30 Desember 2011

RESOLUSI 2012

RESOLUSI TAHUN 2012.....

Saudara, saudaraaaa!!!! resolusi saya tahun 2012,,sederhana aja...berhenti kerja dan punya warung...!!!!

Benar, saya gak ingin jadi manager atau direktur di perusahaan,...Puluhan tahun menikmati kerja, semakin yakin kalau saya tidak butuh title untuk keren kerenan......saya hanya ingin punya usaha warung kecil,,,,punya saya sendiri..

aMINNNNN....



27 Desember 2011

25 Desember di Krakatau

Sambil melirik langit dari kaca mobil, saya menyetir melalui jalan utama Cilegon yang nyaris hancur lebur dan berdebu...di depan truk truk segede transformer berbaris,..pelan..wuaduuhhh....sementara mau nyalip juga gak mungkin, lajur sebelah padat.

Setelah ngebut di jalan tol Jakarta-Merak yang lengang, merayapi jalur Cilegon adalah siksaan, untunglah kemacetan itu segera terlalui.

Mobil terus melaju melalui penginapan, hotel, resort sepanjang Anyer...Melirik sekilas ke Marbella Resort sementara masih harus melaju 25 km menuju Carita.  Jalan lumayan mulus, namun bergelombang dan berlobang di beberapa ruas.  Jika jalan menuju Puncak padat saat ini, jalan Anyer Carita sepi...

Ya, saya sedang menuju Carita untuk melakukan geo tracking ke Krakatau.  Setelah cari cari info di internet, akhirnya saya memilih 1 day paket Rp 2,5 juta untuk 3 orang, sudah semuanya termasuk makan siang dan perbekalan selama di laut.  Karena membawa anak kecil tentu saja tidak mungkin melakukan backpacker trip murmer.  Lagipula setelah dihitung hitung backpacker itu mengambil jalur Lampung.  Dari Rajabasa Lampung harus naik angkutan lagi  menuju Kalianda dan menyambung ke Canti, dari Canti sewa kapal sekitar 2 - 2,5 juta per 20 orang...itu pun kapal kayu bermotor, dengan lama perjalanan 4 jam tanpa makan siang, peralatan snorkeling harus menyewa sendiri, belum lagi bayar ijin ke krakatau dan harus berangkat jam 5 pagi. Tidak ada boat seperti dari Carita, hampir sama kan, dari Carita malah lebih menghemat waktu.

Sempat dibilang sinting, karena ke krakatau membawa anak kecil, saat gunung itu sedang aktif, dan tahu sendiri kan ombak selat sunda di bulan Desember...weitsss, liburan kalo dengan gue gak boleh yang aman nyaman, kayak ibu ibu arisan,,,harus penuh petualangan, gak level tuh taman safari sama puncak,,,itu sih liburan oma opa...hahahahh...

Karena kita hanya 3 orang dalam 1 boat, tentu dong bisa pilih boat yang keren.

Hei, saya sudah sangat terlatih untuk soal budgeting dan travel arrangement...jadi sekali lihat sudah bisa mengambil perbandingan dalam rute perjalanan dan budget.

Melewati mercu suar tua berwarna putih..waah,..sudah lama ingin menginjakkan kaki di mercu suar ini.  Sampai juga di Sunset View...ehmmm hotelnya ternyata gitu deh...tapi lumayanlah, terpaksa pindah ke suite room karena yang deluxe kurang memadai ternyata...sempat ada kayu tempat gantungan gorden jatuh karena lapuk...hekkhh...!  di depan hotel banyak warung warung kayak bakso, sate dll,,,jadi lumayan deh kalo gak mau makan di hotel tinggal nyeberang jalan. 

Besoknya, jam 07:30 telah bersiap siap di hotel menunggu jemputan, tempat pemberangkatan ternyata hanya 2 menit jalan kaki dari hotel.... Cuaca lumayan bagus...berkah tanggal 25 Desember atau memang pawangnya jago, gak tau deh.:)

Seru juga melihat boat-boat pribadi di Marina Carita....banyak orang kaya nih di Indonesia.

Jam 8 pas, boat berangkat dari dermaga...full speed menuju krakatau..bukan main seperti naik mobil di jalan rusak,,,beberapa kali kapal melambung kemudian menghantam air,,,,yang gampang mabuk dijamin muntah. Saya sempat merasa mual,,,sialan! malu dong kalo sampe keok.   Selama 90 menit membelah Selat Sunda, akhirnya samar samar sebentuk kerucut tampak mendekat.   

Mata dipelototkan, mendekati Krakatau purba yang kini tampak hijau...di sebelahnya..busyettt..itu dia anak Krakatau....hitam gosong, kapal pelan pelan berputar mengelilingi gunung itu, tampaknya gunung itu sedang anteng, tidak terdengar suara gemuruh, namun aura angker terasa banget, karang karang bertonjolan.  Bau kentut yang ternyata adalah aroma belerang langsung tercium...wewww...Buat saya yang berdarah sunda, Krakatau adalah sama mistisnya seperti Merapi buat orang Jawa.

Seperti yang sering diceritakan, gunung ini tiba tiba muncul dari bawah laut tahun 1927, didahului oleh suara menggelegak di permukaan laut.

Nahkoda, mengarahkan ke daratan, di sana sudah ada beberapa orang yang juga berniat mendaki gunung itu, gak begitu tinggi sih..tapi panasnya itu loh...hah,,,mana saya pakai tank top lagi, dijamin gosong licin,,,apesnya sih kena sun burnt.  Ya sutra deh,,maju terus, rasanya pelindung matahari juga gak berguna.

Ampun deh, ternyata menaiki anak krakatau itu bikin napas tersengal sengal mirip orang asma, melewati hutan tropis sampai akhirnya jalanan mendaki yang berupa pasir hitam hebatnya Asyar semangat sekali, ia berjalan paling depan bersama pemandu dan jadi peserta termuda. Pasirnya sangat menyulitkan...apalagi saya menyandang tas berisi botol botol aqua,,,haiyah merangkap porter deh...!!!  Orang orang bule dengan cepat sudah sampe atas,,,,yahhh,,,kakinya panjang amat ya..



 Tapi sampai di atas, ih,,bukan main,,,pemandangan bagus banget, di kejauhan terlihat pulau Lampung...selat Sunda biruuuuu banget, ada kapal pesiar yang sedang berlayar menuju Ujung Kulon.


di punggung gunung














Sempat mengobrol dengan anggota polisi kehutanan yang kebetulan ada di atas, sambil melayangkan pandangan ke seantero kawasan.  Pak pemandu menunjuk pulau tak jauh dari anak krakatau yang berbentuk memanjang, pulau Panjang. Biasanya orang pada berkemah di sana untuk menonton jika anak Krakatau sedang berulah karena kawasan yang kita datangi ini akan ditutup karena berbahaya.

Setelah mondar mandir sebentar, akhirnya kita turun.  Berhubung susah sekali mengerem langkah, akhirnya saya mencopot sendal dan bertelanjang kaki menapak ke bawah,,,sekalian scrub telapak kaki di pasir dan batu panas euyyy...kayak pemain debus....PFewwwwh...akhirnya sampai juga,,,siap siap berlayar lagi menuju pulau Rakata yang masih di gugusan alias saudaraan dengan gunung ini.  Boat berhenti di tengah perairan sebelum sampai Rakata kalo gak salah namanya Lagoon Cabe, saatnya snorkeling..yeey,,,! langsung membuka kaus dan celana karena sudah memakai pakaian renang, ambil peralatan snorkeling....tadinya malas pakai life vest, dan langsung nyebur aja ke laut,  ternyata ombaknya lumayan ganggu, susah banget memusatkan perhatian ke terumbu karang karena harus mempertahankan posisi mengambang ....ya sudah,,,sini mana pelampungnya,,,Asyar baru pertama kali snorkeling,,,tapi semangat banget, biar harus batuk batuk karena kemasukan air laut,,,,top deh,,,,Ayahnya sudah biasa snorkeling,,,jadi seliweran anteng aja.

Saking asyiknya kaki saya menghantam karang,,,wadoww,,,,dua duanya berdarah,,sial...untung gak ada binatang laut yang sering menyerupai karang, bisa putus kaki saya kalau kebetulan menginjak itu...

Kelar snorkel, barulah merapat di pantai pulau Rakata, membongkar perbekalan makan siang...eh aneh, saya sudah climbing, snorkeling seharian penuh dan tidak makan dari pagi tapi sama sekali tidak lapar...akhirnya duduk saja di pantai sambil minum kopi dan makan buah.  Eh, ada biawak, gak cuma satu tapi beberapa dan lumayan besar, melenggang santai  menjulurkan lidahnya hanya 2 meter dari tempat saya duduk...kereennn....rupanya mereka mencium bau makanan.  Biawak ini pandai berenang, kata orang yang di situ mereka datang dari pulau pulau terdekat.

Lama juga kita di Rakata, sekelompok orang bule juga sedang asyik berjemur,,,suasananya tranquil, tenang mirip pulau pribadi.  Sempat mengobrol dengan mereka yang ternyata salah satunya adalah water atau traffic consultant ya? lupa nih.

Lalu pak pemandu yang akhirnya juga merangkap sebagai kapten kapal memberi isyarat untuk kembali ke Carita sebelum ombak meninggi. Waduh bakal ngebut lagi nih selama 90 menit.  Eh beneran ngebut, ditambah acara menukik dan mengerem dadakan plus ngepot. di laut....wuidiiihhh....

Akhirnya sampai juga di Carita, busyettt,,,hitam banget nih kulit,,,,biasanya kuning langsat,,,sekarang kayak tembaga ditambah belang belang di punggung...pasti abis ini perih plus pegel.  Kalau tadi jalannya excited banget, sekarang gontai kecapekan.

Sampai hotel langsung mandi, keramas tapi sial gak bisa langsung tidur,,,adrenalin masih tinggi, sementara yang lain sudah terjun ke pulau kapuk.  akhirnya tidur juga sih.


Besoknya siap siap pulang, badan masih pegel, kulit perih,,,hah, masih harus menyetir...tapi it's ok daripada ngantuk bengong di jalan, mending nyetir deh, kali ini kita pilih lewat Labuan, Pandeglang, Serang terus langsung tol, jalannya lumayan mulus, sepi,,,pemandangan juga bagus.

Finally sampai Jakarta, gantian ah,,,,gak asyik nyetir di Jakarta,,,macet maksudnya :)....sampai juga di rumah,,,langsung deh tumpukan pakaian kotor dan basah menggunung....Sorry nih Bik, kan 2 hari kemarin santai gak ada cucian,,,besok, eng ing eeenggg, segambreng!......


20 Desember 2011

LIBUUURRR....

Yeayyyy...!!!! saya akan ke Krakatau liburan Natal ini....sewa hotel beres, urusan boat done already...

Tinggal cuaca yang tidak bisa dinegosiasikan......semoga cerah, rencananya saya akan mengemudi sampai Carita menginap satu hari dan keesokan harinya berangkat menuju krakatau pagi pagi dengan long boat.

Persiapan snorkeling harus segera beres....mengingat saya membawa anak kecil, harus ada peralatan tambahan.

Sebenarnya untuk menekan biaya bisa saja saya bergabung dengan backpaker grup, mereka berencana akan bertahun baru di krakatau, namun melihat detail perjalanan mereka yang harus menyeberang menuju dermaga canti Lampung dan berganti ganti kendaraan umum, tidak memungkinkan mengingat saya hanya mempunyai waktu terbatas dan akan sangat melelahkan bagi anak kecil.

Jadi saya memilih langsung dari carita, dengan konsekuensi biaya lebih mahal tapi teroganisir rapi, which is sangat mudah karena dibantu oleh travel tour yang saya temukan melalui internet.

Hotel saya 25 km setelah Marbella resort, begitu menurut keterangan contact person hotel.

Mudah mudahan gunung itu sudi sedikit menahan kemarahan saat kami menghampiri kakinya.  Sedikit melemparkan abu tak apa, asal jangan meletus seperti tahun 1883.

Ah, saya lupa belum bilang pada orang tua saya...hmmm...ibu saya pasti akan ribut mencegahnya...beliau tidak berani menginjak gugusan anyer - carita selama Krakatau meradang.  Padahal gunung keramat itu tidak pernah berhenti mengamuk.

Berarti PR saya belum selesai.



14 Desember 2011

Legalisasi Ganja?

Seseorang pernah usil menanyai kalung kayu yang saya pakai, yang kebetulan berbentuk daun ganja.  Saya hanya mengangkat bahu.

Minggu ini saya sedang menyelesaikan bacaan tentang hal ikhwal Ganja dan sejarah penggunaannya. Seperti halnya buku "Nicotine War" nya Wanda Hamilton, buku ini mengulas keberadaan ganja dan kegunaannya yang luar biasa untuk pengobatan, penyerapan logam berbahaya, bahan kertas sampai pencampur bahan bangunan.

Diangkat juga kelangsungan hidup pabrik kimia dan industri besar lainnya, jika Ganja dibiarkan beredar secara legal. 

Mengkonsumsi ganja tidak sama seperti mengkomsumsi alkohol.  Saya punya banyak teman yang memakai ganja dan mereka baik baik saja, tidak teler, bodoh atau kacau,

Sekumpulan anak muda membentuk perkumpulan Lingkar Ganja Nasional. Berusaha memberi pengertian baru tentang ganja, mencoba menelusuri seluk beluk perjalanan tanaman ini dari waktu ke waktu.  Dari tanaman yang legal yang menjadi andalan kehidupan manusia sampai hari ini dimana ganja menjadi sesuatu yang haram.

Ganja juga sempat menjadi trade mark rasial, dimana orang kulit putih selalu mengidentifikasikan tingkah laku masyarakat kulit hitam yang lekat dengan ganja sebagai sesuatu yang kotor dan jahat.

Ganja seperti juga tanaman lainnya, tidak ada alasan mengharamkan ganja hanya karena efek samping penggunaan berlebih.  Tidak mungkin Tuhan mencipta sesuatu hanya untuk diberi label haram oleh manusia.

Untuk penggunaan bebas memang sebaiknya jangan, tapi untuk pengobatan kenapa tidak? Jika ganja bisa menjadi obat kanker yang murah sehingga orang terhindar dari siksaan mual hebat akibat kemoterapi, itu adalah sesuatu yang sangat berarti bagi kemanusiaan.

Saran saya, bacalah buku ini, tidak perlu merasa terprovokasi akan isinya, namun mungkin bisa menimbang apa yang terjadi selama ini, kemungkinan manusia mendapat support kesehatan melalui bahan bahan alami yang sederhana.  Tidakkah wajar jika kita perlahan mulai percaya bahwa ada kekuasaan besar di luar sana yang sangat berkepentingan dengan industri obat obatan kimia berharga jutaan dollar yang dapat rontok dalam sekejap jika masyarakat mendapat edukasi yang benar tentang pengobatan.





05 Desember 2011

Dibalik Gelar Pahlawan

Apa kriteria pasti untuk seorang pahlawan nasional?

Pengertian dasar seorang pahlawan adalah seseorang yang rela berbuat sesuatu tanpa memikirkan kepentingan sendiri.  Jika ia bergelar pahlawan nasional, maka sudah pasti orang ini rela berbuat apa pun untuk negaranya, entah dengan cara bersenjata atau cara politik. Apa yang telah diperbuatnya sahih berskala nasional.

Namun membaca daftar pahlawan nasional yang lebih dari 150 orang, tiba tiba saya merasa ragu apakah definisi di atas itu benar merupakan tolok ukur?  atau ada perbedaan pengertian yang akibatnya menimbulkan kebingungan pada orang awam seperti saya.

Jika melihat tokoh tokoh pergerakan seperti Eugene Douwes Dekker atau Tjipto, definisi tentang pahlawan nasional dengan mudah teridentifikasi pada mereka.  Demikian pula tokoh tokoh seperti Nyai Ageng Serang dan Cut Nyak Dien. Yang dua pertama adalah pahlawan dalam bidang politik, dua wanita lainnya adalah tokoh perjuangan  bersenjata.  Bahkan kenyataan getir saat Jawa  menikmati politik balas budi, Aceh sedang luluh lantak karena para panglima perang tertawan atau terbunuh oleh Belanda.

Untuk masa yang lebih silam, ada Sultan Agung yang telah diangkat menjadi Pahlawan Nasional Indonesia sejak tahun 1975.  Namun, jika pengangkatan itu dikarenakan atas jasanya melawan penjajahan, saya merasa kurang sreg.  Karena kita semua tahu Mataram selalu sibuk untuk meluaskan imperiumnya.  Sultan Agung bahkan mengajak VOC bekerja sama untuk menyerang Surabaya dan Banten.  Kecuali jika jasanya di bidang budaya yang memang sangat membantu perkembangan sastra Jawa.

Jika Sultan Agung diangkat menjadi pahlawan nasional karena membangun Mataram, maka sama saja kita mengidentifikasikan Mataram yang hanya menguasai Jawa dan Madura dengan Indonesia yang wilayahnya membentang dari Sabang sampai Merauke.  


Adapun penyerangan ke Batavia, lebih karena ingin menaklukkan Banten.  Sebelumnya utusan Sultan Agung menemui VOC di Batavia untuk mengajukan kerjasama dengan syarat syarat tertentu namun ditolak.

Bicara tentang melawan penjajahan, malah mungkin lebih pas jika Trunajaya, putra bangsawan Madura yang diberikan gelar pahlawan, walaupun bukan berarti ia bebas dari catatan.  Ia bekerja sama dengan putra mahkota Mas Rahmat yang bersengketa dengan ayahnya Amangkurat I karena seorang perempuan.  Mas Rahmat berwatak sama persis dengan Amangkurat I.  Motif kebencian terhadap Mataram bertemu dengan kedengkian seorang anak.

Kita bisa bicara tentang Mangkunegara I yang juga telah menjadi pahlawan nasional.  Ada alur yang juga terasa patah di sini.  Mangkunegara I memang berperang melawan penjajah Belanda, namun setelah mendapat sejengkal wilayah dan menjadi Adipati mandiri, ia menjadi rekanan Belanda dan laskarnya menjadi tenaga pendukung bagi pemerintahan kolonialisme dan digaji.  Menurut logika untuk apa ia butuh persetujuan Belanda untuk menduduki tanahnya sendiri.  Pada akhirnya ia memilih hidup saling mencurigai dengan 3 kerajaan kecil yang sama sama keturunan Mataram dari pada berkeras tetap bergerilya melawan Belanda.  Akhirnya motif yang teraba adalah lebih kepada perselisihan keluarga dan bukannya mempertahankan kemandirian sebagai bangsa

Begitu pula dengan Mangkubumi yang kelak menjadi Hamengku Buwono I, ia bergegas berbalik membelakangi menantunya Suryakusuma setelah Belanda menawarkan jabatan dan wilayah yang dituangkan dalam kontrak Giyanti, lagi lagi hanya sejengkal tanah yang bahkan tidak mencakup Jawa tengah.  Ia tampaknya lupa bahwa Belanda tidak punya hak apa apa untuk menawarkan sesuatu yang bukan milik mereka.

Walaupun dalam hati mungkin sekali mereka membenci Belanda, namun motif perebutan kekuasaan nampaknya memiliki warna yang lebih dominan,

Pada akhirnya pemberian gelar pahlawan nasional bagi beberapa Raja keturunan Mataram malah membingungkan karena adanya catatan sejarah yang menimbulkan berbagai pertanyaan dan gugatan terutama dari daerah daerah taklukan.

Pertanyaan juga mengarah pada Arung Palakka dan Sultan Hasanudin.  Arung Palakka tidak menjadi pahlawan nasional dan masih menjadi perdebatan karena ia bekerja sama dengan VOC.  Namun ia mempunyai motif yang kuat  saat itu, membebaskan rakyat Bone dari kekuasaan Hasanudin, sultan Makasar.  Sebagai putra Bone, darahnya mendidih melihat ribuan rakyat Bone mati akibat kerja paksa membangun benteng pertahanan yang akan digunakan Hasanudin menghadapi VOC.  Harga diri sebagai pewaris tahta Bone membuatnya bersumpah untuk membebaskan rakyatnya dan untuk itu ia bekerja sama dengan VOC.

Pada kasus ini apakah bedanya dengan Mangkubumi yang juga bekerja sama dengan Belanda menghadapi perlawanan Mangkunegara? Sementara Mangkubumi telah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional


Hasilnya dalam perang Makasar ia dapat memukul Hasanudin dan rakyat Bone bebas.

Nampaknya selama ini pemberian gelar pahlawan nasional hanya dilihat dari sisi Indonesia tanpa mempertimbangkan lokalitas.  tampaknya hanya sekedar membalik posisi Belanda/VOC dan sekutunya versus Indonesia.


Patut diingat bahwa Indonesia dulu tidak dikenal, yang ada hanyalah kerajaan-kerajaan yang berdaulat.

Mungkin dalam perspektif nation wide, harus diberikan klasifikasi yang jelas untuk istilah pahlawan nasional.  Bagaimanapun memang tidak ada manusia yang sempurna.  Kadang 
sangat tipis batasan dalam menjadikan seseorang sebagai pahlawan atau musuh.