08 Juli 2013

Kembali ke Situ Gunung



Kami bengong di tengah puncak bukit.  Di depan ada jalan tanah dengan batu dan lobang sebesar kepala kerbau, siap menghajar bagian bawah mobil. 

Mundur pun susah mengingat jalan yang sempit dengan jurang di sisi jalan, padahal pintu masuk Situ Gunung tinggal 3.5 km lagi.  Akhirnya mobil pun pelan-pelan merayap mundur mencari posisi sedikit lapang untuk berputar balik.

Sebenarnya jalan menuju Situ Gunung yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango tinggal lurus-lurus saga dari Polsek Cisaat, tapi entah mengapa kita yang sok pinter ini malah berbelok mengikuti jalan potong yang sebenarnya diperuntukkan untuk Jip dengan double gardan :(


Sebelumnya bahkan ada teman yang dengan yakinnya bilang Situ Gunung tak jauh dari Lido..hahahah. Padahal dari Lido masih lebih dari 35 km lagi dengan melewati Cicurug dan Cibadak yang Auzubillah macetnya.  Sok tahu banget yah ini.

Tapi akhirnya di sinilah kita.  Berbaring-baring di pinggir danau Situ Gunung.  Sebenarnya sudah pernah ke sini tapi itu waktu masih SD :).




Danau buatan Mbah Jagad ini (menurut legenda) nampak tenang.  Tukang perahu sibuk membawa pengunjung berkeliling danau.  Hanya ada satu perahu.  Satu penumpang dipungut Rp 7,000.  Rumput-rumput di tengah danau mengangguk-angguk diterpa angin. Udara tidak terlalu dingin, cukup sejuk.  

Tukang jualan yang didominasi oleh kopi dan pop mie menggelar lapak, tapi mereka cukup tertib..tidak berjubel dan tidak membiarkan sampah bertebaran.

Berjalan saja mengelilingi danau, di tempat-tempat yang agak tersembunyi banyak orang yang sedang memancing.  Kerapatan pepohonan membuat tanah terasa lembab.  Ada monyet yang sedang merayap di sulur-sulur pepohonan.

Secara umum kawasan Taman Nasional ini tidak terlalu ramai walaupun ini musim libur, kelihatannya hanya beberapa titik saja yang cukup ramai seperti di danau ini.

Terlihat beberapa tenda camping di pinggir danau.  Memang disewakan tenda-tenda untuk camping di sini oleh pengelola Taman Nasional.



Cuaca berubah-ubah, dari cerah ke mendung, agak menyulitkan untuk foto landscape, karena tonal yang monoton antara hijau gelap dan kelabu saat mendung.  Apalagi kamera DSLR lawas saya yang tidak dilengkapi screen preview sebelum shutter released.
Jadi benar-benar harus mencoba-coba dan baru melihat hasilnya di screen.  

Belum lagi saya sedang mencoba lensa Nikor 24-120 manual, yang agak seret saat kita ingin mengubah focal length.  Tambah repot karena lensanya sendiri berat. Harus diservice ini.

Mirip orang jualan lensa. Di tikar terhampar, lensa Nikor 18-55mm, 24-120mm dan 55-300mm, belum lagi filter lensa, repot dahhh..padahal gak jago-jago juga soal landscape. Semua harus dicoba toh, jangan putus asa.



Sebenarnya ada air terjun di kawasan itu, namun entah kenapa kaki ini malas sekali, mengingat harus manggul lensa-lensa tersebut melewati medan yang menanjak dan becek.

Akhirnya ngopi-ngopi saja sambil memanfaatkan tele untuk mencuri-curi pose orang yang rada aneh.

Beberapa fotografer nampak tidur-tiduran, kelihatannya mereka sudah berada di sini sebelum matahari terbit.  Anak-anak banyak berlari-larian di sekeliling danau yang berumput tebal.  Musim libur namun suasananya tidak kayakk ancol yang seperti cendol.  Mungkin jarak Sukabumi dan Jakarta yang cukup jauh dan macet membuat tempat ini tidak terlalu penuh.  Ada bagusnya juga.

Mengingat waktu sudah lewat jam 12 siang, dan memikirkan rute yang macet, segera saja kami berkemas pulang.  Jika malas berjalan ke atas ada segerombolan tukang ojek yang siap mengantar ke parkiran.

Ternyata sambil berjalan sempat mengamati fashion style ala Sukabumi.  Beberapa gadis bahkan menuruni jalanan curam perbukitan dan berbatu kasar dengan menggunakan Wedges!!... itu loh sepatu berhak tebal, biasa digunakan cewek ke kantor atau ke Mall, ada juga yang menggunakan sepatu permen yang bertali itu, sambil menenteng tikar, rantang dan termos.  So, wowwwww...:).  

Untung lensa tele masih terpasang di kamera jadi bisa mengambil gambar kaki-kaki jenjang ber-wedges itu tanpa ketahuan

Apa memang sepatu keds dan sandal gunung sudah ketinggalan jaman untuk naik gunung ya???.., saya bertanya-tanya dalam hati sambil memandangi kaki saya yang memakai sandal gunung hitam.

Bukan main mojang-mojang Sukabumi ini.

Tidak ada komentar: