27 Maret 2010

Wawancara dengan Soros

Mengikuti wawancara Dessy Anwar dg George Soros di Metro TV hari ini? Soros yang dikenal sebagai penghancur ekonomi tahun 1998. Di Inggris dikenal peristiwa Black Wednesday tahun 1992, dimana ia memborong dan menjual poundsterling sampai senilai 10 milyar pounds. Bisa dibayangkan jika mata uang dikuasai oleh satu orang, apa yang terjadi?

Yang menarik, Soros sebagai seorang Kapitalis radikal sejati yang sudah pasti menganut paham liberalisasi ekonomi dalam wawancara mengomentari bahwa membebaskan pasar untuk mencari keseimbangan adalah langkah yang salah.

Ha,,ha kebayang dong wajah Budiono dan Sri Mulyani penganut setia IMF. Bukankah mereka membiarkan saja harga harga di Indonesia merangkak naik mengikuti harga pasar International.

Bagaimana mungkin Indonesia sebagai salah satu produsen minyak terbesar, sama sekali tidak mempunyai otoritas untuk menjual minyak dari halaman rumahnya dengan harga pantas. Harga minyak dikendalikan dari New York sana; oleh para spekulan yang mungkin hanya menggunakan sedikit minyak goreng untuk kebutuhan pribadinya. Sementara rakyat Indonesia harus membeli minyak goreng dengan harga yang berlipat lipat.

Kenapa pemerintah tidak memenuhi kebutuhan dalam negeri dulu agar rakyat Indonesia memperoleh manfaat lebih dulu dari hasil negaranya.

Pemerintah mem-BHP-kan perguruan tinggi, dengan alasan agar kampus bisa mandiri dan tidak bergantung pada subsidi. Padahal pendidikan adalah kebutuhan vital bagi rakyat. Bayangkan kalau dulu orang miskin masih ada harapan untuk kuliah, sekarang jangan ditanya.

Bahkan amerika yang mbah-nya neolib saja masih mensubsidi pendidikan dan kesehatan bagi warganya.

Jika tidak dicegah, jangan jangan 5 atau 10 tahun lagi angkatan kerja Indonesia kebanyakan akan didominasi oleh lulusan SMK saja karena tidak kuat melanjutkan ke jenjang akademis. Begitu menurut dugaan dari salah satu buku yang saya baca.

Cina dan India yang tidak mengikuti resep IMF terbukti sukses menghadapi krisis demi krisis, bahkan ada dugaan bahwa kini paradigma ekonomi tidak lagi berada di Amerika dan Eropa tapi mulai bergeser ke 2 negara asia tersebut.

Cina, suatu negara dimana warganya hampir tidak bisa bahasa Inggris sama sekali, pemerintahnya masih berhaluan komunis, tapi toh sukses mengelola warga dengan home industrinya yang merambah pasar dunia. India, negara dimana warga miskin bergeletakan di jalanan, kelaparan masih merajalela di beberapa negara bagiannya tapi toh perlahan mereka meretas jalan sebagai macan asia dengan kemampuan ITnya, bukan macan ompong.

Kedua negara itu sukses sebagai produsen, bukannya negara pasar seperti Indonesia. Yah, berkat neolib Indonesia hanya mampu menjadi pasar saja, sekedar konsumen.

Kopi dan Coklat kita terbaik sedunia, toh lagi lagi pasar kopi kita dikuasai oleh starbuck dan coffee bean. Sementara Swiss yang di negaranya tidak terdapat sebatang pun pohon coklat, merupakan produsen coklat mahal terkenal.

Nilai tambah atas barang kita dikuasai oleh negara lain. Pemerintah alih alih memperkuat industri dalam negeri, lebih suka membuka keran impor besar besar.

Yah, kapitalisme-nya Adam Smith hanya mengijinkan liberalisasi atas pabrik dan perdagangan semata. Sementara Hayek dan Friedman memperluas cakupan liberalisasi sampai kepada politik dan kebijakan.

Subsidi dan BUMN hanya pemborosan APBN begitu mungkin pikiran mereka. Memang BUMN sarang korupsi, tapi bukan berarti harus dijual kepada pihak asing. BUMN harus disehatkan sehingga dapat berfungsi benar.

Subsidi BBM harus dihapus karena yang menikmati adalah orang kaya. Padahal dengan dicabutnya subsidi BBM, rakyat kecil yang menerima akibatnya karena diikuti oleh naiknya harga kebutuhan pokok. Bagi orang kaya pencabutan subsidi BBM tidaklah terlalu berpengaruh.

Jadi kalau sekarang masih ada Kyai atau pejabat yang berkoar koar tentang bangkitnya komunisme. Harus diperiksa lagi otak mereka, komunisme bagi mereka adalah PKI yang membunuh jenderal jenderal (walaupun belakangan dicurigai bahwa itu perbuatan tentara sendiri), komunisme adalah tidak bertuhan (walaupun yang mengaku berTuhan ternyata melakukan pembunuhan dimana mana). Ternyata komunisme tidak mencekik rakyat kecil sampai mati dalam kemiskinan. Bandingkan dengan konsep neo liberalisme dimana pribadi pribadi bergerak mencari keuntungan tanpa mempedulikan yang miskin.

Masih menurut Soros, harus ada regulator yang mengawasi pasar yang dalam hal ini adalah pemerintah. Lah, terus ngapain aja pemerintah kita sekarang?

Tidak ada komentar: