27 Agustus 2012

DIENG

Jam 20:00, kalau dalam shalat tarawih jam segini Ustad sudah menyudahi ceramahnya dan bersiap mendirikan tarawih.  Sayang hari ini saya tidak tarawih, tapi sibuk mengangkut barang barang ke bagasi mobil.

Ya, tanggal 15 Agustus hari ini, kami bertiga akan menyusuri jalur selatan menuju Dieng sebelum akhirnya menjamah Kudus.

Senang sekali, tetap sadar dengan keharusan berpuasa di musim kering ini tapi tidak menyurutkan semangat untuk berjalan.

Saya memilih menyetir yang pertama, menuju tol dalam kota sebelum mencapai tol padaleunyi. Tol dalam kota agak sedikit macet, bahkan di ruas Cikampek sempat berhenti.  Untunglah saat berbelok ke Padaleunyi jalan menjadi lancar..agaknya pemudik lebih banyak yang mengambil arah Cirebon.

Ah, saya selalu bersemangat kalau harus menyetir ke luar kota, dalam perjalanan panjang...sementara suami memilih tidur untuk menyimpan energi.  Asyar pun sudah anteng di kursi belakang.  Sengaja kami membawa bantal dan guling kesukaannya agar ia sepanjang jalan.  Maklum kami akan banyak menghabiskan waktu di jalan.

Tol Cipularang lancar...bahkan bisa melaju dengan kecepatan 100km/jam, namun karena menyetir malam hari ditambah rute yang naik turun harus membuat pengendara ekstra hati hati.  Walaupun saya sering menyetir di jalur ini pulang dan pergi tapi tetap tidak berani sembrono.  Ada ruas ruas dimana angin sering berhembus kencang entah dari belakang atau samping mobil sehingga rem harus benar benar pakem.

Keluar di Cileunyi, setelah menyetir sepanjang 200 km lebih ditambah macet di tol dalam kota, membuat saya mengantuk,,saatnya ganti shift.

Bertekad tidak akan terintimidasi dengan suami yang menyetir zig zag, saya segera menyetel kursi bersiap tidur, sebelumnya ke pom bensin untuk buang air kecil...tampaknya hotel kuda laut ini yang akan sering kami singgahi untuk tidur sejenak :).

RM Mergosari
Lumayan pulas, begitu membuka mata ternyata sudah jauh melewati Nagreg, berhenti sejenak di RM Mergo sari di jalan raya Rajapolah, saat jam menunjukkan hampir pukul 4 pagi untuk sekedar sahur, bukan main sudah berjam jam di jalan melewati ratusan kilo tetap masih di wilayah Jawa Barat ternyata.

RM Mergosari cukup penuh orang orang yang sedang sahur, makanannya standar ayam goreng dengan sambal terasi.  Sambalnya enak,,,,. Setelah mengisi perut giliran saya menyetir, melewati jalur yang berkelok tajam tanpa lampu jalan, dan jalur yang hanya cukup dua mobil membuat saya tidak berani terlalu ngebut...untunglah kebanyakan orang sedang berhenti beristirahat jadi saya lebih leluasa. Lewat selatan walaupun lebih jauh namun lebih jarang bis dan truk
Setelah beberapa lama saya mulai terserang kantuk..pom bensin yang sempat saya hampiri ternyata penuh...sambil melirik GPS saya mengemudi  berusaha melupakan kantuk, pom bensin berikutnya walaupun penuh ternyata masih ada tempat untuk sekedar parkir.  Parkirlah di situ, dan saya pun tertidur pulas menyusul suami dan anak.

Terbangun, karena ketukan2, ternyata petugas pompa bensin memberitahu bahwa ada truk supply bbm yang akan menggunakan tempat ini untuk pengisian...Hah....pompa bensin yang tadinya penuh kini lowong...hahahah...

Tergopoh-gopoh segera berangkat, sepertinya hampir sampai Wangon, Karang Pucung...mobil melaju terus, ternyata tadi tertidur di pom bensin selama 2 jam...Sampai Banyumas, ganti oli sebentar...sebentar lagi Banjarnegara....tapi menuju Banjarnegara juga jauh ya...dan ternyata harus isi freon....huahhh...gini nih kalo gak dikerjain dari Jakarta sebelumnya...tambah nyari ATM yang berfungsi juga lumayan ngeselin....cuma ATM BNI yang kelihatannya beres itupun diantri orang.  Untunglah Indomaret disana bisa tarik tunai dengan BCA..

Singkat kata sampailah di kota Wonosobo,,,sempat bingung sebentar karena Point of Interest di GPS Garmeen sepertinya tidak ada yang menuju Dieng, akibatnya terpaksa melewati pasar wonosobo yang macet.  Akhirnya ganti ke system Sygic,,,ternyata sistem ini lebih lengkap..ditambah tuntunan sms dari Bu Sunarti, pemilik penginapan Bougenville, Dieng.  Baik sekali ibu ini padahal saya tidak meneleponnya.

Ternyata masih sekitar 30 km lagi dari Wonosobo,,,kemudi segera diarahkan ke Dieng..Jam telah menunjukkan pukul 13:00...yang melegakan walaupun kita menuju dataran tertinggi nomer dua setelah Himalaya, ternyata jalannya diaspal mulus, tanjakan walaupun cukup tajam tapi masih bisa diakomodir oleh mobil sedan.  Saya berkonsentrasi dengan kemudi sementara suami menuntun arah dengan menggunakan Sygic, GPS Garmeen akan segera diupdate POI-nya.

Sampailah di pertigaan Dieng, belok kanan, penginapan Bougenville tidak jauh dari situ, di sebelah Indomaret,  Wah sepertinya Indomaretnya masih baru,,,syukurlah jadi bisa beli kebutuhan kecil di situ.

Kesan pertama tentang Dieng, Indah namun tidak seeksotis Bromo, tapi mungkin tiap orang punya penilaian sendiri ya...

Penginapan Bougenville adalah rumah yang dijadikan homestay, tamu tamu tinggal di atas sementara pemilik rumah tinggal di bawah.  Keluar dari mobil langsung disergap oleh dingin yang menggigit, kata Bu Sunarti semalem baru turun salju yang dikenal dengan embun upas, embun ini mematikan tanaman kentang yang jadi andalan Dieng. 

Ternyata kita adalah tamu pertama, kebanyakan tamu akan datang pas lebaran.,,,baguslah, ruang atas akan jadi milik kita.  Kondisi penginapan kamar bersih dengan kamar mandi dalam dilengkapi dengan air panas walaupun kecil dan sederhana, toh kita hanya menginap semalam, ratenya hanya Rp 200.000 plus sarapan untuk 3 orang, murah kan.....di ruang tengahnya disediakan termos air panas, teh celup dan kopi plus gula yang bisa kita seduh semaunya.


Ini kamarnya


Setelah mandi dan berbenah, kita menuju candi Arjuna, gak jauh dari homestay...hanya jalan kaki santai 5 menit, dengan menggunakan pakaian tebal...mirip musim dingin...gak usah cape cape ke korea kalo pengen gaya pake jaket bulu-bulu.  Saya sendiri memakai kaos tangan saking dinginnya.

Komplek candi sendiri sebenarnya cukup terawat, cukup bayar uang masuk sekitar 20 ribu untuk bertiga, plus sediakan uang 25 ribu untuk pemandu sudah bisa melihat  candi bergaya Hindu tersebut, yang kalau dilihat dari tahun pembangunannya adalah pada masa Mataram Hindu,  mungkin saat dinasti Sanjaya ya... Pemakaian nama seperti Arjuna, Srikandi dan Sembadra sendiri sudah mencerminkan budaya Hindu.

Sayang gak sempat nyicip suplemen khas Dieng, Purwaceng.  Dari candi, kita berjalan jalan melihat situasi, ternyata sudah sangat banyak homestay..bahkan ada yang masuk ke dalam berada di gang sempit...:) tapi jarang melihat anak yang berambut gimbal seperti yang sering tayang di TV.  Belakangan baru tahu bahwa kebanyakan penduduk Dieng malah tidak tega melihat anak yang berambut gimbal diikutkan dalam upacara masal itu, mereka memilih mengadakan upacara atas biaya sendiri.  Kebanyakan anak-anak gimbal tersebut didatangkan dari Wonosobo.

Lereng Dieng sendiri dipenuhi oleh ladang sayur mayur, saya menduga duga dengan hilangnya pohon besar digantikan dengan ladang penduduk apakah tidak menyebabkan longsor dan kekeringan?...

Rencana kita akan melihat sunrise dari puncak bukit sikunir, bu Sunarti menawarkan anaknya untuk memandu, dengan biaya serelanya, selain itu juga akan menemani ke telaga warna, kawah si kidang, sumur jalatunda. 

Buka puasa di Dieng ditemani oleh cuaca yang amat dingin membekukan, pusat keramaian di depan pertigaan dengan cepat menghilang, hanya beberapa warung yang buka, kebanyakan makanan sudah habis.

Benar kan, travelling di luar kota di tengah bulan puasa gini dituntut kesabaran lebih, berbuka dengan menu sekedarnya...

Setelah berbuka, dan berjalan-jalan sebentar lagi lagi mampir di Indomaret yang hangat :),,,tidak perlu AC, malah kita merasa hangat karena mesin-mesin pendingin makanan yang menyala, lumayan,,,,,Beberapa orang di luar sedang duduk di pinggir jalan dengan tungku yang menyala.  Di penginapan ternyata ada tamu lagi yang baru datang, 1 keluarga yang terdiri dari 3 orang.

Setelah itu bersiap tidur dengan menggigil kedinginan.  Sampai ketemu esok hari.

Tidak ada komentar: