18 Desember 2008

Perjalanan Ruhani

Di negeri Caruban, pemuda San Ali putra angkat Raden Walangsungsang atau yang kelak dikenal dengan gelar Sri Mangana merupakan murid kesayangan Syaikh Datuk Kahfi dari padepokan Giri Amparan Jati.

San Ali gemar berkelana, bergaul dengan para pendeta, brahmin bertemu dengan penjudi, lintah darat dan penduduk desa lainnya. Semua itu menimbulkan gumpalan pertanyaan di benaknya.

Ketika ia bertanya kepada Guru Agungnya, semakin berjejallah tanda tanya dalam dirinya. Penjelasan yang diterimanya selalu bermuara ke alam akhirat yaitu neraka dan surga.

Misalnya tentang perbedaan antara kehidupan orang2 durhaka seperti penjudi, pemabuk, perampok dan pemuja berhala yang akan menempati neraka dan orang2 saleh yang akan jadi penghuni surga.

Kenapa Syaikh Datuk Kahfi melarang untuk membayangkan dan membandingkan Gusti Allah, bagaimana orang bisa mengenal Gusti Allah jika tidak boleh membayangkan?

Semakin ia merenung, semakin ia menyadari bahwa pada hakikatnya segala apa yang tergelar di alam semesta adalah perwujudan dari "aku". Dan masing masing"aku" itu pastilah memiliki pusat "Aku" semesta.

Kesadaran tentang hakikat "aku" pribadi dan "Aku" semesta membuatnya mempertanyakan segala ibadah yang dilakukannya. Gusti Allah yang bagaimana yang disembahnya selama ini? Apakah ketundukan "aku"-nya dalam sembahyang benar2 perwujudan ketundukan "aku" terhadap "Aku" ?

Syaikh Datuk Kahfi telah sadar bahwa San Ali kelak akan menjadi Guru Agung pembawa tatanan baru melebihi dirinya. Giri Amparan Jati terlalu sempit bagi San Ali yang membutuhkan cakrawala luas untuk menemukan asal nya.

Perjalanan ruhani San Ali membuatnya bertemu Rsi Samsitawratah dalam mengupas intisari Catur Viphala dengan urutan2 : Nihsprha, Nirbana, Niskala, Nirasraya.

Nihsprha adalah keadaan dimana tidak ada lagi sesuatu yang ingin dicapai manusia.
Nirbana berarti seseorang tidak lagi memiliki badan dan karenanya tidak ada lagi tujuan.
Niskala adalah bersatu dengan Dia Yang Hampa, Yang Tak Terbayangkan, Tak Terpikirkan.
Setelah Niskala adalah Nirasraya yaitu dimana jiwa meninggalkan Niskala dan melebur ke Parama Laukika yaitu dimensi tertinggi yang bebas dari segala bentuk keadaan, tak berciri dan mengatasi "Aku"

Didera oleh rasa haus akan pengetahuan tentang "Aku", langkahnya membawa bertemu dengan Ario Damar atau Ario Abdillah putra Dyah Kertawijaya atau Prabu Brawijaya V, penganut ajaran Bhairawa Tantra yang akhirnya memeluk Islam.

"O Anak" sahut Ario Damar "engkau tidak bisa menilai sesuatu ajaran sebagai sesuatu yang najis atau suci. Sebab semua itu berasal dari Nya. Semua milik Nya. Perbedaan yang engkau lihat sebenarnya hanya pada tingkat penampakan indriawai belaka; hakikatnya adalah sama, yakni menuju hanya kepada Nya. Yang gelap maupun terang semua menuju kepada Nya".

"Jika engkau sekarang ini berada dalam golongan orang beriman maka engkau berada dalam golongan yang tercerahkan oleh cahaya salah satu nama indah Nya : al Hadi (Yang Memberi Petunjuk)."

"Sementara jika engkau berada diluar orang beriman yang engkau nilai najis karena berlumur darah, maka engkau berada dalam golongan yang terbimbing oleh salah satu nama indah Nya yaitu al Mudhill (Yang Menyesatkan.)"

Tidak ada komentar: