01 Oktober 2012

Toleransi

"Kalo ngomong toleransi harusnya yang memakai cadar juga dapat diterima sama baiknya dengan yang memakai pakaian biasa dong...." begitu saya pernah baca.


Kata-kata itu menyadarkan saya, selama ini saya selalu merasa aneh jika melihat perempuan bercadar, dan berpakaian serba hitam.  Ya, mestinya saya bisa menghapus rasa diskriminasi itu.  Jika saya masih seperti itu, namanya toleransi pilih bulu.

Jika saya santai saja melihat orang-orang berpakaian mini, kenapa saya tidak merasa sama jika melihat orang bercadar atau memakai celana gantung bagi prianya.

Selama ini kan saya suka atau tidak harus mengakui masih pilih-pilih.  Lebih menghargai orang yang berpakaian rapi dan wangi, dibanding yang kumal.  Lebih menghargai pegawai perusahaan dibanding supir angkot.  Susah ya, jika kita masih dibayangi oleh standar ganda yang dibawa oleh kulit luar.

Menerima perbedaan secara jernih berarti saya juga harus memandang FPI sama netralnya dengan cara pandang  saya tentang JIL.  Saya tidak suka FPI menggunakan cara-cara preman, sama seperti JIL yang sering tidak bijaksana dalam bertindak.

Kata Gus Dur, yang dilarang dalam Islam salah satunya adalah perpecahan, celakanya perpecahan dalam umat seringkali berasal dari intoleransi.  Tidak usah antar lain umat, justru kebanyakan dari 1 umat yang sama.

Kalau saya mengakui bahwa agama saya, Islam adalah Rahmatan Lil Alamin, maka sudah sewajarnya saya bersikap toleran terhadap manusia lain. Selama tidak bertentangan dengan kemanusiaan, harusnya sekedar pakaian dan aksesoris tidaklah menjadi dasar untuk diskriminasi.

Kebenaran itu adalah mutlak milik Allah, tentu saja tidak ada pihak yang dapat mengklaim kebenaran menurut kelompoknya.

Dan itu susahnya,  di negara yang masyarakatnya gampang emosi ini, kebenaran dapat diklaim sesukanya.  Ada yang berfatwa darah si A halal karena begini dan begitu..

Sejak kapan umat Islam jadi peminum darah sesamanya.  Wong makan babi aja haram, apalagi menumpahkan darah sesama muslim.

Dulu orang Belanda menuduh orang pribumi itu kafir, padahal pribumi itu kebanyakan menganut Islam, begitu pun umat Islam menganggap Belanda itu kafir, dan sekarang kata kafir itu juga meluas ke sesama umat Islam sendiri.

Saya tidak paham kenapa perseteruan Sunni-Syiah bisa berlarut-larut sampai membuat ratusan keluarga kehilangan tempat tinggal.  Apa tidak bisa dibicarakan baik-baik dengan penuh kekeluargaan.  Di Indonesia ini, ada banyak Islam yang bercampur dengan kepercayaan setempat, contoh Islam Aboge, Islam Wetu Telu, ada lagi kelompok Islam yang mewarnai rambutnya dengan warna pirang, di Makasar sana.  Apa iya mau dikafirkan semua?

Kenapa kita sibuk memotivasi diri kita untuk memandang yang berbeda itu sebagai ancaman? Kenapa tidak mencoba merangkul mereka, mencari tahu dan membina hubungan baik? yang untung juga umat Islam sendiri kok, jadi tidak gampang dipecah belah.

Saya tidak mbela Sunni atau Syiah wong saya juga masih belang bentong pemahaman tentang agama.  Saya juga tidak tertarik ikut-ikutan orang yang katanya pembela HAM dan berkoar koar menyalahkan Islam dan nyatanya malah lebih sering menambah kisruh.


Buat saya yang namanya HAM itu berarti tidak ada satu manusia pun yang boleh menyakiti manusia lainnya.

Sementara saya juga harus menerima kalau diri saya ini masih jelek agamanya, masih suka buat dosa. 

Juga saya tidak peduli apa sampeyan, mau pake hijab seluruh tubuh atau pake rok mini, yang penting sampeyan tidak mengganggu, tidak membuat keonaran.  Jalankan saja agama sampeyan dengan sebaik-baiknya. Tidak usah menakuti orang lain dengan cerita seram tentang hukuman bagi pendosa.  Hukuman selalu ada tapi tidak perlulah diumbar secara hiperbola. Harusnya sampeyan menceritakan kebaikan-kebaikan ajaran agama yang sampeyan anut yang terdeskripsikan dengan jelas melalui tingkah laku sampeyan.

Toh surga teramat sangat luas, cukuplah untuk menampung seluruh dunia, bila memang seluruh umat ternyata berhak masuk surga.

Oalah, susahnya menjaga hati dan mulut ini agar tidak menyakiti orang lain, susahnya berusaha memandang orang tidak dengan kulit luarnya.

Tidak ada komentar: