dari Annelinda, toko buku online langganan |
Dan memang itulah yang terjadi, anak perempuan kecil itu segera tenggelam membaca komik Mahabarata karangan RA Kosasih sampai sore hari. Tanpa ingat makan, apalagi mandi.
Kenangan masa sekolah dasar itu terlintas kala mendengar berita wafatnya RA Kosasih tadi pagi. Identitas RA Kosasih sebagai penulis komik wayang begitu kuat melekat di benak saya. Berkat RA Kosasih, kefasihan saya akan tokoh tokoh wayang dan detail cerita Mahabarata serta Bharatayudha terasah. Bahkan saya melanjutkan sampai kepada perjalanan Para Pandawa menggapai nirwana, berlanjut pada keturunannya, Parikesit, cucu Arjuna.
Sampai dewasa pun saya tetap betah membaca komik wayang tersebut setiap ada kesempatan.
Saking lekatnya memori sosok tokoh tokoh Pandawa buatan beliau, begitu televisi menayangkan cerita aslinya dari India lengkap dengan penokohan yang tentu saja melalui sosok India, kok jadi terasa wagu..gak pas.
Saya tidak begitu suka komik, saya bahkan tidak tahu komik RA Kosasih yang lain kecuali komik wayang. Baru kemudian saya tahu kalau beliau juga mengarang tokoh tokoh jagoan lain tapi yang legendaris ya tokoh tokoh Mahabarata itulah.
Tokoh wayang para Pandawa selalu digambarkan kelimis (kecuali Bima), tampan dan halus sesuai dengan budaya Jawa nampaknya. Gambaran Resi Dorna yang bungkuk dan berhidung bengkok, serta patih Sangkuni yang licik jadi begitu hidup dalam komik tersebut.
Dan hari ini mendadak saya rindu ingin membuka buka lagi komik komik tersebut, sekedar mengulang ekstase.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar