27 Juli 2012

Si Raja Mogok

Indonesia dibangun dan dirawat atas gagasan para pemuka yang namanya kadang dilupakan dalam perjalanan waktu.  Memori manusia yang terbatas kian menggerus ingatan akan tinta emas yang telah digoreskan, karena tinta itu sendiri juga memudar tertimpa noda yang datang berikutnya.

Jika nama Tirtoadisuryo kembali mencuat karena tulisan-tulisan Pram, mungkin kita harus membaca sejarah dengan lebih detil karena banyak nama lain yang terlupakan.

Ibnu Khaldun mendefinisikan sejarah sebagai catatan masyarakat umat manusia atau peradaban manusia, dan tentang perubahan perubahan yang terjadi pada watak masyarakat tersebut.

Mengacu pada definisi yang berarti melakukan pekerjaan mencatat, teringat pada masa sekolah dulu dimana kita harus mencatat semua pelajaran untuk dibaca dan membantu memori kita agar terbantu saat ujian tiba.  Namanya juga sebagai  murid, pasti ada saja ucapan atau data yang terlewat, entah karena malas atau ngelamun.  Atau saking sebalnya dengan pelajaran atau dengan guru yang mengajar, kita sengaja melewatkan catatan.

Kejadian ini juga berlaku dalam setiap perubahan peradaban, selalu ada simpul yang terlupakan atau sengaja dilupakan untuk dibawa ke masa sekarang.

Dalam gerakan buruh, nama Soerjopranoto mungkin saja terlupakan. Pergerakan buruh di Indonesia abad 19 tidak bisa lepas dari nama tersebut.



Gesekan antara kebudayaan lama warisan Majapahit dan Mataram dengan Islam dan Barat menghasilkan aliran dan pemikiran alternatif sekaligus memunculkan manusia baru yang pada jamannya merupakan anomali.

Soerjopranoto mungkin bisa dimasukkan dalam status anomali tersebut.  Lahir dari kalangan bangsawan tinggi.  Ayahnya adalah putra pertama dari Paku Alam III, namun karena terserang kebutaan maka gelar Paku Alam IV pindah ke adiknya.  

Jarang yang tahu jika Soerjopranoto adalah kakak dari Soewardi Soeryaningrat.  Dua kakak beradik yang menjadi tokoh terdepan dalam bidang yang berbeda.  Menjadi perbedaan besar karena Pakualaman adalah kerajaan kecil yang disahkan Belanda dalam wilayah Yogyakarta.  Pakualaman dengan sendirinya diwajibkan setia pada pemerintahan Sri Ratu dan mendukung semua kebijakan Gubernemen.

Soerjopranoto terkenal sering melayangkan tinju ke muka pemuda pemuda Belanda, kasus yang terakhir menyebabkan ia dipecat karena menghajar seorang kontrolir Belanda yang menghina bangsa pribumi.  Hasil dari pemecatan itu ia kembali ke Pakualaman dan mendirikan Mardi Kaskaya, untuk menghindarkan masyarakat sekitar dari pengaruh rentenir.

Nasib membawanya untuk belajar ilmu tani di Bogor dan kembali dengan ijazah guru, pergaulannya dengan Tjokroaminoto dan Ernest Douwes Dekker membawanya masuk dalam Syarikat Islam dan Boedi Oetomo.  

Kemudian ia mendirikan Personeel Fabriek Bond, organisasi buruh pertama di Hindia, dan setahun kemudian dengan 10.000 anggota dan calon anggota di 90 afdeling di seluruh Jawa, dimulai pemogokan buruh yang berawal dari pabrik gula Padokan, Yogya.  

Soerjopranoto kemudian dikenal sebagai Raja Mogok.  Seiring carut marut dalam Syarikat Islam serta berkali kali masuk penjara membuat fisiknya lelah.  Belum cukup, ia dikeluarkan dari SI.

Kemudian ia aktif dalam Adhi Dharma yang bergerak dalam pembangunan sampai tibanya Jepang.

Si Raja Mogok itu akhirnya wafat tahun 1959, meninggalkan kenangan akan pemberdayaan gerakan buruh pribumi yang ternyata mampu mengacaukan pemerintah Hindia pada masa itu.

Tentu saat gerakan buruh dianggap sebagai gerakan pro komunis, nama nama seperti Semaun, Dharsono dan Misbach dianggap aib.  Sedangkan Soerjopranoto, walaupun tidak ikut dalam komunis namun seiring berlalunya jaman, pemerintah mengganggap tak ada perlunya mengenang seorang Soerjopranoto.

Suka atau tidak Soerjopranoto adalah salah satu pemuka pada jamannya yang menanamkan kesadaran kepada para wong cilik untuk sadar akan haknya.  Salah satu dari sedikit keluarga kerajaan yang bersedia lepas dari kenyamanan istana, sehingga orang tidak lagi mengenal gelar Raden Mas di depan namanya melainkan cukup hanya Soerjopranoto.

Tidak ada komentar: