23 Maret 2011

HOY ,,,BANJAR

Saya tidak tahu kenapa timbul ide untuk ke Banjarmasin, semula hanya pembicaraan iseng berlanjut dengan pemesanan tiket on-line. Tak ada salahnya, pikir saya, mumpung ada kesempatan cuti.

Pesawat mendarat di bandara Syamsudin Noor pukul 12:45 siang, Memasuki bandara saya mengedarkan pandangan, nyengir sekilas,,,tentu saja tidak ada mesin minuman otomatis seperti di bandara Soetta dimana saya cukup menyodorkan uang 5,000 perak dengan catatan uangnya masih layak, tidak lecek, sobek atau basah, pencet tombol,,keluarlah Milo panas.

Menyandang ransel lumayan berat, celingak celinguk dengan teman mencari penjemput, Kak Ijul

panggilan akrab Zulkifli penjemput kami ternyata sudah datang. Biasanya orang orang datang dengan mobill xenia atau avanza, ternyata mobil yang dibawa adalah mitsubishi double cabin,,,ups,.. di Jakarta ini termasuk mobil keren, ternyata disini dipakai untuk meninjau daerah tambang katanya.

Sepanjang jalan dari Bandara, Kak Ijul banyak bercerita tentang polah orang Banjarmasin. Banyaknya OKB di Banjarmasin, bagaimana tidak kaget,,lanjut Kak Ijul..dari orang yang kerjanya duduk duduk sambil sarungan dan ngopi di teras rumahnya ternyata di halamannya terdapat hasil tambang batu bara yang sekali pengapalan bisa bernilai milyaran.

Lagi kata Kak Ijul, orang Banjar itu gemar sekali naik haji, bisa sepuluh kali mereka naik haji...tidak heran jika musim haji ada penerbangan Garuda dari Banjarmasin langsung ke Jedah.


Mobil memasuki perumahan Bunyamin Residence, saya menemukan konstruksi yang lain dari rumah rumah di Jawa, yaitu penggunaan kayu galam. Kayu itu ternyata syarat mutlak untuk pondasi rumah di daerah Banjarmasin yang hampir semuanya merupakan tanah rawa. Kayu kayu itu ditanam di rawa sebelum ditimbun dengan cor cor-an. Kayu galam mempunyai bentuk unik, jika diraba kulit kayunya bisa dikelupas dengan mudah,,,sekilas terkesan lunak,,ternyata bila direndam di air rawa akan semakin kuat.


Untuk pondasi tanah 3 x 8 meter saja dibutuhkan hampir 3 ribu batang kayu galam yang harus dipendam dalam tanah dengan harga perbatang sekitar 8 ribu rupiah. Tidak heran harga rumah permanen di banjarmasin bisa 3 kali lipat harga rumah di Jawa. belum lagi harga semen, besi yang lebih mahal karena semua didatangkan dari Surabaya.

Lagi lagi saya menemukan hal unik di perumahan itu,,,perumahan itu ternyata termasuk elit menurut ukuran saya,, luas tanah yang rata rata 8 x 18 meter ternyata banyak dibangun design rumah modern, rata rata punya 2 mobil bahkan ada yang bermerk Hummer atau Wrangler...padahal di Jakarta perumahan model begitu, paling di garasinya hanya punya 1 mobil, kalaupun ada 2 paling merknya sekelas avanza atau innova lah.

Haji Bunyamin yang memiliki proyek proyek real estate dengan label namanya sendiri, kabarnya memiliki 9 orang istri,,,halah,,,,kalah dong Nabi. :), kabarnya minimarket yang lumayan besar di komplek perumahan ternyata milik istri yang nomer sekian. Salah satu ciri khas laki laki Banjar yang kaya,,istrinya dimana mana..he..he. Harap dicatat minimarket waralaba seperti Alfa atau Indomaret seperti belum ada atau saya yang tidak melihat.

Kuliner banjarmasin tidak terlalu cocok untuk saya, cenderung manis. Soto Banjar yang biasa tampil sophisticated di stand kawinan Jakarta kali ini tampil dalam bentuk aslinya dalam piring, terlihat raw, garang dengan kuah keruh coklat. Sekali masih ok, yang kedua mending tidak usahlah..he..he...Saya dibikin klenger dengan wadai bingka yang gurih manis dengan rasa telur itik yang over powering,,,gleekk....saya masih merasa horror bila mengingat rasa wadai bingka itu.

Kunjungan pasar terapung sungguh sangat menarik, jam 5 pagi kami sudah berangkat menuju sungai martapura tidak jauh dari komplek perumahan,,berhenti di sebuah rumah di pinggir sungai dan pindah ke perahu kelotok..menyusuri sepanjang sungai yang akhirnya bermuara ke sungai Barito. Sungai Martapura berair keruh coklat, di kiri kanan terdapat rumah rumah penduduk, tidak sekumuh Ciliwung. Warga menggunakan air sungai untuk mandi dan mencuci. Di lokasi pasar, ternyata banyak ibu ibu dengan cekatan berdayung dengan sampan berjualan hasil bumi. Soto Banjar juga dijual disana,,,jangan tanya dimana mereka mencuci piring dan gelas setelah digunakan ya,,,he he


Ini dia sungai Barito, urat nadi Kalimantan Selatan. Sungai ini dapat dilalui kapal tongkang batubara berbobot lebih dari 8000 ton. Terlihat kapal Tongkang bertuliskan Sampun sedang buang sauh di tengah sungai.

Memiliki kapal tongkang adalah cita cita Kak Ijul,,,harganya 25 milyar untuk tongkang kelas menengah, tongkang tersebut dapat mengangkut muatan sebanyak 8000 ton.

Kunjungan berikutnya adalah Museum Lambung Mangkurat,,,yang disambut dengan erangan dari tuan rumah...ha..ha..

Kondisi museum cukup memprihatinkan,,,,kalau pernah melihat museum Ullen Sentalu pasti langsung meringis melihat museum Banjar ini, tiket seharga 1500 perak,,,yang berkunjung hanya segelintir orang,,,,Penataannya juga tidak menarik, kusam..menyedihkanlah.

Sayang dengan hasil tambang yang berlimpah harusnya pemda Banjar menaruh perhatian lebih banyak terhadap pendidikan.

Tidak ada komentar: