08 Juni 2009

Kitab Kitab Suci

Beberapa waktu lalu saya sempat membaca liku liku penemuan Gospel of Judas di Mesir, dimana Injil ini merupakan penemuan penting yang menyamai penemuan dokumen Nag Hammadi yang berisi injil injil non kanonik atau apokrif lainnya

Injil Yudas mempunyai isi yang bertolak belakang dengan 4 kitab Kanonik dalam Perjanjian Baru, dimana di dalamnya peran Yudas bukanlah sebagai si pengkhianat melainkan sebagai orang yang diminta oleh Yesus sendiri untuk membebaskan jiwa dari tubuhnya. Dengan kata lain Yudaslah yang menerima pengetahuan rahasia (gnostik).

Sekilas membaca ajaran kaum gnostik, kok mengingatkan saya pada ajaran Tasawuf dengan Wihdatul Wujud-nya Mansyur al Hallaj atau Manunggaling Kawula Gusti-nya Siti Jenar. Keduanya disebut mengajarkan pengetahuan rahasia tentang bersatunya Manusia dengan Allah, sehingga hukum syariat yang susah payah dibangun oleh institusi Ulama tidak diperlukan lagi.

Tapi terlepas dari benar salahnya ajaran tersebut, ada hal yang menarik yang dapat dipetik. Bahwa selalu ada pihak yang mengambil posisi berlainan dengan mainstream yang berlaku. Apakah itu disebabkan oleh ketidakpuasan terhadap penafsiran atas ajaran agama itu sendiri atau sebab sebab lain.

Munculnya bermacam injil saat itu tentu hampir sama dengan keadaan umat Islam sepeninggal nabi dimana muncul bermacam dialek pembacaan Al Qur'an sehingga Khalifah ke tiga yaitu Utsman Bin Affan memutuskan untuk menyatukan mushaf mushaf tersebut dalam suatu standar tertentu.

Untuk kepentingan penyatuan iman pula Konsili Nicea diadakan pada tahun 325 guna menyelesaikan perselisihan dalam kalangan Gereja Aleksandrian dimana hasil keputusannya menjadi panutan seluruh umat Kristiani dunia sampai saat ini.

Beruntunglah ada orang orang seperti kaisar Constantine dan Utsman bin Affan yang prihatin melihat perselisihan umatnya sehingga mengambil inisiatif penting tersebut. Bagaimanapun Isa Al Masih dan Muhammad tidak mempunyai kesempatan dalam hidupnya untuk menuliskan sendiri wahyu wahyu yang mereka terima dikarenakan kondisi saat itu. Nabi Muhammad adalah seorang yang buta huruf sedangkan Al Masih sendiri disebut hanya mempunyai waktu 3 tahun untuk menyebarkan kabar gembira sehingga dalam masa sesingkat itu tidak dimungkinkan menuliskan semua wahyu yang diterimanya seorang diri.

Dengan banyaknya versi injil yang beredar pasca Yesus Kristus tentu saja dibutuhkan kesepakatan khusus mengenai injil injil mana saja yang dikanonkan sebagai pedoman umat dan mungkin itulah yang dilakukan sehingga muncullah apa yang disebut Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Menurut saya persoalan kitab suci adalah persoalan duniawi walaupun isinya membahas firman Tuhan. Manusia ingin agar wahyu disampaikan Tuhan secara verbal kepada rasul-Nya dapat dilaksanakan juga oleh para pengikut sehingga timbullah usaha penulisan kembali melalui kitab suci.

Tentu saja kemudian ada berbagai macam penafsiran tentang wahyu tersebut. Sebagian umat ingin mengikuti secara literal, sebagian lagi beranggapan bahwa harus ada pemahaman kontekstual terhadap wahyu tersebut, dan mungkin juga sebagian lain yang beranggapan kitab suci yang ada tidak sesuai dengan keimanannya, sehingga dibuatlah kitab suci menurut versinya.

Saya jadi teringat kembali sewaktu iseng menonton DVD dialog Islam-Kristen, dimana Islam diwakili oleh Ahmad Deedat. Yang terjadi adalah saling tuding mana ajaran salah dan benar, kitab suci mana yang palsu.

C'mon guys.., sementara bumi nyaris tenggelam oleh pemanasan global apakah perlu kita berdebat terus tentang kitab suci yang ditulis oleh manusia juga. Apakah yang kita cari dengan meributkan hal tersebut, kedudukan di Surga? Apakah kita yakin bahwa Surga dan Neraka itu kekal adanya?

Kitab Suci adalah pedoman, namun bukan berarti seluruh segi kehidupan telah tercakup di dalamnya, selalu ada hal hal baru yang membutuhkan penalaran lebih lanjut . Apabila wahyu verbal telah berhenti ribuan tahun yang lalu sepeninggal sang Rasul bukan berarti Tuhan berhenti menurunkan wahyu. Karunia tersebut tetap berlanjut melalui pemunculan berbagai macam ilmu pengetahuan hasil kerja keras segolongan umat.

Kitab suci yang telah ada biarkanlah sebagaimana adanya, yang lebih penting adalah bagaimana caranya agar wahyu wahyu ilmu pengetahuan yang turun pada masa berikutnya dapat dikembangkan bagi kemaslahatan bersama


Tidak ada komentar: