12 Oktober 2008

Lebak


Sabtu, tgl 11 Oktober kemarin, akhirnya ritual tahunan setelah lebaran dilakukan juga,,,ziarah kubur ke Rangkas Bitung. Seperti biasa saya sibuk mencari ATM sbg persiapan logistik utk 8 orang.

Setelah terguncang2 di jalur Cikande, akhirnya tiba di kota tua Rangkas Bitung yang merupakan bagian dari Karesidenan Lebak.

Kota ini sepi..toko dan rumah makan masih banyak yang tutup..yah nafas Islam sangat terasa disini.

Setelah mondar mandir mencari restoran akhirnya ada juga resto yg buka. Setelah itu mobil diarahkan ke sebuah bukit kecil di tengah kota,,,disitulah kuburan keluarga, makam eyang dari pihak ibu.

Kali ini saya memperhatikan beberapa makam kuno, entah siapa yg dimakamkan disitu. Makam yg paling atas diisi oleh para bupati Lebak jaman dulu.


Dari makam, kunjungan diarahkan ke rumah kuno berhalaman luas yang letaknya dibawah bukit makam. Dari rumah inilah, keluarga Nitidiwiria beranak pinak.


Foto2 kuno masih terpajang di ruang tengah, tempat tidurnya pun msh ranjang besi dengan kelambu.

Lantai rumah masih menggunakan tegel jaman dulu. Ini adalah satu dari sedikit bangunan tua di kota Rangkas.

Sayang kita tidak menengok rumah eyang yang lain, tidak jauh dari situ..tepat dihadapan balong atau kolam besar.

Sekilas saya melayang ke masa lalu saat Eduard Douwes Dekker dg nama samaran Multatuli menulis kisah terkenal Max Havelaar.

Saat itu Douwes Dekker adalah asisten residen utk wilayah Lebak.

Tidak ada komentar: