20 Februari 2012

Palembang

Baru saja kata kata teman sebelah saya berlalu, tiba tiba terasa guncangan keras.

Pesawat terlambung dan kembali menyentuh bumi lalu meliuk di landasan. Reflek saya mencengkeram lengan mas Hadi dan Zaki yang duduk mengapit.

Saya selalu benci saat roda pesawat menyentuh landasan pertama kali karena selalu berguncang dan kali ini touch down-nya lumayan keterlaluan.

Penerbangan Palembang-Jakarta sebenarnya baik baik saja jika tidak ada kejadian seperti itu.

Tapi, baiklah insiden itu segera saya lupakan...selamat bertemu kembali Jakarta, tempat rejeki dan maksiat berseliweran.


Menyeret koper, mencangklong notebook, tas dan tripod...peralatan standar, saya segera bergegas menembus deretan orang orang yang berlalu lalang di Soekarno Hatta.  Menuju pool taksi burung biru.  Menggeleng berkali kali menolak para calo yang menawarkan kendaraan.

Sehari sebelumnya, saya berada di tempat yang sama saat matahari masih bersembunyi, subuh belum lama berlalu.  Berbaur bersama para calon penumpang lain, mengejar jadwal pesawat.

Di Palembang, selepas menyelesaikan pekerjaan, kami bertiga keluar dari hotel menuju river side, resto di pinggiran Musi, di seberang benteng Kuto Besak.  Mengamati makanan yang dipesan, menyeringai saat melihat angka yang tertera dalam bon.

Keesokan siang, setelah check out, segera menuju Warung Sophia, yang terkenal akan udang galahnya. Zaki sudah menyodorkan review makanan dari Bondan Winarno,,,gak kenyang kenyang sih anak ini.  Warung itu berada di jalan kecil, nyempil.  Namun sebelumnya sempat mampir ke wisma atlit Jakabaring.  Menyeberangi jembatan Ampera, menuju hulu.  Wisma itu sekarang sepi,,,rasanya Pemda Sumatera Selatan sebentar lagi akan kehabisan dana untuk perawatan, cerita klasik contoh pembangunan tanpa perencanaan.

Namun sempat melihat beberapa logo perusahaan tambang terpampang di dinding beberapa gedung cabang olahraga.

Sesuai niat awal, taxi dibelokkan ke warung sophia....seperti yang diduga, 2 teman saya nampak kalap melihat udang raksasa.  Saya hanya bisa termangu melihat parade makanan di meja, akhirnya memilih mengambil lalap, sambal dan rempeyek.  Sempat mencicip sedikit rasanya udang galah,,,ah, biasa aja deh..
Saya malah tertarik dengan sambal tempoyak terbuat dari durian yang difermentasi, butuh beberapa saat bagi lidah untuk mengadaptasi rasanya.  Sepertinya kalau saya lebih lama di Palembang akan menyukai rasa tempoyak ini


Selesai makan, kita sepakat menuju pinggiran sungai musi untuk mencoba perahu...tawar menawar dengan pemilik perahu, sampai akhirnya menghenyakkan pantat dalam perahu yang akan mengantar menuju Pusri.

 Air sungai yang coklat tampak berangguk angguk tenang, mengamat tepian musi yang padat, tampak Port of Palembang, kapal-kapal yang akan menuju Bangka dari Boom Baru
.
  Sayang sungai Musi yang merupakan urat nadi kota Palembang belum tertata baik, layaknya sungai besar di Indonesia, sungai hanya menjadi beranda belakang tempat membuang sampah belum ada niat dari pemerintah untuk menjadikan Musi sebagai beranda depan dan juga sumber air bersih yang harus dijaga.
Akhirnya kami harus meninggalkan Palembang, Satu nilai plus, airportnya bagus dan nyaman.
Saya melirik jam tangan, seperti biasa antrian taxi di Soekarno Hatta cukup panjang di jam jam segini

 Langit malam ini cerah sekali, maklum dengan perjalanan panjang berikutnya dari airport menuju sawangan.

Melirik email yang masuk ke BB, dan membaca pesan yang masuk.  Suami masih di Singapore dan masih belum kembali sampai hari Minggu.  Segera menggeleng saat ditawari mau oleh oleh apa...Haahhh, apa menariknya Singapore!!!....such an artificial country.



.Kangen dengan Asyar,,,kemarin ia menelepon memberi tahu kalau gas macet, saya terpaksa menelepon tukang gas,,,jauh jauh di palembang telpon tukang gas di rumah,...halahhhh..!!!









Tidak ada komentar: