerinduan untuk kembali....seperti kutipan Jenderal MacArthur "I shall return"

Kuamati kembali interior apik, kursi kursi nyaman dan suasana sejuk tetap saja tidak dapat mengikatku untuk berlama lama di tempat itu.

Puas menilai isi gerai, kembali mataku tertuju pada harga harga yang tertera di papan belakang para Barista. Bukan main...pikirku....harga tall late, alias late ukuran paling kecil di atas 30 ribu rupiah. 27 ribu rupiah adalah yang paling murah untuk tall late belum termasuk pajak.

kudengar gaung mesin mesin pengolah kopi berderum halus,,,berapa ratus watt listrik yang dihabiskan untuk sekedar membuat kopi,,aku bertanya tanya

Menyajikan kopi bermutu terbaik dari Indonesia, begitu yang kesan kutangkap dari beberapa reklame yang terpasang. Reklame itu menyebutkan beberapa jenis dan daerah penghasil kopi di Indonesia. Kopi kopi pilihan yang dinikmati oleh orang orang segment tertentu kalau melihat dari harganya.

Kembali aku tercenung melihat gelas kopiku. Uang 34 ribu hanya untuk 1 gelas kopi, kembali batinku mendesah. Kutekan kuat kuat rasa bersalah, baru saja pagi ini aku mendengar berita seorang anak bunuh diri karena orang tuanya tidak sanggup membiayai sekolahnya. Aku juga harus memalingkan muka melihat pengojek payung kecil berdiri kedinginan di luar dengan bibir membiru menunggu orang yang ingin memakai jasanya.

Sudah cukup siksaan ini, pikirku,,,,Tergesa gesa aku berdiri berpamitan pada temanku untuk keluar gerai kopi.

Tersaruk saruk aku berjalan ditemani malam, tak dapat dielakkan kilasan kehangatan warung kopi sederhana di sudut merapi yang dingin yang selalu terlintas di benak. Dimana aku merasa tak berjarak; Sederhana tapi tak kan terlupa.

01 Juni 2010

Refleksi tentang Iran

Week end lalu saya sempat menambah beberapa buku. Satu mengenai Iran dan budayanya, satu lagi tentang sosiologi Islam dan yang lain buku tentang ahmadinejad. 2 buku terakhir belum habis dibaca, karena kelelahan pulang kantor ditambah harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga karena sudah menyerah menghadapi pembantu yang bertingkah aneh aneh plus harus mengerjakan PR tulisan yang terbengkalai dan dikejar deadline.

Agak unik secara tidak sengaja semuanya menyinggung tentang Islam, saya baru sadar saat mengeluarkan ketiganya ditambah dengan maraknya berita serangan tentara Israel atas kapal Mavi Marmara yang mengangkut para relawan dari berbagai negara menuju Gaza di perairan Internasional.

Kompas sebelumnya juga mengeluarkan laporan tentang Iran, suatu kebetulan yang aneh. Sehari sebelumnya saya sedang mencari buku yang ditulis oleh jurnalis Trias Kuncahyono tentang Jalur Gaza.

Nampaknya minat saya terhadap apa yang terjadi di Timur Tengah plus konflik Israel Palestina mulai mendaki titik kulminasi. Mungkin dari apa yang disajikan di berbagai tulisan media, konflik yang terjadi antara Israel - Palestina bukanlah pertentangan antara Islam, Kristen dan Yahudi namun merupakan konflik kemanusiaan. Di Palestina sendiri warganya juga banyak yang beragama Kristen dan Yahudi terjebak dalam blokade Israel.

Dalam pemerintahan, Israel dikuasai oleh garis keras dengan paham zionis-nya bahkan Amerika yang katanya negara adi kuasa patut diragukan powernya. Dominasi yang terjadi adalah Dominasi Zionis dan bukan lagi murni Amerika. Bukan rahasia lagi bila senat Amerika dikuasai oleh mayoritas warga Amerika keturunan Yahudi.

Bahkan ada desas desus jika kematian presiden Amerika John F Kennedy didalangi oleh Yahudi mengingat sikap kerasnya terhadap konflik Israel Palestina.

Baru baru ini saya membaca buku tentang Ahmadinejad yang ditulis oleh Kasra Naji, wartawan BBC. Sayang buku yang saya harapkan memberikan wawasan tentang sikap keras presiden Iran sangat mengecewakan karena tampak jelas keberpihakan Kasra Naji terhadap pihak eropa dan amerika. Ia menempatkan Iran sebagai negara yang patut diwaspadai karena berani melawan dominasi barat dan sang presiden yang digambarkan buta politik dengan keyakinan yang aneh tentang Imam Mahdi sebagai penganut Syiah. Surat-surat yang dikirimkan kepada Bush dan Kanselir Jerman, Angela Merkel diolok olok sebagai lelucon dari orang yang dianggap memiliki wawasan sempit tentang situasi luar negeri.

Sungguh berbeda dengan apa yang sering dilaporkan media, Iran digambarkan sebagai negara yang sangat independen dalam menghadapi embargo ekonomi AS, bahkan dalam bidang akademis Iran menduduki peringkat tinggi dalam sains. Walau seperti pemerintahan lain di dunia, Iran juga rawan korupsi yang dilakukan oleh para Mullah.

Walau demikian buku ini memberikan sudut pandang yang lebih jelas tentang carut marut peta perpolitikan negeri para Mullah itu. Dimana masyarakat Iran sangat tunduk kepada pemimpin spiritual mereka, Ayatollah Khomeini dan yang sekarang digantikan oleh Ali Khamenei.

Dukungan sang Ayatollah terhadap siapa pun pemimpin Iran merupakan kunci untuk menduduki jabatan kepresidenan.

Lagi lagi sejarah membuktikan bahwa manusia yang dianggap suci seperti Ayatollah pun bisa melakukan ketidakkonsistenan. Saya teringat dengan skandal Iran kontra di tahun 1980 yang melibatkan presiden AS saat itu, Ronald Reagan.

Reagan sedang berkampanye untuk meraih jabatan presiden melawan Jimmy Carter. Sedangkan Iran sedang bertempur melawan Irak sesama muslim. Pada saat yang bersamaan terjadi penyanderaan terhadap warga AS di Teheran. Yang terjadi adalah pertukaran; AS memberikan senjata buatan Israel untuk melawan Irak ditukar dengan pembebasan seluruh sandera.

Skandal ini terbongkar dan memalukan kedua belah pihak. Hubungan Iran dan AS tidak pernah membaik. AS melarang Iran meneruskan pembangunan industri nuklir yang mulanya justru disponsori oleh AS sendiri saat pemerintahan Shah Reza.


Mungkin kita tidak perlu mencontoh mentah mentah sikap Iran terhadap AS, tapi kita perlu melihat keberanian dan harga diri Ahmadinejad dalam menghadapi dominasi Amerika.

Bagaimanapun keberanian Indonesia mengambil sikap abstain saat voting penerapan sanksi ekonomi atas Iran di rapat Dewan Keamanan PBB tahun 2008 patut dihargai. Indonesia adalah satu satunya yang berani mengambil sikap abstain saat itu saat semua negara dalam sidang Dewan Keamanan menyetujui sanksi tersebut.

15 Mei 2010

Hati Hatilah Amerika

Beberapa hari ini di FB cukup heboh dengan topik ditariknya Sri Mulyani menjadi Direktur Eksekutif di World Bank.

Siapa sih yang gak kenal World Bank? kembarannya IMF yang bermarkas di DC. Rata rata pemilik FB terutama perempuan mengaku bangga dengan terpilihnya SMI. Saya juga bangga karena memang tidak mudah menjadi salah satu pimpinan organisasi kelas dunia. SMI memang memiliki kualitas unggul. Latar belakang kariernya memang mendukung. Sebelumnya ia menjabat Direktur Eksekutif IMF.

Tak pelak SMI jauh lebih unggul dibanding Kwik Kian Gie si tukang kritik. Dan saya cukup yakin bahwa SMI cukup bersih dari tindak korupsi.

Di luar itu semua saya berharap andai SMI merubah mindsetnya dari IMF sentris yang neolib tentu ia akan lebih diakui. Andai ia berani mengikuti cara Mohamad Yunus, mulai fokus kepada ekonomi mikro, dan berani bersikap kritis terhadap Bank Dunia berani jamin, namanya akan melonjak sejajar dengan Ahmadinejad dan Evo Morales. Sayang memang SBY terlihat seperti bubur lembek jika dibandingkan 2 orang pemimpin itu.

World Bank tidak pelak lagi membawa kepentingan Amerika sama seperti PBB. Bukankah negara itu merupakan donor utama. Dengan markas yang terletak di Washington tentu akan lebih mudah bagi pemerintah Amerika mengontrol tiap kebijakan yang dibuat baik oleh IMF maupun World Bank.

Negara adi kuasa itu membutuhkan resources sumber daya alam yang kebanyakan dimiliki oleh negara negara dunia ketiga. Cara yang paling halus adalah menggelontorkan dana pinjaman dengan syarat syarat tertentu yang pada akhirnya membuat negara tersebut membuat peraturan peraturan akomodatif terhadap kepentingan Amerika. Salah satunya mengijinkan perusahaan berskala internasional milik Amerika masuk dan berinvestasi.

Bagus jika negara dunia ketiga mempunyai daya tawar yang kuat dan tidak begitu saja menerima syarat syarat dari Amerika. Tapi banyak yang seperti Indonesia yang pemerintahnya malas menganalisa dan lebih memilih menerima mentah mentah.

Peranan World Bank sebenarnya sangat diperlukan untuk memberikan advis dan bantuan terhadap negara negara dunia ketiga secara profesional apabila sesuai dengan porsinya; apalagi mereka didukung oleh dana yang hampir tak terbatas. Hanya sangat disayangkan intervensi kepentingan Amerika yang sangat kentara disana. Sehingga resep resep ekonomi yang diberikan bukannya mengeluarkan negara tersebut dari krisis tapi lebih kepada bagaimana Amerika bisa masuk dan bermain di negara itu. Pada akhirnya negara sial itu terlibat hutang yang sangat besar sementara kemajuan yang didapat tidaklah signifikan.

Namun nampaknya Amerika kini harus berhati hati karena banyak negara yang mulai bersikap kritis terhadap berbagai kebijakannya. Salah satunya Iran dan Bolivia.

Iran dibawah kepemimpinan Ahmadinejad terang terangan menolak campur tangan Amerika terhadap industri nuklirnya. Evo Morales dari Bolivia mengecam kecongkakan Amerika yang secara sepihak melarang penanaman kokain. Karena di Bolivia sendiri seperti halnya di Aceh dengan pohon ganjanya, pohon koka dibutuhkan untuk pembuatan obat obatan tradisional dan merupakan tumbuhan yang turun temurun ditanam oleh rakyat Bolivia.

Belum lagi Hugo Chavez, Presiden dari Venezuela. Kita tentu belum lupa terhadap jagoan tua yang menolak tunduk kepada Amerika seumur hidupnya. Fidel Castro, El Commandante dari Cuba.

Tidak ada alasan bagi SBY untuk merunduk runduk kepada Amerika atau Inggris. Mereka membutuhkan sumber daya alam kita, pemerintah kitalah yang harus pintar pintar memanfaatkan daya tawar ini. Mungkin bisa dimulai dari kedutaan. Kedutaan Amerika di sini sebaiknya tidak lagi diistimewakan dengan adanya kawat kawat berduri dan larangan untuk memberhentikan kendaraan begitu juga dengan Kedutaan Inggris yang entah atas ijin siapa bisa menutup sepotong ruas jalan disamping gedungnya. Aparat Pemda DKI dimana sih otaknya, kok kotanya bisa diacak acak oleh orang asing.

Kapan ya kita bisa seperti Iran, yang penuh harga diri jika berhadapan dengan negara adi kuasa

08 Mei 2010

Nggak Asik Ah

Sabar..sabar...demikian aku berusaha menahan diri begitu membaca message sore tadi. Kan harusnya sudah mulai terbiasa dengan jawaban jawaban seperti itu.

Sebenarnya gak apa apa sih kalo memang belum bisa mengembalikan apalagi sedang ada kesusahan kayak gitu, tapi kok ya gak ada informasi sebelumnya begitu lewat tanggal, malah guenya yang harus sms tanya tanya. Awalnya sih berusaha sopan,,,tapi lama lama emosi juga ya.

Yee, emangnya dia doang yang punya anak, gue juga punya, wajar dong gue ngamuk anak gue kan jg punya keperluan..Males juga sih harus sms nanyain soal uang,,berasa kayak rentenir aja. Tapi apa boleh buat setelah mengamati perilakunya. Semua orang dibantu,,lah kok gue yang punya hak malah dipinggirin dengan berbagai macam alasan. Setelah gue ngotot baru deh tergopoh gopoh,,kemarin kemarin kemana aja sih?

Hebatnya aku masih bisa maklum, tapi lama lama gila juga ya. Serba susah deh, kalo keseringan sms nanti istrinya nyangkain aku minta minta uang sama suaminya...Masa sih aku harus bilang,,,"Mbak, mbak,,,sorry nih sebelumnya,,tapi suami elo yang minjem duit gue dari 2 tahun yang lalu. Nggak kok, gue gak bakal ngambil suami elo, buat elo aja deh, yang penting uang balik"...he..he

Ya udah...ikhlasin aja kali ya,,,daripada gak enak nagih nagih terus, bisa bisa hubungan persaudaraan rusak gara gara uang. Insya Allah untuk anak sih udah bisa tercover (lagi lagi ya booww,,,gue yang harus puter otak, gara gara jawaban simple : maaf belum bisa,,lg ada bla,,bla,). btw, elo kemana aje kalo gue lagi susah, bro?..ih, boro boro elo sms nanya kabar...ngumpet yang ada.

Yaaa dosa deh gue,,orang lagi kesusahan gue omel omelin...lah gue kan manusia wajar dong kalo punya perasaan jengkel.

Terpaksa deh keluh kesah gak penting ini masuk blog, daripada perang sms ya kan....bisa berasap kepala gue.!!

02 Mei 2010

Suatu hari ditanggal 1 Mei

"Dari skala 1 sampai 10 dalam hal kesejahteraan, dimana skala perusahaan mas ada?" tanyaku kepada seorang pria berblangkon biru. "Wah, rendah sekali mbak." Kata si mas tersebut.

Matahari sedang bersinar dengan terik walau kadang disaput dengan awan. Aku mengarahkan pandang kepada ribuan buruh yang sedang berdemo menuju istana presiden. Sambil berjalan tersaruk saruk di sepanjang Thamrin, aku kembali melirik melalui lensa kamera Lumix memotret buruh buruh wanita yang berbaris menggunakan berkaca mata hitam, eh coklat ding,,,mereka sadar mode rupanya. Para pedagang minuman setia mengikuti dari pinggir jalan. Pengeras suara bergemuruh memutar lagu lagu tentang buruh yang terkadang bersyair kocak.

Kembali kami berbincang, kali ini tentang SJSN yang tak kunjung diterapkan; mas itu adalah salah seorang buruh pabrik baja di kawasan Bekasi sana, ia terbahak saat kutanyakan tentang SPSI. Tak terasa langkah kami sudah mendekati Monas dan sebentar lagi istana megah itu akan terlihat.

Di trotoar jalan yang teduh, di depan gedung gedung kuno pemerintahan yang anggun yang pada hari hari biasa dilewati oleh mobil mobil mewah, hari ini ditempati oleh buruh buruh yang kelelahan berjalan kaki. Mereka duduk menikmati makan siang baik yang dibagikan oleh koordinator atau membeli dari para pedagang yang dengan segera memenuhi sisi jalan yang biasanya terlarang buat mereka. Mirip piknik.

Saya kembali menyelinap diantara kerumunan di depan istana negara. Seorang tua berpakaian hitam dengan rambut digelung, kumis dan cambang putih menghiasi wajahnya tampak sedang diwawancarai. Penampilannya seperti paranormal.

Aku tersenyum geli mendengarnya berapi api menyampaikan pendapat. Lagi lagi seorang Soekarnois. Beberapa pendapatnya agak bertentangan dengan fakta sejarah, tapi biarlah mumpung kita berada di alam kemerdekaan semua bebas berpendapat. Tanpa membuang waktu kuarahkan kameraku kepada kakek paranormal itu.

Iseng, kuarahkan kakiku ke arah bis bis yang mengangkut para demonstran. Beberapa dihiasi dengan poster poster provokatif yang kembali membuatku membuka lensa kamera.

Para pendemo yang baru datang kemudian mengusung poster poster besar. Ah, rupanya ada yang memajang foto Karl Marx besar besar dengan tulisan Bapak Buruh Indonesia....

Demo buruh kali ini juga diikuti oleh penduduk asal Rumpin, Bogor yang sedang bersengketa dengan Badan Pertahanan Nasional.

Tidak ketinggalan para PRT asal Ciganjur juga berpartisipasi. Sayang aku lupa menanyakan gaji mereka perbulan, saat mereka membentangkan poster dan memintaku memotret.
Ah, jika PRT juga ikutan protes celakalah aku....bisa jadi gaji pembantuku juga berada di bawah UMR.

Aku merasa tungkaiku pegal luar biasa, tentu saja berjalan kaki dari bundaran HI sampai Istana bukanlah hal yang enteng buatku. Saat pergi tidak terasa karena banyak moment menarik sepanjang jalan.

Cukuplah pengembaraan saya hari ini. Pengalaman menarik untuk memuaskan rasa ingin tahu. Sejenak aku menengadahkan wajah, bersyukur atas apa yang kualami hari ini, atas bertambahnya wawasan mengenai carut marut negeri ini.

21 April 2010

Tentang Komunisme

Malam ini, saya memaksa otak dengan RAM pas pas-an untuk membaca beberapa ulasan Karl Marx seputar kerja upahan dan kapital, masih diselingi dengan bacaan mengenai Revolusi Bolshevik di Rusia.

Lumayan, neuron yang semula agak seret mulai berputar..rupanya harus sering sering diminyaki karena pertambahan usia.

Banyak hal hal yang menarik dari marxisme dan cukup lucu jika boleh dikatakan pada dasarnya ajaran komunis yang disebarkan oleh Karl Marx itu bersifat kerakyatan. Jika saja sistemnya tidak diselewengkan.

Marx menentang adanya pembagian kelas dalam masyarakat dan mengusulkan penghapusan hak milik perseorangan yang dikondisikan sebagai penghisapan orang terhadap orang lainnya. Dalam hal ini kalangan tertindas disebut dengan proletar yang tidak memiliki akses terhadap alat alat produksi

Dalam manifesto komunis yang disusunnya bersama Engels ia menyerukan perombakan atas watak kerja kaum borjuis, kerja upahan dan pemusatan alat alat produksi.

Pada akhirnya gagasan Marx ini dilanjutkan oleh Lenin, Stalin dan Mao. Partai komunis menjadi partai yang paling berkuasa dimana setiap tindakannya selalu berpusat kepada pimpinan partai sekaligus kepala negara.

Lenin dan Stalin mempertahankan kekuasaannya melalui kekerasan terhadap musuh musuh mereka. Kedudukan polisi rahasia Sovyet saat itu sangat ditakuti dan menjadi pilar kekuatan 2 diktator tersebut. Penculikan dan pembunuhan dilegalkan atas nama negara.

Sementara Mao menggabungkan ajaran Marx dengan konfusianisme sehingga menciptakan warna lain dalam komunisme. Mao dengan tangan besinya berusaha mengindustrialisasi Cina melalui kaum petani. Tercatat jutaan petani mati kelaparan karena tidak terbiasa dengan kerja industri.

Penghapusan hak milik perseorangan lama kelamaan diterjemahkan menjadi hilangnya hak kebebasan seseorang dalam berpolitik dan mengemukakan pendapat.

Sistem multipartai dihilangkan, sistem sentralistik menjadi acuan dalam pemerintahan. Besarnya kekuasaan politbiro memicu menggilanya korupsi yang dilakukan oleh anggota dan pimpinan partai.

Pada akhirnya komunisme yang dimaksudkan untuk memajukan kehidupan kaum buruh dan tani menjadi gagal total karena kesalahan penyelenggara negara. Penghisapan orang atas orang lain berubah menjadi penghisapan kebebasan rakyat oleh negara.

Mao digantikan oleh Deng Xiaoping yang muncul dengan ide mengenai pembaharuan ekonomi namun tidak diikuti dengan restrukturisasi politik yang memuncak pada pembantaian mahasiswa dan aktivis prodemokrasi di Tiananmen tahun 1989.

Di Indonesia sendiri, ajaran komunis dibawa pertama kali oleh Henk Snevliet dengan ISDV-nya sekitar tahun 1914. ISDV ini menginfiltrasi Serikat Islam sehingga terpecah menjadi SI Merah yang beraliran komunis dipimpin Semaoen dan SI Putih dengan Agus Salim di pucuk pimpinan. SI Merah ini juga melahirkan tokoh unik Haji Misbach seorang Islam taat sekaligus komunis. Baginya Islam dan komunisme dapat berjalan beriringan karena sama sama mempunyai konsep kesetaraan.

Komunisme gagal sebagai suatu sistem karena penafsiran yang sempit dari pengikutnya.
Terbukti kegagalan suatu sistem lebih banyak disebabkan oleh perilaku orang orang yang menerjemahkan bahasa sistem tersebut ke dalam kepentingan pribadi.

Jika Marx hanya menyerukan perombakan terhadap sistem ekonomi kapitalis, pengikutnya kebablasan merombak kebebasan yang menjadi hak azasi manusia.

17 April 2010

Tragedi Pemimpin Agama

Pesantren Nurul Hidayah di Surabaya diserbu warga yang geram mendapati sang pendiri pesantren mencabuli sejumlah santriwatinya.

Di Lampung, Ustadz Agus dari pesantren Miftahul Ulum diperiksa polisi karena kasus pencabulan terhadap sejumlah anak dibawa umur.

Baru baru ini Paus Benedictus XVI meminta maaf atas sejumlah kasus pencabulan anak anak yang dilakukan oleh para Pastur Katolik Irlandia.

Sementara Gereja Katolik di San Diego setuju dengan ganti rugi sebesar US$198 juta terhadap 144 kasus gugatan pencabulan yang dilakukan para Pastur.

Apa boleh buat Kyai dan Pastur adalah orang biasa, walaupun kemana mana mereka tidak pernah lepas dari kitab suci dan mulut mereka fasih mendendangkan mana benar mana yang dosa. Hanya memang ironis bila kita menyerahkan anak kita untuk dididik di pesantren sementara sang Kyai ternyata bermental cabul, atau kita melakukan pengakuan dosa di hadapan pastur yang ternyata malah mempunyai dosa yang lebih gawat.

Demikian pula dengan para pemimpin tertinggi umat, Baik Paus atau Khalifah juga hanya manusia biasa.

Ingat saja sejarah Paus abad pertengahan yang hobby memelihara gundik dan juga para Khalifah yang mempunyai ribuan selir.

Sebagian beranggapan bahwa tradisi selibat cukup memberikan pengaruh terhadap perilaku para Pastur, tapi di sisi lain para Kyai yang tidak selibat juga melakukan hal asusila. Ada pihak yang menyalahkan kehidupan sekuler yang memang sedang marak. Tapi bukankah sudah menjadi tugas orang orang itu untuk menyiapkan mental menghadapi segala macam bentuk kehidupan.

Pengetahuan sejarah seperti itu yang selalu membuat saya menjaga jarak dengan pemuka agama. Ritual ritual keagamaan yang rumit selalu membuat saya terheran heran. Harus sesusah itukah untuk bertemu Tuhan. Kadang institusi agama membuat agama menjadi sekedar formalitas dan bukan lagi pengalaman batin

Daripada memusingkan kelakuan para pemuka agama tersebut. Saya lebih tertarik dengan sejarah Islam dan Katolik.

Benarkah Maria Magdalena adalah the hidden apostle melebihi Petrus, bahwa ia menyebarkan ajaran Kristus sampai dengan Marseille, Perancis sana sesuai dengan document yang ditemukan di Nag Hamadi. Atau apakah benar Paus Joan atau yang dikenal dengan John Anglicus itu ada.

Sementara tentang Islam, tentu saja sangat menarik mengetahui mengapa Arab Saudi sebagai representasi dari Islam kelihatan acuh tak acuh dengan Islam. Ah, ya bukankah para emir kerajaan tersebut merupakan sahabat kerajaan Inggris. Tidak heran jika mereka selalu mendua. Belum lagi aliansi mereka dengan aliran Wahabi.

Ya, memang agama adalah hal yang privat memang konsep yang paling tepat untuk saya. Saya menolak debat Islam-Kristen yang sering dilakukan oleh milis milis tertentu atau DVD DVD tentang perbandingan 2 agama tersebut atau ajakan untuk mendukung sesuatu yang berbau agama yang marak di facebook.

Saya tidak pernah mendeklarasikan diri sebagai fans of Nabi Muhammad di facebook. Nabi Muhammad, Yesus Kristus atau Bunda Maria sudah banyak fansnya, tidak perlu dibawa bawa ke ranah facebook segala.

Perang Salib yang memakan korban ribuan umat Muslim dan Kristen di abad 11 sampai 13 cukuplah menjadi pelajaran berharga. Perang Salib bukan sekedar perang antar agama, tapi juga memperebutkan kekuasaan atas suatu daerah. Perang itu juga menjadi bukti betapa tangan Paus dan Khalifah juga berlumuran darah umat mereka.

Jadi siapa bilang Paus dan Khalifah itu suci? Hati hatilah menilai pemimpin kita, jangan silau dengan gelar yang dilekatkan secara resmi kepada seseorang.

10 April 2010

Para Petarung Kehidupan

Sabtu pagi di komplek rumah selalu merupakan saat yang menyenangkan.

Senang karena bisa meluangkan waktu memperhatikan aktivitas manusia yang berlalu lalang di depan rumah.

Ada beberapa yang selalu menarik perhatian saya.

Nomer 1 adalah seorang ibu yang menuntun sepeda dengan panci besar berisi ayam yang telah dibumbui di boncengan belakang, sementara di stang kanan kirinya bergelantungan plastik plastik berisi mpek mpek dan tahu. Saya beberapa kali membeli ayam dan mpek mpeknya

Dengan kontur jalan yang berbukit bukit dapat dibayangkan betapa ngos ngosannya si Ibu saat hilir mudik menjajakan dagangannya.

Nomer 2 adalah ibu penjual jamu langganan saya dan asyar. Dengan gerobak dorong mungil bercat hijau ia berkeliling menawarkan kunyit asem, beras kencur serta jamu jamu lain untuk anak dan dewasa. Kadang kadang ia membawa anaknya yang masih balita dalam gendongan.

Nomer 3 adalah sepasang nenek berusia kurang lebih 60 tahun-an. Menjinjing keranjang dan membawa payung untuk melindungi dari terik matahari. Mereka berjalan kaki dari rumah ke rumah menawarkan rempeyek, keripik pisang dan keripik singkong. Saya juga sering mencegat duo nenek itu untuk membeli dagangannya.

Yang ke 4 adalah mbak dewi, tukang nasi uduk yang mangkal di dekat portal sektor 2. Ia tiap hari berjualan nasi uduk, lontong sayur dan gorengan. Asyar hampir tiap sabtu pagi dengan sepeda menyambangi gerobak mbak dewi untuk sepiring nasi uduk sekaligus mengobrol dengan Zahra, anak si mbak yang sebaya dengannya.

Kelihatannya biasa bukan, 5 orang perempuan berjualan. Tapi selalu menarik buat saya. Karena ketertarikan itu pula saya sering mengobrol saat membeli dagangan mereka.

Satu persamaan motif : Ekonomi.

Ketidakberuntungan ekonomi yang memaksa para perempuan itu harus melepaskan impiannya menjadi ratu rumah tangga, memusatkan perhatian mereka untuk mengurus anak dan suami dengan bantuan pembantu rumah tangga seperti lazimnya rumah tangga Indonesia masa kini.

Mereka bukan saja harus mengurus keluarga lengkap dengan tetek bengeknya, tapi juga turun tangan sebagai pencari nafkah. Bangun di pagi buta menyiapkan peralatan dan meracik makanan yang akan dijual, saat matahari menjelang berangkat berdagang sampai siang, bahkan sore pun kadang dipakai untuk berjualan yang lain.

Begitulah mereka, di sela sela problema rumah tangga seperti anak sakit, suami sakit atau bahkan diri sendiri yang sakit. Para perempuan itu tetap harus berjalan mencari nafkah.

Tidak berdagang sehari berarti tidak ada pemasukan. Jika tubuh yang sakit itu masih bisa dipakai berjalan, maka the show must go on. Dokter dan rumah sakit bagi mereka merupakan kata yang berkonotasi dengan biaya mahal, jadi kata 2 kata itu sebaiknya dihapus dari memori. Jika sakit mereka memilih puskesmas yang murah meriah, Puskesmas di Sawangan cukup baik ternyata (untunglah saya pernah iseng mengantri di puskesmas tersebut, sehingga tahu keadaan sesungguhnya)

Jika saya yang saat itu terserang sakit mata masih bisa minta ijin tidak masuk dan bisa beristirahat dengan nyaman, tidak demikian dengan mereka. Jika sabtu dan minggu menjadi alasan bagi saya untuk memanjakan diri, bagi mereka 2 hari tersebut tidak ada bedanya dengan Senin-Jumat, hari hari penuh kerja keras dan keprihatinan.

Jika saya mengeluh tidak tahan dengan teriknya matahari di luar sana, maka para perempuan itu menganggap matahari adalah sahabatnya.

Berkaca kepada kegigihan mereka saya merasa sangat malu. Tidak bisa disangkal saya harus mengurangi segala kemanjaan ini dan harus bekerja lebih keras lagi.

Keikhlasan dan kekerasan hati mereka dalam mencari nafkah sungguh sangat menginspirasi. Dengan pendidikan yang boleh dibilang tidak tinggi mereka berhasil mempersonifikasikan diri sebagai motor penggerak ekonomi keluarga.

Saat ini saya dihinggapi rasa rendah diri jika dibandingkan mereka. Dengan keberuntungan yang dimiliki mestinya saya bisa lebih gigih lagi dalam menghadapi kehidupan, harusnya saya tidak banyak bermalas malasan serta lebih menempa diri.

Lain kali jika saya merasa tulang serasa remuk sehabis pulang kantor, maka saya harus melihat para Ibu itu yang pasti merasakan hal lebih parah lagi. Dan saya harus stop mengeluh, bahkan harus bersyukur bisa serba sedikit meniru langkah para perempuan itu sebagai petarung.