08 April 2009

Pasar Tradisional dan Produk Dalam Negeri

Hari ini adalah hari terakhir minggu tenang sebelum Pemilu, tapi masih tertarik dengan iklan GERINDRA yang lampau mengenai himbauan untuk belanja di pasar tradisional untuk meningkatkan perekonomian rakyat.

Walaupun saya kurang yakin jika Prabowo juga belanja di pasar tradisional tapi memang iklan itu bagus. Salut untuk team kampanyenya.

Mungkin sama dengan iklan "Cintailah produk dalam Negeri" mudah dikatakan tapi sulit dilakukan.

Ibu ibu sekarang lebih suka belanja di Carrefour dibanding pasar tradisional, termasuk saya....Tapi kini saya benar benar membatasi item yang dibeli di Hypermart. Jika barang kebutuhan tersebut dijual di warung Nenek di komplek maka saya lebih memilih membelinya di warung itu seperti beras, sabun, odol, shampo. Demikian juga dengan sayur dan daging, saya lebih memilih membeli di tukang sayur keliling. Tapi saya percaya tukang sayur keliling dan pasar tradisional punya pangsa pasar sendiri. Kalau kita membaca tabloid kuliner disebutkan bahwa supply bahan bahan untuk suatu rumah makan diperoleh dari pasar tradisional.

Miris juga melihat hypermart dimana mana. tapi serba salah pegawai hypermart adalah orang Indonesia juga..jika tidak ada pembeli bisa terkena PHK ratusan orang.

Tidak bisa dipungkiri bahwa kita lebih tertarik membeli barang dengan harga murah, tidak peduli dari mana barang tersebut berasal. Harus saya akui saya sering bersungut sungut melihat baju mahal buatan Indonesia padahal itu handmade, jadi memang mahal. Seperti batik tulis misalnya, mahal karena butuh waktu berhari hari dalam pengerjaannya. Harus dihargai juga ketekunan mbok mbok yang mengerjakan dari proses pembuatan pola, melapisi dengan malam, pencelupan berkali kali. Saya sudah pernah membatik sebelumnya dan percayalah memang syuusaahhhhh.....!!!.

Batik dari Pekalongan yang diproduksi oleh keluarga Oei Soe Tjoen misalnya. Mereka hanya memproduksi 15 batik tulis setiap tahunnya. Hanya batik tulis, tidak ada batik cap. Hebatnya semua adalah pesanan orang dengan harga minimal 6.5 juta per lembar. Suatu karya yang dibuat dengan hati. Oei Soe Tjoen adalah mutu itu sendiri.

Memang lebih murah batik cap, asalkan dari Indonesia.

Belum lagi barang barang buatan Cina yang membanjiri pasar Indonesia dengan harga super murah. Sekali lagi saya sedang membangun kesadaran diri sendiri untuk setidaknya lebih memilih produk tekstil Indonesia dibanding produk Cina demi ekonomi kita sendiri. Kalau untuk makanan sudah pasti tidak akan memilih produk Cina, kan sudah banyak diberitakan banyak mengandung zat berbahaya.

Susahnya jika Indonesia keok dengan aturan WTO, semua barang dapat masuk, padahal bisa saja Indonesia menerapkan pelarangan impor bagi jenis barang tertentu jika itu membahayakan bagi warganya. Termasuk jaringan hypermart yang nampaknya bebas beroperasi di kota kota kecil. Depok yang sekecil itu sudah ada 3 hypermart dalam satu garis lurus jalan margonda. 1 Hypermart lagi di daerah cinere ditambah Indomaret besar di Depok Maharaja. Jika semuanya dikuasai pemodal besar, bagaimana yang tradisional dapat maju.

Bagaimana jika PemKot Depok juga menggalakkan pasar tradisional modern di Kemiri, Pasar Depok 1, Pasar Lama, Sawangan dan Parung?....pasti kita juga bersemangat belanja disana apalagi jika bisa menggunakan kartu debet dan credit. Makanan makanan tradisional unik juga harus dijual disana.

Tentu saja meremajakan pasar tradisional bukanlah pekerjaan makmur seperti halnya memberikan ijin pembukaan Carefour, tapi memang harus begitu jika benar benar mau menata ekonomi rakyat.

Kita bisa berpartisipasi dengan memilah milah mana yang harus dibeli di hypermart, mana yang bisa dibeli di warung milik pak Haji. Tidak usah membeli produk Cina. Tidak usah antri untuk discount sale sepatu merk Vincci dari Malaysia atau Charles & Keith Singapura, tapi beli buatan Bandung. Gitu kan?

Jangan beli mobil buatan luar tapi beli buatan nasional..seperti Timor?....hi,,hi ogah....itu mah mobil Korea ditempelin stiker mobnas.

Intinya mulai dari hal hal kecil dulu...liburan gak usah ke Singapura tapi cukup Yogya atau Bali saja jadi warga sana dapat pemasukan...masih banyak pulau di Indonesia yang belum dikunjungi...nampaknya Air Asia harus membuka line ke Ambon, Kalimantan, Sulawesi dll. jadi kita bisa dapat tiket murah. eh kenapa sih harus Air Asia?..itu kan punya Malaysia...Garuda kek yang buka penerbangan murah kayak Air Asia.




Tidak ada komentar: