01 November 2012

Belitung jadinya Bangka

Eh tiket ke Belitung lagi murah loh...

teringat lagi kata-kata teman saya waktu itu.  Dengan yakin ia mencopy paste jadwal Jakarta-Pangkalpinang dari  maskapai S******* A**

Sampai sekarang saya masih suka tersenyum sendiri mengingat betapa konyolnya waktu itu.


____________________________________________________________________

Setelah mengklik konfirmasi pembayaran, tiba-tiba saya tertegun; DUERRRRR.....!! kayaknya ada yang salah nih...

Belitung kan airportnya Tanjong Pandan, kenapa jadi Pangkal Pinang sih?  Kekonyolan ini membuat saya repot setelahnya karena telanjur mengkonfirm tiket untuk 4 orang.

Telanjur basah, karena setelah dicek, harga tiket ke Belitung mahal banget.  Jadilah 3 orang confirm ke pulau Bangka. 1 orang dapat direfund namun hanya sebesar 85%...sial..

 Hotel dan kendaraan telah dipesan dari Jakarta, mengandalkan Agoda dan Kaskus.

Pulau Bangka terlihat sepi walaupun saat itu adalah long week end.  Setelah menaruh barang di hotel, berjalanlah kita mencari makanan. Rencana hari ini hanyalah melihat-lihat kota.

O ya, kita menginap di Red Dot hotel, yang letaknya di tengah kota, di atas mall.  Kamarnya cukup bagus, dan ratenya murah meriah.
Menelepon supir taksi yang memberikan kartu namanya, dan putar-putar keliling kota sambil mendengarkan kisah mistik pulau Bangka.  Makan di Mister Asui yang top itu...muahal weww...!!!!

Esok harinya barulah kita mengunjungi pantai-pantai.  Ternyata cukup jauh jarak pantai dengan pusat kota.  Pantai Parai, Pantai Tanjung Pesona.  


Di pantai Parai itu terletak resort cukup besar, kami menyelinap lewat samping supaya bisa gratis..:)

Satu kesamaan pantai-pantai di Bangka, berair bening dan beriak tenang, berbatu-batu besar, agak mirip dengan Belitung.  Yang kurang adalah euphoria layaknya film Laskar Pelangi yang mengambil setting pulau Belitung.

Entah kenapa akhir-akhir ini selalu bertemu dengan bapak-bapak yang sambil momong keluarganya menggantungkan kamera DSLR, tapi selama saya lihat jarang dipakai untuk foto pemandangan; jadi cuma digantung di leher doang..:)

 Melewati bekas-bekas tambang yang ditinggalkan begitu saja sehingga kalau dilihat dari udara tampak bolong-bolong seperti bekas jerawat.

Ada satu pantai yang menurut pak supir kita kurang bagus...Pantai itu sangat sepi,,,tapi sangaattt indah menurut kita yang orang Jakarta.

Di daerah Belinyu, kita mampir sebentar di sebuah warung kecil untuk menikmati otak-otak berbungkus daun yang dibakar.  

Saya mengamati jalan yang sepi di depan warung, nyaman sekali bermalas-malasan di sini ditemani secangkir teh hangat manis atau kopi.

Pempek Bangka bahkan lebih enak dari Pempek Palembang di kota aslinya...menurut saya loh ini.

Menjelang pulang, kita mampir ke restoran Aroma Laut di Pantai Pasir Padi. 

Entah apa perasaan saya saja, pantai itu kurang indah dibanding pantai-pantai sepi di pulau Bangka lainnya, mungkin karena sudah banyak dikunjungi orang.

Cita rasa di Aroma Laut?  hmmm..masih kalah sih sama Mister Asui menurut saya...

Toko oleh-oleh di Bangka selalu dilengkapi dengan kios JNE di depannya, jadi begitu membeli kerupuk Bangka dengan jumlah bal-balan, kita tidak perlu lagi repot menenteng dus-dus ke airport..biarkan mas JNE yang mengantarkan langsung ke depan pintu rumah.

Sempat ingin mencoba warung kopi dekat hotel yang ramai dengan pengunjung tapi batal.

Ternyata jarang sekali angkot di Bangka, menurut pak supir, penduduk di sini pasti punya motor sendiri.

Wah susah nih kalau mau kemana-mana.  Antrian BBM sering terjadi, truk-truk pengangkut hasil bumi mengantri dari malam di pompa bensin.  Ironi negeri kaya minyak dan tambang.
ini bukan saya loh.






Tidak ada komentar: