27 Juli 2017

SATU PELURU SATU MUSUH

Pembebasan atlet Israel yang disandera oleh kelompok Black September pada saat berlangsungnya Olimpiade Munich tahun 1972 berakhir pahit.   Sniper atau penembak runduk yang berasal dari dinas kepolisian Jerman Barat gagal melaksanakan tugas, tembakannya meleset.

Tembakan yang meleset, koordinasi antar tim pembebasan sandera yang buruk membuat para penyandera sempat mengambil tindakan fatal sehingga 11 sandera seluruhnya tewas akibat granat yang dilemparkan.

Hendro Subroto, wartawan perang yang ditugaskan meliput situasi Timor Timur pasca integrasi dengan Indonesia tahun 1975 mengisahkan teror sniper dari pasukan Fretilin saat konvoi kecil panser amfibi pasukan tentara Indonesia melintasi Fatularan.  Ia menyaksikan kopral Rasimin yang jadi pengemudi panser roboh saat satu peluru dari tembakan terbidik menembus topi bajanya.

Banyaknya prajurit dan perwira RI yang menjadi korban penembak jitu Fretilin yang merupakan bekas tentara didikan Portugis dengan pengalaman tempur di sejumlah koloni Portugis membuat Kolonel Edi Sudrajat yang membentuk satuan tugas Pamungkas menarik Tatang Koswara yang baru lulus dari pelatihan The Green Berets, pasukan elite baret hijau milik Amerika Serikat.



Siapakah Tatang Koswara?  Bintara dari Pusdikif (Pusat Pendidikan Infanteri) Bandung itu merupakan salah satu dari 17 prajurit lulusan berkualifikasi Green Berets yang dididik beragam teknik tempur ala sniper.  Di antara 17 para lulusan itu, 16  rekannya adalah anggota Kopasus, Tatang adalah lulusan terbaik dan mengalahkan instrukturnya kapten Conway pada saat ujian akhir.

Tahun 1977 Tatang datang ke Timor Timur berbekalkan senjata sniper, Winchester M-70 dengan tugas utama memburu Nicolau Lobato, pemimpin Fretilin.  Nicolau Lobato akhirnya tewas oleh serbuan pasukan yang dipimpin Prabowo Subianto.

Tatang hampir tidak pernah mencatat Confirmd Kill yang dilakukan namun Spotter nya yaitu Letnan Ginting sempat menghitung walau tidak pas benar.  Dalam buku Sniper: Training, Techniques and Weapons tercatat Tatang telah membukukan 41 confirmed kill.  Dalam ingatan Tatang sendiri, ia telah menumbangkan lebih dari 100 lawan.   Semua dilakukan dari jarak 300 - 900 meter.

Usai bertugas dari Timor Timur Tatang yang pensiun dengan pangkat Pembantu Letnan Satu  menjadi instruktur dan pelatih tembak untuk berbagai batalyon. Selain itu Tatang juga piawai dalam menguji senjata.

Bersama Peter Hermanus yang merupakan ahli rekayasa persenjataan mantan Direktur Kesenjataan di Pussenif dan staf ahli PT Pindad mereka berdua mengutak atik beragam jenis senjata untuk mendapatkan yang terbaik yang cocok untuk digunakan oleh TNI AD.  Beberapa jenis senjata yang merupakan gabungan dari keunggulan berbagai jenis merk akhirnya diproduksi oleh PT Pindad.

Tatang sempat menciptakan prototype yang dinamakan Alat Bantu Tembak Malam (ABTEM) yang sesuai namanya memang khusus dgunakan para sniper untuk beraksi di malam hari.   Selain itu Tatang juga menciptakan alat pendeteksi tembakan untuk malam hari. Setelah menjalani serangkaian pengujian, alat ciptaan Tatang ini sudah siap untuk diproduksi PT Pindad. Namun akibat pergantian pemerintahan dari jaman Soeharto maka rencana produksi itu terhenti.

Sniper berpenyakit Jantung
Saya penasaran dengan sosok Tatang, di sampul buku SATU PELURU SATU MUSUH yang ditulis wartawan yang banyak meliput kegiatan dunia militer, A. Winardi, terlihat foto Tatang muda yang sedang memegang senapan dengan kumis dan cambang sedikit lebat.  Lalu sampailah pada Youtube saat Tatang tampil di acara Hitam Putih tahun 2015.  Dalam wawancara terdengar napasnya yang terengah saat menjawab pertanyaan.  Sosok Tatang sendiri sudah berambut pendek dengan kumis terpangkas rapi, mengesankan pria tua yang tampak sehat dan terawat.

Ternyata pekerjaan sebagai sniper membuatnya menderita penyakit pada masa tua.  Dalam bukunya disebutkan bahwa tugas sniper yang harus masuk seorang diri mengacau pertahanan lawan menuntut kondisi fisik maksimal dan konsentrasi tertinggi di medan yang tak terduga cuacanya.  Sniper bisa berbaring diam sambil matanya tak lepas dari teropong mengintai lawannya selama berjam-jam.  Semua kegiatan metabolisme seperti makan bahkan sambil buang air pun dilakukan dalam posisi tersebut.

Kondisi pengintaian yang tak jarang membuatnya terjaga 24 jam selama berhari-hari akhirnya memicu penyakit jantung dan stroke.

Wawancara di acara Hitam Putih tahun 2015 menjadi wawancara terakhirnya.  Tatang anfal tak lama setelah wawancara usai dan tak tertolong lagi


Sniper Perempuan
Jangan dikira pekerjaan sniper itu hanya bisa dilakoni oleh para lelaki.  Perang Dunia II merupakan ajang munculnya sniper-sniper perempuan, salah satu yang terbaik bernama Lyudmila Pavlichenko, seorang mahasiswi  Uni Sovyet yang sedang belajar studi sejarah di Kiev State University.

Saat Nazi Jerman menyerbu Rusia, Lyudmila yang semula diarahkan untuk menjadi sukarelawan medis memilih menjadi militer dengan kemampuan menembak yang dimilikinya dan keikutsertaannya dalam klub menembak.

Dalam cuplikan film Batle for Sevastopol  terlihat Lyudmila yang masih belia belajar menembak,  Ia menjalani masa mudanya dalam pertempuran melawan Nazi.  Menurut catatan resmi ia membukukan 309 confirmed kill.
Lyudmila sempat terluka dalam pertempuran dan diselamatkan oleh rekan-rekannya.

Sniper perempuan ini pernah terlibat duel dengan sniper Jerman.  Mereka saling mengincar satu sama lain.  Sampai akhirnya Lyudmila memakai taktik seakan menyerah dengan memunculkan diri sehingga lawannya lengah.

Hubungan Sovyet dan Amerika yang sempat mendingin toh tidak mempengaruhi hubungan baik antara Lyudmila dengan Eleanor Roosevelt yang saat itu menjadi first lady Amerika

Sniper dan strategi
Tiap penembak runduk mempunyai taktik sendiri agar dapat mengelabui lawan.   Simo Hayha, sniper asal Finlandia selalu mengulum es saat sedang membidik lawan di daerah dingin agar uap/asap yang keluar dari mulut akibat hawa luar yang dingin dapat disamarkan.

Tatang sendiri sebagai orang Garut yang dikenal sebagai penghasil sepatu pernah membuat sepatu khusus yang solnya terbalik, bagian depan jadi bagian belakang dan sebaliknya.  Sol terbalik itu menyelamatkannya saat dikejar musuh.


Tidak ada komentar: