05 Agustus 2012

Tuhannya Ilmuwan

Pernahkah berpikir tentang gambaran personal kita masing masing tentang Tuhan? Tiap agama mempunyai deskripsi yang hampir sama tentang Tuhan.  Yang Maha Pengasih dan Penyayang, kepada siapa umat manusia meminta, pemberi pahala dan hukuman. Pemilik alam semesta.

Mungkin ada paham antropomorfisme, peletakan atribut manusia kepada Tuhan.  Kita sering mendengar kata kata puitis seperti bersimpuh di depan-Mu, manusia adalah citra Allah dan sebagainya.  bahkan Konsep Allah Bapa mungkin juga tidak lepas dari antropomorfisme.

Jika manusia biasa seperti kita memandang Tuhan dengan memakaikan atribut kemanusiaan yang lebih super dan mungkin dengan perasaan religus sebagai umat beragama, apa makna religiusitas dan Tuhan bagi para fisikawan.

Stephen Hawking menyatakan bahwa Tuhan mungkin menciptakan hukum alam, namun tidak akan melanggar atau mengintervensi hukum yang dibuatNya.  Ada hukum gravitasi dan alam semesta dapat menciptakan dirinya sendiri, manusia hidup menurut hukum alam tersebut.  Mantan istri Hawking menyebut Hawking seorang ateis, Hawking sendiri lebih suka menyebut dirinya tidak religius secara akal sehat.

Einstein sendiri menolak konsep Tuhan personal seperti dianut kebanyakan orang.  Ia memandang Tuhan bukan dengan rasa takut akan hukuman dan mengharap pahala dengan beribadah, namun ia memandang dengan penuh ketakjuban dan rasa hormat sebagai seorang ilmuwan terhadap pencipta keteraturan dan hukum keseimbangan.


Bagi Einstein, ide tentang Tuhan bukanlah bersumber dari rasa takut manusia dan konsepsi moral maupun kebutuhan akan pertolongan terhadap sesuatu yang diluar kekuatan manusia. 

Pernyataan Einstein "Agama tanpa sains buta, Sains tanpa agama lumpuh" mungkin adalah cara Einstein mengakui adanya Tuhan.  Ia beranggapan perasaan religius itulah yang mendorong seorang ilmuwan untuk mencari tahu tentang cara kerja alam. Tuhan, baginya sama sekali sekali terbebas dari properti etika karena kebaikan dan keburukan hanya berkaitan dengan hasrat manusia.

Pertanyaan ilmuwan dari masa ke masa tentang Tuhan membawa kepada tujuan penyingkapan alam semesta.  Saat ini dunia dihebohkan dengan penemuan partikel Higgs Boson atau dikenal dengan partikel Tuhan. Tentu saja ini bukan partikel pembentuk Tuhan.

Partikel ini adalah pemberi masa terhadap partikel lainnya, tanpa partikel ini quarks tidak dapat membentuk proton dan neutron, tanpa proton dan neutron tidak akan ada atom, tanpa atom tidak akan ada alam semesta.

Partikel Higgs Boson tercipta dari tumbukan proton proton menghasilkan partikel-partikel, satu di antara jutaan partikel tersebut ditemukan higgs boson.

Pencetus ide ini Peter Higgs, mengaku sebagai seorang ateis namun ia keberatan partikel ini disebut partikel Tuhan karena akan menyinggung umat beragama.  Dan memang kenyataannya, penemuan partikel ini walaupun dianggap membawa pemahaman baru tentang semesta, tetap saja masih banyak hal tentang alam semesta yang berupa misteri.

Penyingkapan demi penyingkapan kian memperkukuh bahwa pengetahuan manusia hanya setetes air di tengah luasnya rahasia alam.  

Seorang ilmuwan yang mengaku tidak berTuhan pun dalam hatinya tersimpan perasaan kagum dan hormat terhadap keteraturan dan juga penciptanya.  Mereka hanya butuh waktu untuk yakin, karena mereka berpegang pada prinsip rasional, mereka meyakini bahwa setiap gejala mistis selalu terdapat faktor faktor penyusun.

Baik Tuhan personal maupun Tuhan kosmis, bagi orang awam tidaklah menjadi masalah.  Karena bagi kita dengan pengetahuan sederhana Tuhan memang dibutuhkan sebagai tempat bersandar manusia, dan kita percaya bahwa semua doa, pujian dan kutukan atas nama Tuhan adalah memang hak-Nya.  Kita mengganggap adalah kewajiban sekaligus hak Tuhan untuk menjadi tujuan semua doa dan harapan.

Tidak ada komentar: