15 Maret 2013

Legenda Chavez

Sudah agak telat sepertinya membahas Hugo Chavez mengingat pemakamannya sudah lewat walaupun jenazahnya belum dan tidak akan dikuburkan melainkan diawetkan agar dapat dikunjungi oleh pengagumnya.

Namun gema dari sepak terjang dari Presiden Venezuela ini masih tetap terdengar terutama bagi negara-negara dunia ketiga dari Amerika Latin.

Seperti lazimnya negara dunia ketiga yang masih berjuang dengan kemiskinan, dimana issue neo liberalisme, neo kolonialisme dan perlawanan terhadap Amerika menempati tempat tersendiri dalam benak rakyatnya; begitu pula dengan Venezuela, negara yang dulunya bergantung pada hasil perkebunan namun berangsur berganti menjadi negara pengekspor minyak sejak ditemukannya cadangan minyak berlimpah.


Dan, sebagaimana nasib negara di belahan dunia ketiga  yang kaya dengan cadangan minyak bumi, selalu ada pihak yang tergiur untuk mengambil manfaat dari negara tersebut.

Simon Bolivar, pahlawan rakyat Amerika Selatan kelahiran Venezuela berhasil memerdekakan sejumlah negara Amerika Selatan tersebut dari Spanyol.  Namun Simon Bolivar tak selamanya hidup.  Venezuela memang memiliki sejarah dipimpin oleh militer dan merupakan hal yang lazim bila militer melakukan kudeta pengambilalihan kekuasaan.

Seperti Spanyol yang pernah menjajah Venezuela saat negara itu masih menjadi negara perkebunan, Amerika Serikat segera mengambil peluang tentu saja setelah Bolivar tiada.

Simon Bolivar meninggalkan banyak pengagum, dan Chavez adalah salah satunya.

Seperti halnya Indonesia, Venezuela pernah terjebak dengan IMF dan melaksanakan program-program IMF yang ternyata tidak membawa manfaat apapun bagi rakyatnya.

Orang bilang kemiskinan merupakan lahan subur bagi Marxisme.  Nyatanya memang demikian, tidak semua tentara tunduk pada Presidennya, apalagi untuk negara seperti Venezuela yang hampir setiap pergantian kekuasaan diwarnai dengan kudeta.

Bagi seorang militer seperti Chavez yang nasionalis, ketertundukan negaranya pada Amerika sungguh menyebalkan.  Hugo Chavez, pengagum Simon Bolivar juga penganut marxis dan sosialis merencanakan kudeta terhadap Presiden Carlos Andres Perez yang sayangnya gagal hingga membawanya ke penjara.

Tak kapok, Chavez kembali menyusun perlawanan  kali ini melalui organisasi politik dengan mengusung program sosialis yang berpihak pada rakyat miskin dan kaum buruh.

Rakyat Venezuela yang lelah dengan oligarki ekonomi segera menyambut Chavez.  Singkatnya Chavez berhasil menjadi Presiden.

Chavez segera menjalankan reformasi agraria, mengambil alih tanah swasta, menasionalisasi perusahaan asing dengan renegosiasi kontrak sehingga pemerintah menjadi pemegang saham mayoritas dengan pembagian keuntungan yang proporsional.  Tindakannya sempat memicu protes ribuan orang.

Tentu saja hal ini membuat geram Amerika, namun Chavez bergeming dan malah memutuskan keluar dari PBB.

Apakah program-program Chavez berhasil membawa Venezuela keluar dari kemiskinan? mungkin tak semudah itu.  Sebuah ideologi tidak serta merta dapat menghasilkan kemakmuran dalam waktu singkat.

Kemiskinan yang melanda Venezuela membuat pemerintah Venezuela harus bekerja extra keras, belum lagi menghadapi oposisi yang terdiri dari para pengusaha besar yang dirugikan oleh aturan-aturan yang dibuat Chavez.

Kebijakan ala sosialis yang dibuat Chavez bukannya tidak berimbas pada keuangan negara. Pendirian perumahan untuk rakyat miskin membuat kondisi keuangan kian parah namun patut dicatat, pertumbuhan kesejahteraan rakyat Venezuela tidak berhenti.  Hanya memang pemerintah dan rakyat Venezuela harus pandai-pandai mengolah sumber daya alamnya agar mencukupi kebutuhan dalam negeri.

Berkali-kali pula pemerintah Venezuela harus mendevaluasi mata uangnya untuk menghindari inflasi berlebihan.

Kekonsistenan Chavez dalam melawan Amerika dan sekutunya terlihat dari persahabatannya dengan Fidel Castro dan Ahmadinejad.  Bukan itu saja Chavez dengan lantang mengecam penyerangan Israel ke Palestina di jalur Gaza dan memberikan dukungannya dengan mengusir duta besar Israel dari Venezuela.

Namun tidak dapat dibantah bahwa Venezuela butuh investasi asing.  Dalam mengolah minyak bumi dibutuh teknologi tinggi yang sayangnya belum dipunyai oleh pemerintah.  Tak heran jika produksi minyak Venezuela mengalami penurunan yang tentu saja berimbas pada penerimaan pendapatan.

Walaupun negara itu sangat kaya dengan minyak bumi, namun lama kelamaan cadangan tersebut akan habis, apalagi Venezuela terkenal dengan harga BBM termurah di dunia yang memicu banyaknya penyelundupan.

Masih banyak sebenarnya PR Chavez untuk memakmurkan rakyat seperti janjinya.  Dan dengan merombak sistem dan struktur pemerintahan, Chavez dituntut agar dapat menyiapkan suatu fondasi yang kokoh untuk melindungi kepentingan rakyat dari serangan investasi asing sekaligus memberdayakan semua potensi alam sekaligus manusianya demi kesejahteraan rakyat Venezuela.

Sayang sebelum pekerjaan besar itu terwujud Chavez harus menyerah terhadap penyakitnya.

Sejarah memang memilih Chavez sebagai salah satu tokoh utamanya, namun dibalik itu semua ada tantangan besar bagi rakyat Venezuela.  Apakah sistem sosialis yang diusung Chavez akan tetap bertahan, ataukah seperti halnya negara yang terlalu bergantung pada figur, akan berantakan setelah sang tokoh sentral tiada.

Apakah Maduro, pengganti Chavez sanggup melanjutkan kerja besar untuk membuktikan sistem ekonomi sosialis memang yang terbaik bagi Venezuela.

Dan apakah sepeninggal Chavez, Venezuela akan kokoh berdiri di jalur sosialis dan nasionalis atau kembali membuka lebar-lebar untuk investasi asing.


Tidak ada komentar: