18 Januari 2012

Sang Arsitek

Bagaimana orang yang semula tidak suka hal hal berbau militer dan politik, menjadi tokoh militer yang berpengaruh dalam menentukan strategi kehidupan bermasyarakat sipil dan militer di era 80-an.

Ali Moertopo termasuk salah satu di antara orang orang tersebut. 

Sepanjang ingatan, Ali Moertopo adalah orang dengan seribu akal, kesetiaannya pada era Orde Baru tidak diragukan lagi.  Keluwesannya dalam menterjemahkan dan melaksanakan keinginan Soeharto yang kadang memakai bahasa terselubung tidak diragukan lagi.

Keluwesan dan kelicinan dalam bersikap itulah yang tidak dipunyai oleh rival utamanya saat itu, Pangkokamtib/Wapangab Jendral Sumitro.  Sehingga ia masuk dalam perangkap peristiwa Malari 1974.

Bersama Pater Beek seorang Pastur dari Ordo Jesuit, ia menggagas peleburan partai partai dan turut mendirikan lembaga think tank CSIS. CSIS yang kemudian banyak disebut mempunyai pengaruh dalam pengambilan kebijakan orde baru saat itu.

Ali Moertopo lah tokoh di balik Opsus, lembaga yang ditakuti karena kewenangannya yang boleh dikata hampir tak terbatas dengan dana yang juga sama ajaibnya. Kegemarannya bermain main dengan friksi memunculkan rekayasa politik dan intelijen.  Komando Jihad adalah salah satu produk bentukan Ali Moertopo untuk mengacaukan partai berbasis Islam, bisik bisik juga mengatakan pembajakan Woyla adalah salah satu cara untuk memunculkan nama Benny Moerdani sebagai bintang.

Namun kejayaan seseorang ada batasnya,bermula dari pemanggilan anak didiknya dari jabatan sebagai Konjen di Korea Selatan, Benny Moerdani.

Moerdani yang semula akan dijadikan sebagai tangan kanan Ali Moertopo ternyata dengan lihai dapat menggeser kedudukan gurunya secara perlahan sebagai orang kepercayaan Soeharto.  Pelan namun pasti semakin terlihat jelas rivalitas antara mereka.

Kesamaan mereka adalah sama sama ingin berkuasa hanya saja Ali Moertopo semakin lama semakin tampak niatnya untuk menjadi orang nomer satu sedangkan Benny Moerdani lebih misterius. Sama sama menggunakan atau memanfaatkan organisasi Islam/gerakan Islam untuk mencapai tujuannya.

Namun di atas semua itu ternyata Soeharto lebih lihai memainkan peran sebagai King Maker, terbukti keduanya dapat digeser dan dihentikan pengaruhnya. Benny Moerdani terpeleset dari jabatan Pangab setelah mengomentari bisnis anak anak Soeharto dan Moertopo meninggal di ruang kerjanya saat itu ia telah pensiun dari jabatannya sebagai Menteri Penerangan/

Tidak ada komentar: