12 Agustus 2013

Makan Enak Gratis Saat Lebaran

dari blogdetik
Sepertinya hanya di Indonesia hari Lebaran dirayakan dengan meriah.

Sebagai negara yang kaya tradisi,
cara masyarakat Indonesia mewarnai Lebaran memang beragam.  Namun semuanya mengusung silahturahmi yang disertai dengan tumpah ruahnya makanan.



Memang ada 3 jenis makanan yang umumnya dikenal khas Lebaran : opor ayam dengan santan yang mlekoh, sambal goreng buncis dengan ati ampela dan semur daging sapi.  Rata-rata keluarga yang berlebaran di Jawa akan disuguhi ketiga jenis hidangan itu.

Namun tentu saja tingkatan ekonomi yang berlainan juga akan menjadi pembeda. 

Di rumah keluarga saya, Ibu seperti biasa memasak hidangan-hidangan itu, disajikan dengan ketupat pastinya.  Tidak ada protes dengan rasanya. Semua pas.  Sedikit tambahan kue-kue kering yang disajikan di meja tamu. Kebiasaan kami adalah saat buka puasa terakhir selalu berada di rumah Ibu di Depok, Berarti kamilah yang pertama kali mencicipi segala hidangan itu, fresh from the stove.

Saat itu adalah sebuah euphoria.  Bukan Lebaran yang menjadi tonggak terbebasnya kami dari kekangan menahan nafsu tapi justru di malam Takbiranlah kami berpesta, membiarkan usus kami yang telah diikat sebulan penuh untuk kembali bekerja keras menggiling makanan.

Lebaran pertama pagi-pagi sekali adalah mengejar sholat Ied di rumah kakak ipar di Cileungsi.  Hidangan khas di sana sedikit berbeda.  Ketupat diganti dengan Buras.  Buras itu mirip lontong hanya lebih pipih.  Cara memasaknya beras diaron dengan santan dan sedikit garam lalu dibungkus daun pisang dengan rapat setelah itu dimasak lagi sampai matang.
dari resep nengnayla



Pendamping buras adalah Coto Makasar.  Coto Makasar yang asli adalah daging sapi beserta jeroan.  Mengingat keluarga suami berdarah Sulawesi Selatan jadi buras dan coto Makasar merupakan hidangan default saat Lebaran.  

Tak lupa untuk mengurangi dosa mengkonsumsi jeroan disediakan acar.  Sebenarnya ada es Palu Butung, tapi saya kurang suka karena rasa manisnya yang keterlaluan.

Selesai??...belum dong. 

Dari Cileungsi kami kembali ke Depok dan bersiap boyongan mengunjungi rumah tante di Kebayoran Baru.

Di sini, extravaganza hidangan Lebaran dimulai.  Adik saya sudah wanti-wanti untuk mengosongkan perut, bersiap menampung jenis-jenis makanan yang kami semua sepakat berkualitas open house.

kayak kawinan ya
Di rumahnya yang luas mirip istana, seperti biasa tante Lutfie, demikian beliau biasa dipanggil menyambut kami dengan dandanan khas Ibu pejabat.  Walaupun sudah berkali-kali berlebaran di sana, tetap saja kami terkagum-kagum melihat parade hidangan yang menanti di ruang makan.


Sebagai istri mantan big boss perusahaan minyak memang tidak masalah bagi tante untuk memanggil katering terbaik dengan jumlah porsi yang sepertinya unlimited. 

Dulu, waktu om masih menjabat, setiap Lebaran rumah ini penuh dengan kiriman bunga maupun bingkisan mewah dari para relasi.  Tentu saja belum ada KPK dan klan Cendana masih berkuasa waktu itu. Mengirim parcel mahal ke pejabat adalah hal yang biasa saat itu.

Sate bandeng
Saya melongok ke atas meja, selain hidangan standar Lebaran, masih ada berpiring-piring hidangan tambahan.  Ada sate ayam dan dendeng batokok yang kemripik gurih.  Untuk yang eneg dengan santan, ada asinan betawi yang segar.  Masih ada beberapa pinggan stainless steel berisi hidangan yang saya pun lupa namanya.  Gak ada matinya, walaupun om telah lama meninggal.

Tante Lutfie tidak lupa menampilkan identitasnya sebagai keturunan Banten dan Deli.


Pengen yang adem dan seger
  Ada sate bandeng, setoples besar rengginang.  Sementara untuk menunjukkan ke-Deli-annya ada roti jala dan kari kambing serta soto Medan.

Ingin makan kue, jangan kuatir, ada Red Velvet Cake yang ngetop itu, Chocolate Cake pudding, Cake berlapis kacang di atasnya.  Bahkan saya melihat kue lapis legit yang mahal itu sama sekali belum tersentuh.  Saya sempat ingin memotong dan membawanya pulang
Red Velvet yang fenomenal itu
Masih Utuh, sayang banget

Yang pengen segar-segar ada salad buah plus cocktail buah.  

Sayang karena merasa kekenyangan akibat hidangan sebelumnya, satu-satunya yang saya makan adalah salad buah. :(

Bukan Main, saya melihat pelayan catering tak henti-henti bergerak menambah yang kurang dan menghangatkan yang dingin.  

Tamu-tamu pun bersliweran tak berhenti mencicipi hidangan plus saling cipika cipiki menggumamkan Minal Aidin. 

Sementara di ruang tengah ada yang memainkan Grand Piano, mengalunkan lagu-lagu Barat jaman baheula. Sekelompok opa dan oma bernyanyi bersama.  Ini Lebaran atau acara tembang kenangan sih ???.  

Perut kenyang hati senang.  Saat rombongan kami beranjak pulang, hidangan yang tersedia terlihat tak berkurang.

Lebaran kedua 
Adalah di Cianjur.  Kali ini di rumah sederhana, dikelilingi sawah dan empang dengan pemandangan pegunungan di kejauhan.

Menunya sederhana namun tak kalah sedap.  Nasi liwet khas Sunda, ikan nila bakar, sambal tomat pedas, sambal goreng kentang, rendang dan lalap.

Kali ini tidak ada pelayan, tidak ada grand piano, makanan ditaruh di atas tikar dan kami duduk di lantai beralas tikar sibuk mencolek dan menyuap.

Mana yang lebih enak? semua enak semua berkah dan alhamdullilah masih diberi kesehatan untuk mencicipi makanan-makanan tersebut.

Tidak ada komentar: