10 Desember 2017

BADUY JAMAN NOW

"Kami tidak mungkin mencegah pengaruh luar, makanan-makanan itu biarpun kami larang masuk kampung namun warga kami tetap bisa membelinya di luar; maka sekarang tinggal tergantung tamu yang masuk"

Bertemu Jaro
Demikian kata Jaro yang merupakan semacam kepala desa di perkampungan Baduy luar di Kanekes.

09 November 2017

MENGHAMPIRI PANTAR, MENYAPA LEMBATA


Ini kedua kalinya saya menginjak tanah yang dijuluki surga di timur matahari.

Duduk di dekat jendela pesawat membuat saya bebas memandang lautan biru lembut yang membentang di bawah.  Baru pertama kali saya dapat melihat panorama Alor dari kaca jendela.  Pada perjumpaan pertama dahulu saya mendapat kursi di pinggir lorong pesawat.

Alor kali ini menjadi semacam persinggahan sebelum menuju pulau Pantar dan Lembata melalui laut. Pulau Pantar walaupun masih berada dalam kabupaten Alor namun butuh waktu cukup lama dicapai dengan menyeberangi laut 

Karena kapal penumpang sudah berangkat dari jam 8 pagi maka saya menginap semalam di Alor. Cukup untuk sekadar napak tilas dan menjenguk tempat yang belum dikunjungi; apalagi bersamaan dengan adanya pembukaan Expo Alor di lapangan Kalabahi

Menginjak bandara Mali kali ini rasanya amat sangat santai, berbeda dengan saat pertama kali dulu yang agak tegang karena masih belum kenal situasinya.  Saat transit di bandara Kupang saya sudah mengontak pemandu andalan, Om Marlon yang akan mengantar ke Pantar dan Lembata.

20 Agustus 2017

Caringin - Labuan

Sarmunah, perempuan tua yang menjadi pemijat keliling di kawasan Caringin, Carita - Labuan dengan mantap mengurut betis dengan minyak urut. Jemarinya cekatan memilah urat yang tegang, membuat kening saya berkerut-merut.

Semula saya tidak ingin dipijat.  Sudah beberapa orang ibu menawarkan jasa dan saya hanya menggelengkan kepala.  Entah kenapa saat Sarmunah datang dan menawarkan pijatan, kepala saya mengangguk mengiyakan.  Tanpa membuang waktu ia segera membentangkan kain lusuh untuk saya duduki selama ia mengerjai kaki dan tangan.


27 Juli 2017

SATU PELURU SATU MUSUH

Pembebasan atlet Israel yang disandera oleh kelompok Black September pada saat berlangsungnya Olimpiade Munich tahun 1972 berakhir pahit.   Sniper atau penembak runduk yang berasal dari dinas kepolisian Jerman Barat gagal melaksanakan tugas, tembakannya meleset.

Tembakan yang meleset, koordinasi antar tim pembebasan sandera yang buruk membuat para penyandera sempat mengambil tindakan fatal sehingga 11 sandera seluruhnya tewas akibat granat yang dilemparkan.

Hendro Subroto, wartawan perang yang ditugaskan meliput situasi Timor Timur pasca integrasi dengan Indonesia tahun 1975 mengisahkan teror sniper dari pasukan Fretilin saat konvoi kecil panser amfibi pasukan tentara Indonesia melintasi Fatularan.  Ia menyaksikan kopral Rasimin yang jadi pengemudi panser roboh saat satu peluru dari tembakan terbidik menembus topi bajanya.

Banyaknya prajurit dan perwira RI yang menjadi korban penembak jitu Fretilin yang merupakan bekas tentara didikan Portugis dengan pengalaman tempur di sejumlah koloni Portugis membuat Kolonel Edi Sudrajat yang membentuk satuan tugas Pamungkas menarik Tatang Koswara yang baru lulus dari pelatihan The Green Berets, pasukan elite baret hijau milik Amerika Serikat.


16 Juni 2017

Saya dan Pancasila di Museum Nasional

“Apa pendapat mbak tentang tata letak di Museum Nasional? Bagaimana informasi yang disajikan?”

Demikian seorang gadis menyapa sambil membagikan pertanyaan kuesioner. Bukan baru kali ini saja kuesioner diadakan di museum, sudah berkali-kali; namun sepengetahuan saya belum ada perubahan yang berarti di museum.  Saya memberikan jawaban standar, berharap ada pertanyaan yang lebih spesifik namun sia-sia saja.  Pertanyaan hanya menyentuh hal-hal umum.

31 Mei 2017

Bertemu Warto


Dekat jalan Bank, Pinangsia Jakarta Kota  hanya beberapa puluh langkah dari Wonderloft Hostel, tak sengaja  mata saya menangkap pria lansia sedang duduk bersandar pada dinding gedung yang jauh lebih tua dari usianya.  Matanya menerawang mengawasi orang yang berlalu lalang.

Iseng, saya dekati.  Ia mengeluh belum makan, saya menawari biskuit dan air minum yang akan saya beli di Indomaret dekat situ.  Ia mengangguk, saya pun bergegas membeli makanan.  Ia menyambut kantong kresek yang saya ulurkan tak lupa sejumput doa diucapkan, saya aminkan doanya.


Warto namanya, lahir tahun 1942 di Cilacap.  Pindah ke Jakarta sekitar tahun 1954.  Tentulah ia salah satu saksi dari perubahan kota.  Ia mengingat-ingat saat rokok amatlah murah "harganya selawe" katanya.  Tentu saja fisiknya masih bugar kala itu sebagai kuli bangunan.


Di usianya yang lebih dari 70 tahun ini, Warto menjadi pemulung botol plastik.  Karung berisi hasil kerjanya tergeletak di samping.  Ia menaksir beratnya hanya 2 kg.  1 kg dihargai sekitar Rp 13 ribu.  Warto tinggal di bawah jembatan Pasar Pagi,  Ia tidak punya anak.  Gigi depannya yang tanggal terlihat jelas kala ia tertawa menceritakan secuil kisah hidupnya.


Saya pun pamitan, kami saling bertukar doa setelah itu saya melangkah pergi meninggalkan Warto dan karungnya.

14 Mei 2017

01 Mei 2017

KARTINI DALAM FILM

Seorang perempuan muda termangu, penderitaan berpendar di matanya.

Perempuan itu seharusnya belum genap 16 tahun, tapi terlihat rambut putih menyembul dan sorot matanya menyiratkan jiwa yang matang bukan lagi sorot kanak-kanak yang beranjak dewasa..

Demikian adegan film Kartini dibuka.  Di buku saya membayangkan Kartini belia yang penuh semangat yang sedang tertekan jiwanya sementara dalam film saya menemukan Kartini yang matang secara usia namun masih remaja pola pikirnya.

Kartini bukan pertama kali ini difilmkan.  Tahun 1984 Sjumandjaya membuat film Kartini yang dibintangi Yenny Rachman berdasarkan tulisan Siti Soemandari

Kartini adalah seorang anak remaja putri yang dijuluki kuda kore karena kebiasaannya tertawa lepas, tak sungkan menunjukkan giginya yang dianggap tidak sopan dalam adat bangsawan pada masa itu,

Alur film pun bergulir.   Ngasirah muda yang bertubuh jangkung dan lencir diperankan Nova Eliza sedang duduk bersimpuh menyaksikan anaknya, Kartini kecil yang meradang, menggigiti kakaknya yang ingin membawanya paksa dari kamar.

Lalu adegan Kartini berlatih jalan jongkok, merawat diri sampai dialog dengan kakaknya, Sosrokartono, Mooei Sos yang tampan itu yang sedang bersiap menuju Belanda.  Sos memperkenalkan adiknya itu dengan buku-buku yang lebih serius.

Kardinah dan Roekmini akhirnya memasuki masa pingitan, pada masa itu Kartini menjadi lebih mengenal adik-adiknya.

Adegan kunjungan keluarga Ovink Soer kenalan keluarga ke kediaman bupati Ario Sosroningrat sementara Kartini merebut nampan suguhan untuk tamu dari tangan pelayan agar ia sendiri yang mengantarkan ke hadapan Ovink Soer demi mendapatkan kesempatan bercakap-cakap sementara sang ayah yang bijaksana membiarkan anak perempuannya itu berbicara di hadapan tamu.

26 April 2017

MELACAK JEJAK INDONESIA LEWAT REMPAH

“Hati-hati dengan turis asing yang sekarang naik gunung dan memetiki daun karena dengan teknologi tissue culture 1 helai daun bisa perkebunan.  Di Jepang telah tersimpan ribuan daun dari Indonesia, mereka siap membuat perkebunan jika kita tidak bisa menjaga alam”. 

Demikian salah satu peneliti dari IPB memperingatkan saat diskusi di acara Jalur Rempah

Di dalam kitab Taurat dikatakan bahwa Ratu Syeba selain memberikan ribuan kilogram emas kepada Raja Sulaiman, ia juga menyertakan sejumlah besar rempah-rempah.  Dalam jenis yang lebih spesifik Surat Al-Insan ayat 6 memuat kata kapur barus sebagai campuran mata air dalam Surga. 
Kapur barus dihasilkan oleh suatu tempat bernama Barus yang terletak di pesisir Sumatera Utara. 

Kisah perjalanan rempah terus berlanjut.  Segenggam cengkeh ditemukan dalam wadah keramik yang terbakar di gurun pasir Suriah yang kemudian dinamakan situs Terqa.  Para ahli mengidentifikasikan usia cengkeh berdasarkan usia tanah liat yang mengubur stus tersebut yaitu 1720 SM.
Pada era dinasti Han (206 SM-220 SM) cengkeh menjadi sesuatu yang wajib untuk dikunyah para tamu sebelum menghadap kaisar.

Cerita-cerita ajaib tentang rempah dan negeri penghasilnya terus berlanjut.  Di Eropa rempah menjadi simbol status. Toko yang menjual rempah terletak di daerah elit. Orang miskin di Eropa tidak akan sanggup membeli sejumput rempah-rempah untuk menyedapkan makanan mereka.

09 April 2017

Parigi Moutong: Mengintip Keindahan Bawah Lautnya

"Itu dia teluk Parigi"  Suwandi, supir yang menjemput kami dari Palu mengarahkan telunjuknya ke sebelah kiri sambil menghentikan mobilnya.  Saya dan satu orang teman yang sedari tadi menahan mual gara-gara rute jalan Palu-Parigi yang naik turun penuh kelokan tajam sontak memandang ke arah yang ditunjukkan.

Teluk dari kejauhan

30 Maret 2017

Yang Muda Yang Menggali Sejarah


Sabtu Sore, halaman depan kantor penerbit Komunitas Bambu di Beji-Depok yang tidak seberapa luas itu penuh sesak dengan kehadiran anak-anak muda.

Di depan terdapat satu meja penuh buku-buku yang akan dijual.  Salah satunya adalah tentang Njoto, salah satu tokoh  penting PKI di samping DN Aidit yang ditulis oleh Fadrik Aziz Firdausi.  Di sisi kanan terdapat meja dengan minuman teh, kopi dan pisang goreng untuk yang hadir.

Ada beberapa orang pria dengan usia tergolong senior sedang berbincang-bincang, salah satunya adalah sejarawan senior Peter Kasenda.  Yang namanya Fadrik pastilah salah satu teman berbincang beliau.

Yang hadir segera mengambil tempat duduk saat moderator sekaligus MC mengumumkan acara bedah buku akan dimulai. 

Seorang anak muda bertubuh kurus dan berkacamata ikut duduk di samping moderator, ternyata itulah Fadrik Aziz Firdausi, sang penulis. Pemuda kelahiran 1991 itu duduk di sebelah sejarawan senior mengesankan kelahiran generasi sejarawan muda yang turut memberi warna terhadap tafsir sejarah.


Menjadi semakin menarik karena penulis ini berlatar belakang Nahdlatul Ulama yang sebelum peristiwa 1965 banyak terlibat konflik dengan PKI.
Cerita-cerita tentang konflik itulah yang membuatnya tertarik untuk menggali lebih dalam tokoh-tokohnya.  Dan, Njoto yang menjadi pilihannya.  Judul yang dipilih adalah Njoto: Biografi Pemikiran 1951-1965

16 Maret 2017

Saat Dokter Tentara Menjadi Gubernur


"Biar berapa miliar pun mereka  bayar saya, saya tidak mau jadi gubernur di sini" demikian Azwar Anas yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Sumatera Barat berkomentar tanpa basa basi saat diajak meninjau Nusa Tenggara Timur.
Nusa Tenggara Timur (NTT), dulunya merupakan bagian dari Sunda Kecil yang baru diberi mandat untuk menjadi provinsi sendiri pada tahun 1958 merupakan daerah yang amat miskin.  NTT mepunyai puluhan suku dan bahasa yang kadang begitu berbeda sehingga komunikasi antar suku menjadi terkendala.
Ada anekdot getir yang memplesetkan NTT menjadi Nusa (S)engsara Timur, Nanti Tuhan Tolong, Nasib Tak Tentu, menggambarkan betapa provinsi ini seakan ditakdirkan menjadi tanah penderitaan bagi warganya karena topografi yang ekstrim, terbatasnya akses ekonomi dan pendidikan, musim kering yang panjang dan kendala kultural

13 Februari 2017

Memandang Pelabuhan Makassar di Masa Lalu

Bagaimanakah situasi Makassar pada masa lalu? Bagaimana posisi Makassar saat para penguasa menerapkan beragam kebijakan untuk mempertahankan kepentingan mereka.
Edward L. Poelinggomang, sejarawan dari Universitas Hasanudin mengumpulkan kepingan demi kepingan dari beragam arsip untuk menyampaikan kabar mengenai pelabuhan penting ini di masa lalu.  Dikatakan penting karena melalui Makassar baik VOC maupun pemerintah Hindia Belanda mengontrol perdagangan rempah di Indonesia timur, terutama Maluku.
Makassar di pulau Sulawesi sudah dikenal lama sebagai pelabuhan ramai dan pusat perdagangan.  Letak geografis Sulawesi yang dikelilingi laut Maluku, laut Banda, laut Flores dan selat Makassar.


Beberapa peneliti mengidentifikasi kerajaan Makassar sebagai kerajaan Gowa.  Pelabuhan Makassar dianggap sebagai bandar perdagangan Gowa yang merupakan gabungan dari dua pelabuhan dari dua kerajaan yaitu Pelabuhan Tallo dari kerajaan Tallo dan pelabuhan Sombaopu dari kerajaan Gowa.
Dua kerajaan ini pada tahun 1528 bergabung menjadi satu pemerintahan dimana Raja Gowa memegang tahta kerajaan sedangkan raja Tallo menjadi mangkubumi.
Penjelajah Tome Pires pada paruh awal abad 16 melukiskan sebagai kepulauan Makassar yang penduduknya beragama pagan dan juga prajurit hebat.  Negeri Makassar digambarkan sebagai negeri kaya dan merupakan pasar yang menjual budak hasil tangkapan.
Dataran di Makassar sangat subur, banyak persawahan dengan pohon kelapa berderet rapi.  Demikian kesan seorang Belanda yang mengunjungi Makassar pada permulaan abad 17.
Pelabuhan Makassar terlindung dari gelombang laut dan badai muson barat karena dihalangi oleh sejumlah pulau kecil yang dikenal sebagai  gugusan kepulauan Spermonde.

22 Januari 2017

Djuanda Yang Tak Tergantikan

Herbert Feith pernah membagi dua tipe kepemimpinan nasional yaitu solidarity makers dan problem solvers atau administrator.  Tipe solidarity makers amat mudah lekat dalam ingatan berkat kemampuannya memikat massa dengan heroisme yang menggebu.  Contoh paling gampang adalah Soekarno.  Bahwa ya, Soekarno adalah presiden pertama, proklamator, konseptor yang hebat dan segala sesuatu yang serba revolusioner dilekatkan padanya, namun bersama dengan pidato-pidatonya yang selalu membakar semangat wajib dingat bahwa ada kewajiban penyelenggara negara yang harus dijalani hari demi hari.

Ada rakyat yang butuh kepastian sebagai warga negara, ada administrasi kependudukan yang harus dijalankan, ada tanggung jawab untuk menghasilkan pemasukan dan menjaga agar posisi neraca keuangan negara tetap stabil serta ribuan hal-hal rutin yang merupakan tugas penyelenggara negara.  Kewajiban yang amat vital ini membutuhkan pribadi yang tekun, tangguh, pekerja keras, tidak butuh publikasi yang berlebihan, lebih banyak di belakang layar.  Hatta dan Djuanda berada di kategori ini.  Mereka lekat dengan administrasi.

01 Januari 2017

Sekeping Hati di Alor

"Mukamu terlalu lembut untuk seorang traveler, sering jalan sendirian lagi",  begitu yang diucapkan Marlon setengah menggerutu kepada saya.  Saya yang berjalan di belakangnya hanya cengar-cengir sambil kepanasan menahan terik matahari.  Om Marlon, begitu saya biasa memanggil laki-laki yang berusia 4-5 tahun lebih tua dari saya selama di pulau Alor.

Kampung Takpala
Deddy anak om Kris pemilik homestay Cantik yang merekomendasikan Marlon kepada saya.  "Dia itu the best guide in Alor" demikian katanya.  Jadi di hari kedua saya ditemani Marlon mengubek-ubek Alor dengan motornya menghampiri pantai-pantai sepi berair gradasi biru tosca yang jernih dengan pasir putih.