01 November 2016

DJOHAN SJAHROEZAH - Sosialis Jaringan Bawah Tanah

Kami bukan pembangun candi,
Kami hanya pengangkut batu
Kami angkatan yang mesti musnah
agar menjelma angkatan baru.....

Bait-bait sajak Henrietta Roland Holst ini mengingatkan pada sosok Djohan Sjahroezah.  Orang akan mengernyit bila ditanya siapa itu Djohan Sjahroezah tapi akan mengangguk bila nama Sutan Sjahrir disebut.

Seperti juga Juanda Kartawijaya yang tidak banyak dikenal begitulah juga halnya dengan Djohan Sjahroezah.  Dalam dunia jurnalistik ia adalah salah satu bapak yang membidani kelahiran kantor berita Antara bersama empat orang rekannya; Adam Malik, Sumanang, AM Sipahutar dan Pandoe Kartawiguna.  Pun, di Antara namanya tidak masuk dalam hierarki melainkan lebih senang berada di belakang layar.  Sebagai jurnalis tulisan-tulisannya kerap masuk dalam koran Indonesia Raya dan Djohan pun merupakan anggota redaksi dari harian Daulat Ra'jat.

Jejak Djohan Sjahroezah pun tidak masuk dalam buku Seratus Jejak Pers Indonesia yang memuat tokoh-tokoh pers Indonesia.  Hal itu semakin menegaskan teka-teki tentang dirinya bagi orang luar.

Djohan Sjahroezah lahir di Muara Enim tahun 1912 dari keluarga Minang dan dari urut-urutan keluarga ibunya, ia adalah keponakan Sutan Syahrir.  Orang Minang pada abad 20 adalah kumpulan para intelektual, berkat diterimanya sekolah-sekolah Belanda di kalangan masyarakat dan digabungkan dengan pendidikan madrasah.  Dari pertalian darah, selain Sutan Syahrir terdapat pula Rohana Kudus, tokoh pergerakan perempuan Minang pertama yang juga bergerak dalam bidang jurnalistik.


Setelah menamatkan ELS-nya Johan melanjutkan sekolahnya ke MULO, semacam SMP di kota Bandung.  Di kota inilah ia mengenal Soekarno yang saat itu sudah populer sebagai tokoh pergerakan.  Dan, seperti umumnya anak-anak muda masa itu yang terbakar semangat anti penjajahan, saat di AMS (setingkat SMA) ia mulai bersentuhan dengan berita-berita revolusi di berbagai negara, Manifesto Komunisme-nya Marx dan gerakan buruh di Jerman serta Inggris.

Pada masa kuliah di Recht Hoge School (RHS), semacam fakultas hukum, Johan bertemu dan berkenalan dengan para aktivis Jong Java seperti Maroeto Nitimihardjo dan Soegondo Djojopoespito.  Mereka bergiat membentuk organisasi pelajar bernama PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) dan juga aktif dalam klub debat.

Aktif dalam pergerakan nasional makin mengeratkan hubungan Djohan Sjahroezah  dengan Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir yang awalnya sekedar hubungan saudara dan kedaerahan menjadi keterikatan ideologis.  Ia bergabung dalam Pendidikan Nasional Indonesia (PNI) di Batavia dan menjadi sekretaris Hatta saat baru berumur 20 tahun.

Bakatnya sebagai jurnalis membuatnya sering menulis artikel yang dimuat di Daulat Ra'jat dan Indonesia Raja.  Artikel-artikel yang berisi kecaman terhadap pemerintah kolonial membuatnya mencicipi penjara Sukamiskin selama 18 bulan, ia pun menjalani ujian fakultas dalam penjara.  Namun Djohan memilih meninggalkan studi hukum ketimbang meninggalkan pergerakan. 

Sebelum bergabung membentuk Antara, Djohan menjadi jurnalis di Arta News Agency, sebuah kantor berita dan biro iklan milik seorang Belanda, Samuel de Heer sampai dengan tahun 1937.  Setelah keluar barulah ia fokus membantu merekrut kader-kader untuk kantor berita Antara.  Saat itu Djohan telah menikahi Violet Hanifah binti Haji Agus Salim, putri dari Haji Agus Salim.  Berlainan dengan kisah asmara Syahrir dengan Maria Duchateau dan Poppy yang bisa menjadi bab tersendiri, atau watak Hatta yang menggelikan jika dihubungkan dengan perempuan pun bisa menjadi bahan bacaan yang menarik,  jalinan cinta antara Djohan dan Violet tidaklah luar biasa bila dibaca dari tulisan Riadi Ngasiran, terkesan hanya secuplik kisah yang diceritakan seperlunya.

Kehidupan Djohan Sjahroezah tidak melulu bersentuhan dengan jurnalistik, untuk mempertahankan hidup ia sempat bekerja di Shell Oil Company di Tarakan.  Di sinilah ia bersentuhan langsung dengan dunia perburuhan.  Keterlibatannya di Serikat Buruh Transportasi Internasional juga makin mematangkan pola pikirnya dalam mendirikan Serikat Buruh Minyak.

Ia membantu Sjahrir dalam merekrut kader-kader sosialis sekaligus mendidiknya.  Tidak seperti PNI Soekarno yang megap-megap kala pemimpinnya ditangkap, saat Sjarir dan Hatta dibuang ke Digul, Djohan bersama kader lainnya tidak lantas merasa kehilangan induk.  Mereka tetap bergerak di bawah tanah dan membentuk jaringan kuat dan militan.

Adam Malik kelak berkisah, saat ia baru keluar dari penjara; seseorang yang akan dibuang ke Boven Digul membisikkan sebuah nama yang harus ditemui sekeluarnya dari tahanan.  Nama itu adalah Djohan Sjahroezah.  Ternyata kemudian diketahui bahwa Djohan adalah salah satu dari jaringan PARI (Partai Republik Indonesia) yang dibuat oleh Tan Malaka.

Pada masa penjajahan Jepang dengan kekuatan represifnya, gerakan bawah tanah mulai terbentuk secara masif.  Selain kubu Tan Malaka, terdapat juga kubu Sutan Sjahrir, kubu Chaerul Saleh dan kelompok Kaigun.  Djohan piawai dalam menjalin hubungan antar kubu-kubu tersebut.  Ia paham konsekuensi bekerja di bawah tanah haruslah serba tertutup dan rahasia.

Djohan Sjahroezah mungkin adalah salah satu saksi bahwa Tan Malaka tidaklah semisterius seperti yang diperkirakan orang.  Pertemuan Tan Malaka dengan Syahrir yang juga dihadirinya membuatnya bisa berhubungan cukup intens dengan tokoh tersebut.

Tan Malaka yang setelah pertemuan dengan Syahrir mulai mencoba memperkenalkan dirinya dengan berkeliling Jawa untuk mengukur popularitas dan pengaruhnya dalam masyarakat bila dibandingkan dengan Soekarno.  Namun ia ditangkap saat berada di Mojokerto karena disangka Tan Malaka palsu.  Djohan yang sedang dalam perjalanan kembali ke Surabaya mendengar insiden ini dan segera menggunakan pengaruhnya untuk membebaskan Tan.

Kader-kader yang dididik oleh Djohan menyebar ke berbagai kota,  terutama Surabaya dalam menggerakkan para pemuda sehingga tetap kompak dalam satu komando menjelang 10 November 1945.

Lantaran jaringan luasnya dengan berbagai kelompok aliran yang ada pada masa itu, Djohan pula yang dikirim untuk membereskan konflik yang terjadi di Tegal, Brebes dan Pemalang yang dikenal dengan sebutan Peristiwa Tiga Daerah di mana massa yang marah menyerang para pangreh praja dan para priyayi, Tionghoa dan Indo Belanda.

Sementara Partai Sosialis yang merupakan gabungan partai dari Syahrir dan Amir Sjarifudin mulai mengalami perpecahan.  Sjahrir dan kelompoknya, termasuk Djohan Sjahroezah keluar dan mendirikan Partai Sosialis Indonesia (PSI).  Tentu saja kader-kader Djohan juga mengalami persimpangan jalan.  Sebagian dari mereka ada yang bergabung dengan Front Demokrasi Rakyat bentukan Amir Sjarifudin.

Ada anggapan kader-kader terbaik didikan Djohan memilih bergabung dengan komunis, sedangkan yang memilih ikut dengan PSI dianggap hanya hebat dalam diskusi namun kikuk saat berada di lapangan.  Kader-kader Djohan yang dianggap terbaik antara lain adalah Sjam Kamaruzaman, Oloan Hutapea dan Munir.

Direktur Center for Social Democratic Studies, Imam Yudotomo  meyakini bahwa pemikiran Djohan Syahroezah lah yang menjadi dasar perumusan anggaran dasar PSI dari pasal 1 yang menyandarkan faham sosialisme pada ajaran ilmu pengetahuan Marx-Engels karena pemahamannya pada ajaran tersebut di Indonesia.

Takdir akhirnya memutuskan Amir Sjarifudin dan pengikutnya terjeblos dalam petaka yang menyebabkan ia dihukum mati.  Sementara PSI tetap melaju dan ikut pemilu di tahun 1955 walaupun hanya mampu meraih lima kursi.  Djohan dan Syahrir tidak ambil pusing karena menurut mereka lebih penting pendidikan politik daripada kekuasaan.

Ketika Sumatera bergolak dan para elitenya bersiap untuk berhadapan dengan pemerintah pusat serta mendirikan pemerintah tandingan, Djohan Sjahroezah bersama Imam Slamet dan Djoeir Moehammad atas perintah Sjahrir dan Hatta segera pergi menemui pimpinan daerah seperti Letkol Barlian dan Ahmad Husein untuk meredakan api yang siap berkobar.  Walaupun gagal dan pergolakan tetap terjadi serta memanas menjadi bentrokan fisik.

Melalui majalah Sikap, Djohan banyak menuliskan pikirannya terhadap situasi politik saat itu sekaligus menanggapi tudingan PKI dengan harian Bintang Timur-nya.

Saat PSI dibubarkan oleh Soekarno dan para pemimpinnya dipenjarakan, Djohan Sjahroezah tetap tekun membina kader-kadernya sehingga mereka menyebarkan ajaran sosialisme ke berbagai penjuru Indonesia.

Ketika orde baru berkuasa, Djohan tetap bergeming, menjauhi kekuasaan walaupun banyak kader terbaik PSI seperti Soedjatmoko, Sarbini bahkan Soemitro masuk dalam kabinet.

Sifat Djohan yang paling dikagumi oleh rekan-rekannya adalah selalu memikirkan nasib kader-kadernya walaupun ia sendiri hidup pas-pasan.

Aktivitas Djohan Sjahroezah berhenti selamanya pada tanggal 2 Agustus 1968 akibat penyakit paru.  Pada upacara pemakamannya, Adam Malik rekannya di Antara yang telah menjadi Menteri Luar Negeri memberikan kesannya dengan cukup menarik, bahwa Djohan merupakan pendorong dari gerakan illegal pada jaman pemerintahan kolonial.

Djohan Sjahroezah memberikan contoh bagaimana seorang intelektual tidak cuma berdiri di menara gading dan sibuk menyodorkan teori-teori kerakyatan tapi juga turun langsung menyelami kehidupan rakyat di masa itu.  Keahliannya membentuk jaringan dan mendidik kader menyebabkan gema PSI masih bisa terdengar melintasi jaman walaupun sayup.


"Kesabaran Rasional Djohan Sjahroezah" - Riadi Ngasiran



2 komentar:

BELAJAR BAHASA mengatakan...

perjuangan untuk kesejahteraan banyak dilakukan partai

Suyono Ratha mengatakan...

Nama saya Suyono Ratha, saya ingin menggunakan media ini untuk menyarankan semua orang agar berhati-hati dalam mendapatkan pinjaman internet karena begitu banyak peminjam internet di sini semuanya penipu dan mereka hanya berbagi cerita untuk menipu uang Anda, saya meminta pinjaman sebesar Rp750.000,000, 00 dari seorang wanita di Turki dan saya kehilangan Rp25.000.000 tanpa mendapatkan pinjaman,

Pada 12 Januari 2020, teman saya KABU-LAYU di tempat kerja saya memberi tahu saya bagaimana dia mengajukan pinjaman dari ACCESS LOAN FIRM dan dia akhirnya menerima pinjaman. Saya tidak pernah percaya sampai saya pergi dengannya ke bank untuk mengkonfirmasinya dan saya kagum bahwa saya telah kehilangan begitu banyak uang hanya untuk mendapatkan pinjaman untuk keluarga saya.

Semoga Tuhan memberkati Ny. MARIA ALEXANDER atas apa yang telah dia lakukan pada saya dan keluarga saya, saya memberi tahu teman-teman saya untuk memperkenalkan saya kepada seorang ibu yang baik. 750.000,000.00
Saya mematuhi syarat dan ketentuan pinjaman perusahaan dan permohonan pinjaman saya disetujui untuk saya tanpa tekanan dan kesulitan.

Akhirnya, saya menerima pinjaman di rekening bank saya dan saya menelepon teman saya KABU-LAYU untuk menerima pinjaman dan saya juga memperkenalkan banyak orang kepada Ibu MARIA ALEXANDER ibu yang baik berharap mereka juga mendapatkan pinjaman tanpa penundaan ..Saya ingin Anda yang membaca kesaksian saya menghubungi seorang ibu yang baik jika Anda membutuhkan pinjaman sehingga Anda juga akan memberikan bukti niat baik ibu yang baik.

jadi saya menggunakan cara ini untuk memberi tahu setiap orang Indonesia dan orang lain yang pantas yang membaca kesaksian saya dan dia membutuhkan pinjaman untuk menghubungi
Mrs. MARIA ALEXANDER via EMAIL: (mariaalexander818@gmail.com) (Whatsapp: + 1 651-243-8090)
Anda masih dapat menghubungi saya jika Anda memerlukan informasi lebih lanjut melalui EMAIL: suyonoratha@gmail.com

Anda juga dapat menghubungi teman saya KABU-LAYU melalui EMAIL-nya: kabulayu18@gmail.com
terima kasih sekali lagi untuk membaca kesaksian saya, dan semoga Tuhan terus memberkati kita dan memberi kita kehidupan dan kemakmuran.