29 Juni 2014

Catatan dari KTCF 2014

Kota Tua kian sekarat,

Selama ini kawasan kota tua memang semarak, namun siapa yang peduli dengan wajahnya yang kian lusuh.  Semua yang berhubungan dengan kota tua selalu dipandang dari sisi ekonomi.
Mungkin itu yang membuat event Kota Tua Creative Festival (KTCF), bertema Ideas for the future of our past digagas tahun 2014 ini.  Acara yang berlokasi di kawasan kota tua itu berlangsung selama 2 hari, 21 dan 22 Juni dan sukses menarik ribuan pengunjung tumpah ruah di lapangan Fatahillah sebagai center point.  Apa saja yang ada di sana dan yang terpenting apakah tujuan panitia untuk mengusik kepedulian masyarakat terhadap nasib kota tua ini berhasil?



Kawasan kota tidak bisa lepas dari stasiun Beos karena pemerintah kolonial membangun jaringan transportasi kereta api melalui tangan melalui perusahaan pemerintah Staadspoorwagen yang menghubungkan Batavia dengan kawasan Bogor.

Salah satu acara dalam KTCF adalah pameran foto-foto klasik perjalanan kereta api di Indonesia yang bertempat di lobby stasiun Kota.  Pameran ini cukup menarik perhatian para pengguna kereta api yang turun di stasiun kota.  Oh ya di stasiun kota sekarang ada Starbuck dan Seven Eleven...wow..biarpun saya bukan penggemar kopi cap putri duyung itu tapi cukup surprise dengan hal ini.


ktcf2014-festival-map-190614


Selesai melihat-lihat pameran saya bergegas berjalan menuju lapangan Fatahillah.  Hari yang masih siang di hari Sabtu ini ternyata cukup menguntungkan, lokasi belum terlalu ramai.  Seperti biasa pedagang kaki lima memadati area kota tua.  Kita bisa menemukan lapak peramal garis tangan, penjual kelinci, marmut sampai yang umum seperti pedagang makanan dan minuman.  Oh, jangan lupa pengamennya dari biola, gitar sampai suling

Ternyata sekarang cafe Batavia bukan lagi satu-satunya cafe yang berdiri di area lapangan Fatahillah.  Di lorong pintu masuk utama, setelah gedung Kerta Niaga telah berdiri Bangi kopitiam dan Djakarte, keduanya memanfaatkan bangunan kuno. Wah, sudah pasti saya akan lebih sering ke sini, karena harga makanannya tidak semahal cafe Batavia.

Cafe baru

Beberapa pameran disebar di beberapa gedung sekitar dan pengunjung dapat melihat peta lokasi pameran yang dipasang di beberapa titik.  

Di tengah lapangan sudah ada panggung dengan tenda-tenda pameran kerajinan dan makanan.  Ada ratusan lembaran plastik warna-warni seperti pink, kuning dan biru digantung menjadi dekorasi dan melambai-lambai tertiup angin.  Tiap lembar berisi doa dan harapan warga Jakarta dan penduduk Indonesia atas ibu kotanya.  Event KTCF ini memang disinkronkan dengan hari ulang tahun Jakarta.  

Menunggu customer

Ada pameran pop art dan arsitektur di gedung Kerta Niaga dan pentas musik di area utama.  Sayang lagi-lagi sayang, penjual kaki lima semakin sore semakin penuh dan mengganggu kenyaman pengunjung.  Bagi yang penasaran dengan rumah akar coba datang ke gedung Tjipta Niaga yang terletak di sisi luar berhadapan dengan kali besar.  Menempati bangunan tua kumuh, yang disebut rumah akar itu ternyata tempat yang dipenuhi oleh tumbuhan dan gelap, disebut di depan gedung kalau tempat ini biasa digunakan untuk pemotretan..really?..

Hujan sempat mengguyur Jakarta dan pengunjung pun kocar-kacir mencari tempat berteduh.  Saya berlari menuju Bangi kopitiam, mengisi perut sejenak sambil melihat live music mereka.  Sepertinya ada personil Andra & the Backbone sedang mengisi acara live tersebut.


Satu lagi, kesadaran pengunjung untuk membuang sampah di tempat yang semestinya masih kurang.  Gelas dan botol plastik bekas minuman ditinggalkan begitu saja di bangku-bangku taman, padahal tempat sampah tidak jauh dari tempat duduk.

Bagi penggemar fotografi ada workshop gratis di gedung museum bank Mandiri tanggal 22 Juni hari minggunya.  Workshop diisi oleh Ferry Ardianto, seorang praktisi fotografer yang terbiasa diminta untuk melakukan pemotretan untuk benda-benda seni.  Menarik, karena saya jadi tahu rekayasa cahaya untuk pemotretan dalam studio.  Selesai workshop dapat sertifikat loh...:)  Ternyata yang iseng-iseng ini lumayan menambah ilmu.

Jika hari Sabtu suasana masih lumayan nyaman, begitu datang kedua kalinya di hari Minggu, Bukan main, semakin tidak nyaman karena padat luar biasa dan juga kotor.  Pedagang kaki lima semakin merangsek sehingga mempersempit jalan masuk.  Tidak betah lama-lama berada di kawasan itu membuat saya cuma sebentar di sana.  Iya saya datang dua hari berturut-turut :)

Beauty in the suffering



Catatan saya : 
Event ini sangat bagus, namun perlu pengaturan lebih tegas tentang penempatan pedagang kaki lima dan juga kebersihan area.  Pengunjung perlu ditekankan pentingnya menjaga kebersihan, mungkin MC acara dapat mengajak para pengunjung mengumpulkan sampah yang berceceran dan meletakkannya di tempat yang disediakan.

Saya berharap bahwa event ini tidaklah sekedar menjadi arena bersenang-senang tapi juga menjadi agen perubahan akan habit pengunjung kota tua dan juga makin menyadarkan pemerintah akan pentingnya revitalisasi kawasan bersejarah karena mereka adalah warisan yang tak ternilai.


Tidak ada komentar: