29 Agustus 2010

Marhaenis Muhammadiyah

Marhaenisme & Muhammadiyah....Itu tema buku yang saya ambil dari toko buku hari Sabtu kemarin. Sedikit tergesa gesa karena harus mengantri panjang di gerai roti dan harus menempuh padatnya jalur Depok-Sawangan menjelang berbuka puasa.

Judul itu menarik, karena sepengetahuan saya Muhammadiyah mengambil aliran Islam murni dan anti TBC, Takhayul, bi'dah dan churafat. Sementara aliran Marhaenisme yang kebanyakan dianut oleh para petani justru dianggap sebagai abangan dan tercampur dengan agama lama.

Bahwa KH Achmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah dilukiskan sebagai orang yang sangat toleran terhadap praktek budaya. Penerapan Islam murni hanya diaplikasikan bagi dirinya dan keluarga serta orang orang yang sepandangan.

Tak heran dalam perjalanan selanjutnya, Muhammadiyah terpetakan menjadi 4 aliran sebagai akibat dari perkembangan sosial politik yang berpengaruh besar terhadap keberhasilan Muhammadiyah masuk ke daerah pedesaan.

Ah, saya masih belum selesai membaca. Nantilah dilanjutkan.

17 Agustus 2010

17 Agustus yang menyedihkan

Tahun ini 17 Agustus terasa lesu untuk saya, selain karena puasa tentunya. Tahun ini saya tidak memasang bendera merah putih di depan rumah. Biarlah bendera itu terlipat rapi di tempatnya.

Tahun ini sungguh mengecewakan melihat tingkah Presiden, DPR dan aparat pemerintah lainnya.

Dari Lapindo yang tidak dipedulikan, coba dibandingkan dengan kasus minyak British Petroleum yang bocor sehingga mencemari teluk Mexico, Barack Obama turun tangan menekan BP agar cepat menyelesaikan masalah tersebut. Sedangkan dalam kasus Lapindo, SBY diam seribu bahasa.

Gas elpiji sudah meledak berkali kali, sedang Presiden sibuk curhat tentang rencana pembunuhan seri kesekian. "Pak, rakyat sudah gosong...mau curhat kemana?"

Apakah Presiden masih mempunyai wibawa saya juga kurang jelas,,,yang bisa dilakukan cuma menghimbau...apa kekuatan dari himbauan, tidak ada payung hukum yang kuat.

Pagi tadi upacara di Istana benar benar memuakkan, saya lebih memilih melihat upacara bendera di Tugu Proklamasi yang lebih menarik dan manusiawi.

Buat saya lebih bermanfaat mendengarkan uraian Anhar Gonggong dan Asvi Warman Adam dibandingkan mendengar pidato omong kosong dari Istana Negara.

Bagaimana kalau pilpres dihapuskan? rasanya kita tidak butuh Presiden dan Menteri apalagi DPR.

15 Agustus 2010

Kota yang Terlupakan

Peringatan hari kemerdekaan RI tahun ini jatuh pada bulan puasa, mengingatkan saya bahwa saat proklamasi kemerdekaan tahun 1945 itu pun terjadi di bulan puasa pula.

Diawali dengan penculikan dwitunggal tersebut oleh para pemuda seperti Soekarni dan Wikana. Di Rengasdengkloklah para golongan tua dan golongan muda berdebat tentang cara untuk mendapatkan kemerdekaan.

Proklamasi boleh saja diumumkan di Pegangsaan Timur No 56 Jakarta Pusat namun di Rengasdengkloklah bendera merah putih dikibarkan pertama kali sebagai tanda pernyataan kemerdekaan Indonesia sehari sebelum tanggal 17 Agustus.

Saya kuatir nasib Rengasdengklok, sebuah kota di kabupaten Karawang Jawa Barat akan sama dengan Banda. Dari Bandalah kesadaran akan nasionalisme berawal. Dari kota kecil di sudut Karawang sanalah pernyataan kemerdekaan bermula. Namun 2 kota tersebut nyaris hilang dari ingatan masyarakat.

Lagi lagi Jakarta mengambil alih semua kehormatan yang sebenarnya patut diberikan kepada kota kota terpencil tapi mempunyai jasa luar biasa terhadap keberadaan negara Indonesia.