24 Agustus 2011

Tulisan Indra tentang Ical

Membaca link dari twitter Indra J. Pilliang mengenai tulisannya tentang Aburizal Bakrie.

Memang tidak ada salahnya mempunyai opini sendiri tentang sosok Aburizal yang digambarkan dalam tulisan itu sebagai seseorang yang tepat sebagai calon Presiden.



Namun aneh bagi intelektual sekelas Indra Pilliang untuk begitu naif melihat Aburizal seperti tetangga sebelah rumah yang kebetulan nyapres.  Ini bukanlah tulisan untuk majalah Gaya Hidup dimana subyek tulisan dilepaskan dari atribut seorang pebisnis sekaligus etikanya.

Jika Indra menuliskan bahwa dalam kasus Lapindo, Ical bukanlah pelaku bisnis dan penanggung jawab dari Lapindo Brantas, rasanya cukup menggelikan mengingat Ical adalah sentral dari seluruh perusahaan Bakrie.

Saya membandingkan dengan kasus Bank Summa, beberapa belas tahun yang lalu, dimana bank itu kolaps di tangan Edward Soeryadjaja akibat pemberian kredit berlebih terhadap perusahaan dari grup yang sama.  Menghadapi itu, William Soeryadjaja, sang ayah turun tangan dan menjadikan dirinya sebagai personal guarantee
untuk menjamin pengembalian uang nasabah.  Suatu bentuk pertanggung jawaban seorang patron, walaupun untuk itu Om Willem harus kehilangan ASTRA yang dibangunnya dengan susah payah.

Apa yang dilakukan Om Willem berbeda 180 derajat dengan sikap Aburizal yang cuek dengan kasus Lapindo, bahkan menyebut itu sebagai akibat dari gempa Yogya, padahal pada pertemuan ahli geologi sedunia, di Afrika Selatan terkuak bahwa lumpur yang menenggelamkan Porong itu akibat kecerobohan pemboran.

Bahkan pemberian rumah di Kahuripan Nirwana Village yang digembar gemborkan oleh Keluarga Bakrie menuai banyak masalah seperti sertifikat yang tak kunjung diberikan, tidak ada sambungan listrik sehingga harus merogoh dari kocek sendiri..

Terhadap tulisan dari Indra Pilliang, saya hanya mengirimkan twit singkat "Sudah terlalu geram dengan ulah perusahaan Bakrie baik di Porong maupun di bursa efek, jangan menjadikannya seolah Malaikat"

Tidak ada komentar: