31 Juli 2012

Pulau Rempah

Anda tahu aroma ini?  Inilah yang membuat pelaut-pelaut Eropa berdatangan ke negeri kami untuk mendapatkan benda ini.
Demikian mantan Menteri Luar Negeri Agus Salim dengan santainya mengepulkan asap rokok berbau cengkeh di Istana Buckingham, dan meminta Duke of Edinburg menghirup aroma aneh tersebut.  Adegan itu dilakukan saat penobatan Ratu Elizabeth.

Pada abad 17, VOC membunuh 40 orang kaya Banda untuk menguasai rempah rempah di pulau itu.


Di abad yang sama pemerintah Belanda bahkan rela menukar Niew Amsterdam dengan Pulau Rhun yang berada di kepulauan Maluku dan terkenal sebagai penghasil rempah-rempah.  Perjanjian tersebut kemudian dikenal sebagai Traktat Breda.

Jaman kejayaan rempah-rempah dimana harga 1 gram rempah lebih mahal dari 1 gram emas.  Rempah dipercaya sebagai obat, penyedap makanan dan sekian banyak khasiat lainnya.  

Biji Pala Banda sangat langka pada masa itu, harganya yang mahal membuat VOC bernafsu untuk memonopoli perdagangan Pala dan menjaga ketat agar bibitnya tidak jatuh ke pihak lain.  Sampai suatu ketika seorang botani Perancis berhasil menyelundupkan bibit Pala keluar Banda untuk ditanam di Mauritius.

Kejayaan rempah-rempah bertahan sampai abad 18, setelah itu rempah-rempah menjadi barang dagangan biasa sampai sekarang.  Sekarang kita bisa memperoleh biji pala dengan harga seribu rupiah di tukang sayur. Cengkeh menjadi bahan campuran rokok dan bertahan sampai sekarang.

Senasib dengan Pulau Rhun yang semakin terpencil dan jauh dari peradaban, sedangkan Niew Amsterdam menjadi New York dengan Manhattan sebagai pusatnya.

Cerita pulau pulau yang dahulu kaya raya dengan penjualan hasil rempah rempahnya berbanding terbalik dengan keadaan sekarang.  Kini kemiskinan menggantikan kejayaan masa lalu, cahaya yang dulu terang benderang kini kusam tersaput jaman.




Tidak ada komentar: