01 Juni 2009

Ribut Ribut Neo Lib

Ribut ribut tentang cawapres yang berpaham Neo liberal, membuat saya bertanya tanya kayak apa sih sebenarnya neo lib itu.

Kalau dilihat sekilas definisinya memang cukup mengkuatirkan. Bayangkan sekelompok pemodal menguasai alat alat produksi sehingga praktis juga menguasai ekonomi suatu negara, tanpa pemerintah bisa berbuat apa apa di dalamnya. Namun dari segi logika, jika pemerintah tidak berdaya mencegah sekelompok orang tersebut, maka legitimasi apa yang dipunyai negara terhadap rakyatnya.

Sebenarnya berapa lama paham neo lib tersebut bisa bertahan, bayangkan jika ekonomi dikuasai oleh segelintir orang bukankah hal itu bisa menimbulkan gejolak sosial dan berdampak sekaligus pada situasi politik.

Jika kita lihat Cina, sebagai negara yang berpaham komunis yang seharusnya berprinsip sama rata sama rasa dan mengabaikan hak hak individu namun malah menjadi tujuan utama negara neo lib yang justru mengutamakan hak hak individu untuk berinvestasi.

Memang paham neo lib membutuhkan keadaan dimana inflasi rendah namun pengangguran tinggi sehinga upah buruh menjadi murah. Tidak heran di Cina sekarang banyak terdapat pabrik dari negara negara maju. Barang barang buatan Cina pun menembus pasar luar negeri.

Paham ini juga mengharamkan segala bentuk subsidi yang dianggap sebagai kegiatan ekonomi berbiaya tinggi. Di Indonesia subsidi yang seharusnya untuk rakyak kecil malah jatuh ke tangan yang tidak berhak. Sudah berbiaya tinggi tidak tepat sasaran pula,,,malah lebih parah.

Mungkin yang patut diwaspadai bukan masalah neo liberal atau tidak tapi niat para penyelenggara negara yang terkenal tidak bisa lepas dari sifat korup.

Seperti juga gembar gembor akan paham sosialisme religius, yang sebenarnya sudah tercantum dalam UUD'45 yang dianggap sempurna bagi Indonesia. Namun bagi saya nyaris utopis karena paham tersebut hanya tercantum puluhan tahun tapi tidak diimplementasikan.

Sebenarnya baik Neo lib, sosialis, kapitalis dan komunis hanyalah berupa paham. Suatu paham bisa berubah tergantung kondisi negaranya. Seperti halnya paham komunis yang hancur akibat peranan negara yang terlalu sentralistik sehingga menafikan pencapaian individu.


Sekarang ini kelihatannya Neo lib yang merupakan lawan dari komunisme malah bisa bergandengan tangan seperti terlihat di Cina.

Tidak ada paham yang abadi, yang ada hanya kepentingan untuk meraih suatu keadaan yang dianggap ideal.

Negara negara yang berpaham neo lib pun mungkin didalamnya juga mengandung azas sosialisme, seperti penggunaan pajak untuk kepentingan bersama, jaminan kesehatan dan pendidikan bagi warganya tanpa kecuali.

Jika kita cukup kuat, bisa saja Indonesia menjadi negara sosialis religius ke dalam namun neo lib atau kapitalis ke luar dalam arti terhadap negara lain.


Benar benar suatu keinginan yang utopis.

Tidak ada komentar: