Siapa sangka, setelah jemu melihat girlband Korea wannabe tiba-tiba saya menyadari bahwa Indonesia di tahun 60-70 an mempunyai grup musisi perempuan yang cukup berbobot.
Istilah girlband sendiri kalau di Indonesia sekarang ini mengacu pada sekelompok gadis yang berpenampilan cantik, bersuara pas pasan, kemampuan bermusik yang lebih pas-pasan lagi, dengan gaya anak kecil, walaupun usianya sudah hampir melewati masa remaja.
Adalah Dara Puspita, empat gadis dari Surabaya yang pandai memainkan alat musik seperti gitar, drum dan bas serta pecinta berat grup Beatles dan Rolling Stones.
Coba tanyakan pada orang tua kita tentang girlband Dara Puspita, tentu mereka akan mengangguk setuju. Mereka mempunyai kenangan sendiri terhadap grup cewek yang digawangi oleh Titiek dan Lies AR, Susy Nander serta Titiek Hamzah.
Jika ingin mengetahui lagu-lagu Dara Puspita, cobalah buka youtube dan ketik Dara Puspita maka akan terdengar alunan lagu dengan betotan gitar serta beat yang mirip Beatles sesuai masa itu.
Mungkin untuk masa sekarang, suara dan melodi mereka terdengar cupu, tapi saya yakin kualitasnya tak lebih buruk dari girlband Korea wannabe jaman sekarang, boleh diadu.
Era Beatles di Indonesia adalah era Soekarno yang memusuhi segala macam musik barat yang disebutnya musik ngak ngik ngok. RRI sudah tidak lagi memutar lagu-lagu barat, namun para remaja manalah mau dilarang. Mereka tetap memasukkan musik rock and roll di setiap pesta pelajar dan mahasiswa.
Biarpun ada larangan, perkumpulan band-band amatir tetap menjamur. Dara Puspita yang awalnya bernama Irama Puspita mungkin adalah satu-satunya grup band perempuan yang ikut memeriahkan kehidupan anak muda di jaman itu.
Melalui panggung-panggung kecil di Surabaya mereka mengukir nama. Sampai akhirnya bertemu grup Koes Ploes yang sudah lebih dulu ngetop.
Terpikat dengan kemampuan para gadis ini, para personil Koes Ploes yang menyarankan keempatnya untuk mencoba peruntungan di Jakarta.
Tak salah memang usulan itu. Di Jakarta mereka segera memikat publik dengan segenap energi kemudaannya. Di Istora Senayan tahun 1965 mereka berjingkrak-jingkrak di panggung menyanyikan lagu-lagu Beatles dan Rolling Stones. Tak heran mereka menyebut diri mereka sebagai Beatles Perempuan.
Publik begitu menyukai mereka, walaupun aparat pada pemerintahan Soekarno sempat meminta mereka untuk wajib lapor setiap hari selama sebulan akibat manggung bareng Koes Bersaudara dan menyanyikan lagu-lagu barat serta berjingkrak-jingkrak di panggung menirukan Rolling Stones.
Kesuksesan manggung berbuah pada album rekaman dan popularitas. Album pertama berjudul : Jang Pertama sukses besar diikuti dengan album berikutnya. Dari mahasiswa sampai tukang becak kenal akan lagu-lagu Dara Puspita. Seiring dengan album mereka yang terus bermuncuan, tawaran manggung ke luar negeri pun datang.
Majalah Aktuil, yang merupakan majalah musik yang sangat berwibawa pada masa itu tak ketinggalan ikut mengupas hal ikhwal grup musik 4 dara tersebut.
Wilhelm Butz, seorang promotor musik mengundang mereka ke Jerman dan dikontrak selama 6 bulan. Kebetulan di Jerman dan Eropa cukup banyak mahasiswa Indonesia, rupanya pula kepopuleran Dara Puspita di Indonesia telah terdengar oleh para mahasiswa di tanah rantau.
Kontrak 6 bulan berlanjut hingga 3 tahun, selama 3 tahun itulah Dara Puspita menjadi duta seni di Eropa. Dara Puspita menjadi girlband Indonesia yang pertama yang bisa diberi label Go International.
Setelah 3 tahun berkeliling Eropa mereka pun kembali ke tanah air dan melanjutkan sukses.
Kelompok ini akhirnya membubarkan diri tahun 1972, tidak begitu jelas apa yang menjadi penyebabnya.
Namun sayang, seperti kata majalah Historia, nyaris tidak ada pengarsipan yang baik untuk melacak jejak musik Indonesia.
Nama Dara Puspita patut tercetak dalam paragraf awal pada tahapan perkembangan musik tanah air.
Istilah girlband sendiri kalau di Indonesia sekarang ini mengacu pada sekelompok gadis yang berpenampilan cantik, bersuara pas pasan, kemampuan bermusik yang lebih pas-pasan lagi, dengan gaya anak kecil, walaupun usianya sudah hampir melewati masa remaja.
Adalah Dara Puspita, empat gadis dari Surabaya yang pandai memainkan alat musik seperti gitar, drum dan bas serta pecinta berat grup Beatles dan Rolling Stones.
Coba tanyakan pada orang tua kita tentang girlband Dara Puspita, tentu mereka akan mengangguk setuju. Mereka mempunyai kenangan sendiri terhadap grup cewek yang digawangi oleh Titiek dan Lies AR, Susy Nander serta Titiek Hamzah.
Haqul yakin ..Girlband Korea terinspirasi oleh ini |
Jika ingin mengetahui lagu-lagu Dara Puspita, cobalah buka youtube dan ketik Dara Puspita maka akan terdengar alunan lagu dengan betotan gitar serta beat yang mirip Beatles sesuai masa itu.
Mungkin untuk masa sekarang, suara dan melodi mereka terdengar cupu, tapi saya yakin kualitasnya tak lebih buruk dari girlband Korea wannabe jaman sekarang, boleh diadu.
Era Beatles di Indonesia adalah era Soekarno yang memusuhi segala macam musik barat yang disebutnya musik ngak ngik ngok. RRI sudah tidak lagi memutar lagu-lagu barat, namun para remaja manalah mau dilarang. Mereka tetap memasukkan musik rock and roll di setiap pesta pelajar dan mahasiswa.
Biarpun ada larangan, perkumpulan band-band amatir tetap menjamur. Dara Puspita yang awalnya bernama Irama Puspita mungkin adalah satu-satunya grup band perempuan yang ikut memeriahkan kehidupan anak muda di jaman itu.
Melalui panggung-panggung kecil di Surabaya mereka mengukir nama. Sampai akhirnya bertemu grup Koes Ploes yang sudah lebih dulu ngetop.
Suka gue sama gayanya |
Terpikat dengan kemampuan para gadis ini, para personil Koes Ploes yang menyarankan keempatnya untuk mencoba peruntungan di Jakarta.
Tak salah memang usulan itu. Di Jakarta mereka segera memikat publik dengan segenap energi kemudaannya. Di Istora Senayan tahun 1965 mereka berjingkrak-jingkrak di panggung menyanyikan lagu-lagu Beatles dan Rolling Stones. Tak heran mereka menyebut diri mereka sebagai Beatles Perempuan.
Publik begitu menyukai mereka, walaupun aparat pada pemerintahan Soekarno sempat meminta mereka untuk wajib lapor setiap hari selama sebulan akibat manggung bareng Koes Bersaudara dan menyanyikan lagu-lagu barat serta berjingkrak-jingkrak di panggung menirukan Rolling Stones.
Kesuksesan manggung berbuah pada album rekaman dan popularitas. Album pertama berjudul : Jang Pertama sukses besar diikuti dengan album berikutnya. Dari mahasiswa sampai tukang becak kenal akan lagu-lagu Dara Puspita. Seiring dengan album mereka yang terus bermuncuan, tawaran manggung ke luar negeri pun datang.
Majalah Aktuil, yang merupakan majalah musik yang sangat berwibawa pada masa itu tak ketinggalan ikut mengupas hal ikhwal grup musik 4 dara tersebut.
Wilhelm Butz, seorang promotor musik mengundang mereka ke Jerman dan dikontrak selama 6 bulan. Kebetulan di Jerman dan Eropa cukup banyak mahasiswa Indonesia, rupanya pula kepopuleran Dara Puspita di Indonesia telah terdengar oleh para mahasiswa di tanah rantau.
Kontrak 6 bulan berlanjut hingga 3 tahun, selama 3 tahun itulah Dara Puspita menjadi duta seni di Eropa. Dara Puspita menjadi girlband Indonesia yang pertama yang bisa diberi label Go International.
Setelah 3 tahun berkeliling Eropa mereka pun kembali ke tanah air dan melanjutkan sukses.
Kelompok ini akhirnya membubarkan diri tahun 1972, tidak begitu jelas apa yang menjadi penyebabnya.
Namun sayang, seperti kata majalah Historia, nyaris tidak ada pengarsipan yang baik untuk melacak jejak musik Indonesia.
Nama Dara Puspita patut tercetak dalam paragraf awal pada tahapan perkembangan musik tanah air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar