07 Maret 2012

Merindukan Indonesia Air Show

Di sms kalau harus menyelesaikan hutang tulisan, membuat saya kembali harus membuka arsip arsip digital.

Saya memang jatuh cinta dengan pesawat udara, terutama jenis tempur.  Akselerasi, ketangguhan dan keanggunan dilukis dengan sempurna melalui pesawat pesawat tersebut. Walaupun saya  akan menolak mentah mentah bila diajak joy flight dengan pesawat tempur. Naik kora-kora atau halilintar di Dufan saja saya ngeri apalagi harus berada dalam kabin kaca kecil, berjungkir balik dengan kecepatan mach 1.2 yang melebihi kecepatan suara. Entah ya, kalau saya jatuh cinta dengan pilotnya..:)

Dari Mustang P-51 atau dikenal dengan Cocor Merah yang menjadi cikal bakal team aerobatik Indonesia, disusul MIG-15 yang memperkuat formasi Angkatan Udara di tahun 1959, lalu MIG-17 buatan Uni Sovyet yang membentuk formasi aerobatik Indonesia walaupun belum mempunyai nama resmi.  Saat itu MIG adalah salah satu pesawat yang tercanggih pada masanya.

Saat hubungan dengan Uni Sovyet mendingin, Indonesia menerima F-86 Sabre buatan Amerika yang juga adalah antisipasi militer mereka terhadap kecanggihan MIG-15.  Seperti negara pembuatnya, MIG-15 dan F-86 pernah berjibaku dalam perang korea.

5 unit pesawat F-86 menjadi pesawat aerobatik TNI AU dan team tersebut dinamakan Spirit 78.  Lalu Spirit 85 dengan menggunakan Hawk MK-53 persis seperti jagoan aerobatik dunia "Red Arrows"

Akhirnya saat kuliah, saya sempat menyaksikan team aerobatik Indonesia Elang Biru menunjukkan formasi akrobat melukis langit dengan F-16, pesawat tercanggih di tahun 1996.

Saat mendebarkan melihat Sukhoi Su-30 buatan Uni Sovyet bergerak mematuk cakrawala Cengkareng disusul dengan demonstrasi team "Red Arrows" dan "Golden Dreams".  Saya berlarian ke segenap sudut pameran mencoba menangkap momen terbaik yang nyatanya memang hanya sekali didapatkan sampai saat ini.

O ya, tiba tiba teringat di tahun 1996 itu ada pilot dari team Elang Biru yang ganteng, namanya Agung Sasongkojati.  Ternyata sekarang tidak seganteng dulu ya...sudah buncit perutnya, maklum pangkatnya sekarang sudah kolonel...ha..ha

Saat ini Elang Biru telah berganti nama menjadi Jupiter dan menggunakan KT-1B Wong Bee, buatan Korea.  Pesawat dengan propeller ini telah dicat berwarna merah putih cantik sekali.

Ingatan saya juga mencetak nama Nurtanio yang tersembunyi di balik bayang bayang Habibie.  Orang dari masa lampau yang mengawali masuknya Indonesia dalam industri kedirgantaraan. 

Nurtanio Pringgoadisuryo, namanya bisa disejajarkan dengan Iswahyudi, Abdurahman Saleh dan Adi Sucipto.  Seorang aero modeller yang merancang pesawat yang sesuai dengan kebutuhan rakyat Indonesia di tahun 1958 dengan memperkenalkan pesawat Gelatik untuk kegunaan pertanian. 

Namun barangkali Nurtanio tidaklah berjiwa megalomania seperti pejabat pejabat orde lama. Wawasannya yang luas dan membumi tidak cocok dengan situasi Indonesia, sehingga perlahan ia tersingkir dari tingkat para pengambil keputusan.

Tapi Nurtanio tetaplah seorang pekerja keras, ia tetap menciptakan pesawat dengan memanfaatkan .rongsokan komponen pesawat yang ditemukan di gudang.

Nurtanio gugur di tahun 1966 saat menguji coba pesawat Arev atau Api Revolusi.  

Nurtanio yang namanya sempat diabadikan dalam Industri Pesawat Terbang Nurtanio sebelum diganti menjadi Nusantara akhirnya meredup.  Lagi lagi bangsa ini gampang sekali melupakan sejarah.

Kapankah ada Indonesia Air Show lagi,,,,saya sungguh merindukan momen itu.

Tidak ada komentar: