14 Maret 2010

Nyanyi Sunyi

Kapan kamu punya tabungan? Begitu pertanyaan suami setiap aku mentransfer sejumlah uang bulanan untuk orang tuaku. Kalimat itu telah menjadi retorika, terlalu sering diungkapkan, toh tidak membuatku kebal, setelah itu kebiasaan diamku makin bertambah tambah. Kapan kita bisa menikmati hasil kerja kita,? Lagi lagi pertanyaan itu membuatku jadi pemurung seharian penuh.

Seperti biasa aku membisu menekan perasaan dalam dalam, saat orang tuaku saling mengeluh tentang biaya hidup dan tentang mereka sendiri. Semua tentang materi dilemparkan kepadaku.

Kenapa tidak ada yang bertanya, apakah aku tidak lelah bekerja keras bertahun tahun atau bagaimana perasaanku atau kesehatanku. Atau bolehkah aku mengeluhkan hal yang sama kepada mereka.

Apakah aku punya tabungan? Uang masuk sekolah anak dari playgroup sampai SD menggunakan tabunganku. Aku juga menggunakan tabunganku untuk keperluan keluarga.

Aku hanya bisa mengelus dada, saat seorang Ibu teman anakku mengomentari perempuan yang bekerja biasanya hanya sibuk mengejar karir dan tidak memperhatikan anak anaknya. Ibu itu tidak sadar alangkah beruntungnya ia, keluarganya berkecukupan dan suaminya mungkin mampu menanggung biaya hidup sekeluarga sehingga sang istri cukup memfokuskan diri untuk keluarga. Ia tidak perlu repot pergi pagi pulang malam kadang pagi, berdesak desakan di bis, kepanasan atau kehujanan, berkawan akrab dengan polusi asap kendaraan demi mengejar rupiah. Aku teringat saat aku selalu pulang kerja dini hari, tidur 2 jam kemudian bangun lagi karena anakku yang masih bayi selalu bangun pukul 3 pagi dan tidak tidur lagi sampai matahari terbit.

Aku cuma bisa menggelar sajadah, dan menumpahkan air mata kepada Mu ya Penguasa alam semesta. Tersedu sedan mengeluhkan semua, menumpahkan rasa iriku dalam gelap. Aku lelah tapi aku tidak ingin menyerah.

PadaMu aku bersyukur, Kau anugerahkan kesehatan yang sangat baik untukku sehingga uang tidak terbuang untuk biaya dokter. Kau berikan mata yang berfungsi baik sehingga tidak perlu membuang uang untuk kacamata, walaupun mataku sering tampak kuyu dan lelah.

Kau berikan fungsi lambung yang unik, sehingga aku cukup makan sayur sayuran tanpa nasi dan daging untuk bertahan hidup sehingga jatahku bisa dialihkan untuk hal yang lebih penting.

Aku bersyukur karena Kau tidak memberiku kegemaran akan barang mahal, sehingga bisa berhemat.

Di atas itu semua aku bersyukur karena Engkau memberiku ujian sehingga menjadi diriku sekarang, jangan biarkan rasa dengki akan kehidupan istri orang lain yang nyaman merusak keikhlasanku.

Semoga dengan anugerahMu aku bisa bekerja lebih keras demi kesejahteraan keluarga dan orang tuaku. Mudah mudahan Kau limpahkan kelancaran rezeki pada keluarga kami.

Saat ini aku hanya bisa melantunkan nyanyi sunyi di malam hari.

Semoga nanti pada saatnya akan ada yang menyapaku dengan hangat, sekedar menanyakan kesehatan dan mengkhawatirkan aku dan bukannya menghubungiku dengan tujuan materi. Amin

Tidak ada komentar: