29 Maret 2019

Mampir di Ciangir - Komunitas Tionghoa di Tangerang

Mengunjungi teman yang sedang merayakan imlek namun bukan imlek ala kota besar melainkan di kampung Ciangir kabupaten Tangerang.

Kampung ini seperti halnya daerah Cukang Galih juga terdapat komunitas petani keturunan Tionghoa, hanya saja rumah tinggalnya kebanyakan sudah mengalami perubahan bukan lagi rumah kebaya.

Di rumah inilah Kwee Ris Nyoh tinggal bersama almarhum suaminya Gouw Cun Seng sambil membesarkan 10 orang anak mereka.  Kwee Ris Nyoh berasal dari desa Kemuning, pindah ke Ciangir mengikuti suaminya Gouw Cun Seng sekitar 50 tahun yang lalu.

Kini ia tinggal di rumah warisan suaminya. Mereka dikaruniai 10 orang anak, 14 cucu dan 2 cicit. Nyonya Kwee terlihat sehat di usianya yang sudah mencapai 73 tahun.  Sehari-hari ia mengenakan kain batik dengan çorak has peranakan.

Rumah keluarga ini sudah mengalami perombakan bagian depan dan full tembok seluruhnya.  Namun masih terlihat kain digantung di langit-langit rumah yang berfungsi sebagai mantera.



Dengan halaman belakang yang luas mereka memelihara dua ekor sapi dan 3 ekor babi.  Kerbau yang dulu dipelihara untuk membajak sawah sudah dijual karena sekarang sawah mereka dikelola dengan sistem bagi hasil.  Babi yang mereka pelihara adalah babi kampung yang berkulit hitam.



Saat saya pamit pulang, Nyonya Kwee memberikan 1 batang dodol yang ternyata enak sekali saat dibuka di rumah.






Tidak ada komentar: