Di bawah sinar bulan Purnama, hati susah tak dirasa,
Gitar berbunyi riang gembira
Jauh malam dari petang.
Suara biduan Keroncong Tugu mendayu-dayu, mengajak siapa pun yang lewat ikut merasakan elusan suara biola dan bas yang dibunyikan secara ritmis.
Bukan Jakarta kalo tidak ada pesta Hut yang meriah. Demikian juga hari ini, Sabtu bertepatan dengan Hut ke 486 bila dihitung sejak penaklukan oleh Fatahillah di tahun 1527.
Serentetan acara diadakan. Dari pagi panggung-panggung disiapkan di sepanjang Thamrin, dari Imam Bonjol sampai Monas.
Rakyat jelata diajak sejenak utk melupakan kenaikan harga bbm yang diberlakukan Jumat malam sebelumnya.
Berapa kali saya datang ke pesta Hut Jakarta? belum pernah. Nah, mungkin ini saatnya
Akhirnya ada Kopaja AC yang juga resmi berada di jalur Trans Jakarta lewat, hanya saja ini bayar 5 ribu. Tanpa pikir panjang saya segera masuk daripada menunggu lama. Sebuah keputusan yang tepat pada akhirnya.
Kopaja AC ini langsung menuju monas, jadi saya yang dari koridor 6 tidak perlu ke Dukuh Atas dahulu untuk ganti bis. Dalam Kopaja ini sudah penuh para penumpang dengan rantang-rantang makanan mereka :).
Ada yang sedang asyik menyuap mie instan, sedangkan di depannya ada anak kecil yang sedang muntah di plastik karena mabok,,,:(
Monas sudah ramai padahal ini baru jam 2 siang. Ada panggung besar milik Trans TV sedang disiapkan, seperti biasa para penonton sudah berjubel di pinggir menanti artis kesayangan mereka, sedangkan acara baru akan dimulai malam hari.
Tujuan saya sebenarnya adalah melihatJokowi arak arakan tumpeng
lalu menonton Keroncong Tugu di panggung depan Bank Indonesia.
Kawasan Medan Merdeka bersiap siap. Ratusan Satpol PP yang tadi mengadakan apel singkat di Monas kini sudah terjun ke jalan, dengan sigap mereka siap menghalau para pedagang kaki lima yang membandel. Pedagang asongan memang banyak sekali. Seakan semua pedagang di Jakarta tumplek blek di seputaran Bundaran HI-Monas.
Pawai akan dimulai jam 6 sore, katanya. Tentu saja yang bikin was was adalah kamera saya tidak dilengkapi blitz eksternal. Lensa tele saya tidak akan kuat menangkap gambar dalam kondisi minim cahaya.
Untung ada kamera pocket..bagaimanapun Canon Ixus saya cukup canggih menangkap gambar dari jarak lumayan jauh dengan kondisi remang remang.
Warga Jakarta tumpah ruah sepanjang jalan, sayang Pemda tidak menyiapkan tempat sampah tambahan di sepanjang trotoar sehingga mulai terlihat botol plastik bekas dan bungkus makanan terserak di pinggir jalan.
Dalam kondisi begini sebaiknya berjaga-jaga jangan terlalu banyak minum karena bingung pipisnya...:) kecuali ada di dekat Bunderan HI karena ada mal-mal besar di sana.
Kian malam kian ramai, panggung Keroncong Tugu sudah dimulai, nah mari bergoyang. Keroncong warisan bangsa Portugis yang dimainkan oleh kaum Mardijkers ini ternyata sanggup menghipnotis para pengunjung.
Sementara terdengar suara petasan bersahut-sahutan dari arah Monas.
Ingin rasanya tetap tinggal dan menikmati keroncong langka ini, kalau tidak ingat hari sudah larut, dan masih ada perjalanan dengan kereta api.
Apa boleh buat, saya bergegas menuju stasiun mengejar kereta dari Gondangdia, melewati jalan Kebon Sirih yang kacau balau karena sistem 2 arah yang diberlakukan dari semula 1 arah.
Secara umum, acara yang dinamakan Pesta Muda Mudi ini cukup berhasil hanya saja perlu disiapkan lebih banyak keranjang sampah dan para petugasnya lebih aktif dalam mengajak para pengunjung membuang sampah di tempatnya.
Para pengunjung sendiri harus merubah perilaku mereka. Jangan lagi dengan entengnya membuang sampah seenak udel. Apa salahnya menyayangi Jakarta, ibukota negara sekaligus tempat kita mencari nafkah.
Gitar berbunyi riang gembira
Jauh malam dari petang.
Suara biduan Keroncong Tugu mendayu-dayu, mengajak siapa pun yang lewat ikut merasakan elusan suara biola dan bas yang dibunyikan secara ritmis.
Bukan Jakarta kalo tidak ada pesta Hut yang meriah. Demikian juga hari ini, Sabtu bertepatan dengan Hut ke 486 bila dihitung sejak penaklukan oleh Fatahillah di tahun 1527.
Serentetan acara diadakan. Dari pagi panggung-panggung disiapkan di sepanjang Thamrin, dari Imam Bonjol sampai Monas.
Rakyat jelata diajak sejenak utk melupakan kenaikan harga bbm yang diberlakukan Jumat malam sebelumnya.
Berapa kali saya datang ke pesta Hut Jakarta? belum pernah. Nah, mungkin ini saatnya
"Gratis mbak trans jakartanya. Demikian informasi dari petugas penjaga pintu halte melihat saya menggenggam uang receh utk karcis".Wah, gratis nih..senangnya :)...tapi kata gratis itu juga membawa konsekuensi lain.. Bis yang lama datangnya plus antrean yg berjubel di halte.
Akhirnya ada Kopaja AC yang juga resmi berada di jalur Trans Jakarta lewat, hanya saja ini bayar 5 ribu. Tanpa pikir panjang saya segera masuk daripada menunggu lama. Sebuah keputusan yang tepat pada akhirnya.
Kopaja AC ini langsung menuju monas, jadi saya yang dari koridor 6 tidak perlu ke Dukuh Atas dahulu untuk ganti bis. Dalam Kopaja ini sudah penuh para penumpang dengan rantang-rantang makanan mereka :).
Ada yang sedang asyik menyuap mie instan, sedangkan di depannya ada anak kecil yang sedang muntah di plastik karena mabok,,,:(
Monas sudah ramai padahal ini baru jam 2 siang. Ada panggung besar milik Trans TV sedang disiapkan, seperti biasa para penonton sudah berjubel di pinggir menanti artis kesayangan mereka, sedangkan acara baru akan dimulai malam hari.
Tujuan saya sebenarnya adalah melihat
Kawasan Medan Merdeka bersiap siap. Ratusan Satpol PP yang tadi mengadakan apel singkat di Monas kini sudah terjun ke jalan, dengan sigap mereka siap menghalau para pedagang kaki lima yang membandel. Pedagang asongan memang banyak sekali. Seakan semua pedagang di Jakarta tumplek blek di seputaran Bundaran HI-Monas.
Pawai akan dimulai jam 6 sore, katanya. Tentu saja yang bikin was was adalah kamera saya tidak dilengkapi blitz eksternal. Lensa tele saya tidak akan kuat menangkap gambar dalam kondisi minim cahaya.
Untung ada kamera pocket..bagaimanapun Canon Ixus saya cukup canggih menangkap gambar dari jarak lumayan jauh dengan kondisi remang remang.
Warga Jakarta tumpah ruah sepanjang jalan, sayang Pemda tidak menyiapkan tempat sampah tambahan di sepanjang trotoar sehingga mulai terlihat botol plastik bekas dan bungkus makanan terserak di pinggir jalan.
Dalam kondisi begini sebaiknya berjaga-jaga jangan terlalu banyak minum karena bingung pipisnya...:) kecuali ada di dekat Bunderan HI karena ada mal-mal besar di sana.
Kian malam kian ramai, panggung Keroncong Tugu sudah dimulai, nah mari bergoyang. Keroncong warisan bangsa Portugis yang dimainkan oleh kaum Mardijkers ini ternyata sanggup menghipnotis para pengunjung.
Sementara terdengar suara petasan bersahut-sahutan dari arah Monas.
Ingin rasanya tetap tinggal dan menikmati keroncong langka ini, kalau tidak ingat hari sudah larut, dan masih ada perjalanan dengan kereta api.
Apa boleh buat, saya bergegas menuju stasiun mengejar kereta dari Gondangdia, melewati jalan Kebon Sirih yang kacau balau karena sistem 2 arah yang diberlakukan dari semula 1 arah.
Secara umum, acara yang dinamakan Pesta Muda Mudi ini cukup berhasil hanya saja perlu disiapkan lebih banyak keranjang sampah dan para petugasnya lebih aktif dalam mengajak para pengunjung membuang sampah di tempatnya.
Para pengunjung sendiri harus merubah perilaku mereka. Jangan lagi dengan entengnya membuang sampah seenak udel. Apa salahnya menyayangi Jakarta, ibukota negara sekaligus tempat kita mencari nafkah.
1 komentar:
Wah emang mantep banget ya ulang tahun Jakarta.. mau bikin perayaan apa aja ada duitnya, lha sponsor pada berbondong-bondong datang tanpa disuruh .... sayang cuma sempet mampir malemnya, itupun gak sengaja gara2 liat lampu laser bertebaran
Posting Komentar