23 Agustus 2012

Sebelum Berangkat

Jam-jam terakhir menjelang keberangkatan menuju Dieng, disepakati untuk meninggalkan rumah sekitar jam 8-9 malam.

Namun masih ada yang harus saya kerjakan ternyata.  Mendadak suami telepon minta tolong agar mobilnya dapat diambil dari kantor.  Tak ada orang lain yang bisa dimintai tolong, petugas yang seharusnya mengantarkan ke rumah tidak dapat pergi hari ini.

Saya melirik jam tangan, trafik kendaraan menjelang Lebaran sangatlah biadab.  Saya memang telah minta ijin pulang lebih awal dan segera bergegas menyeberangi jembatan dan menyetop ojek menuju kawasan Ambasador, Kuningan.

Tanpa ba bi bu, suami segera menuju parkiran, saya melongo melihat mobil itu, lebih besar dan panjang dari si merah yang biasa saya bawa.  Baiklah, tak usah protes,,,jangan ciut, nak.  Sekilas saya mengamati dari samping suami saya yang mengeluarkan dari parkiran menuju lobby, sebelum kemudi beralih tangan.

Jadilah saya mengemudikan mobil itu, perlahan, kayak nenek-nenek,,,alarm berbunyi terus, apa itu? pintu yang kurang rapat, bensin yang mau habis? apa?..tanda merah menyala, tapi saya tidak paham apa itu.

Ah biarlah, saya butuh konsentrasi lebih mengingat jalanan persis seperti neraka, saya butuh penyesuaian untuk mengendarai mobil ini, walaupun menggunakan transmisi otomatis.  Transmisi otomatis mutlak diperlukan di Jakarta, siapa yang tahan menggunakan transmisi manual di tengah Jakarta yang lebih sering macet daripada lancar.  Transmisi manual lebih cocok digunakan untuk bermanuver, genjot tenaga mesin di rute tanjakan panjang curam dan berkelok kelok.

Setelah tersandera lama di sekitar jalan Denpasar, akhirnya bisa melaju walaupun pelan di Mampang, Warung Buncit...baru saya tersadar bahwa rem tangan masih terpasang...*keblinger.. pantesan, tiap digas kayak tersentak gitu..rupanya alarm itu tanda rem tangan masih terpasang ...dasar tolol, saya memaki sendiri.

Sendirian dengan mobil berpelat putih,,,kok saya berasa petugas dealer ya...anggep aja saya orang dealer yang lagi mengantar mobil ke pembeli... 

Setelah itu barulah mobil meluncur mulus, tangki bensin nyaris empty, tapi suami meyakinkan dengan bensin nyaris kosong tetap bisa sampai rumah...wah irit juga ya...hebat.

Dengan panjang dan body lebih besar tentu saya harus lebih awas membawanya, jangan sampai tergores, bisa ngamuk suami saya.  Saya mungkin berhati hati tapi belum tentu pengemudi lainnya.  Begitu saya akan membelok  sebelum menuju Gandul, motor di depan saya terpeleset dan sempat saya rasakan sentakan pelan...waduh...! pikir saya. semoga tidak gompel.

Namun mengingat waktu yang kian sempit, mau tidak mau saya harus memacu mobil supaya segera sampai.  Bismillah semoga saya tidak menyenggol apa-apa di jalan.  Belum habis doa saya, terdengar bunyi sesuatu di atap mobil, ternyata saya agak terlalu dekat ke sisi jalan yang pohonnya meranggas, sehingga ranting jatuh menimpa atap mobil...makin deg deg-an nih...

Telepon berbunyi ternyata suami saya mencek sudah sampai mana, untung sudah melewati pertigaan parung bingung..

Mobil mendarat dengan mulus di depan rumah, buru buru saya keluar dan melihat bemper depan, alhamdulillah mulus, hanya ada goresan tipis yang segera hilang setelah saya gosok sebentar..berjinjit memeriksa atap mobil,,,mulus ternyata.....fiuuhhh!.

Tugas selesai, saatnya menyiapkan untuk perjalanan nanti malam.


Tidak ada komentar: