06 Maret 2011

Gerakan 30S

Dari beberapa buku tentang G30S (tidak boleh lagi mencantumkan kata PKI setelah kata G30S, karena banyak fakta yang meragukan gerakan itu adalah murni gerakan PKI) katakanlah buku Dalih Pembunuhan Masal dari John Rossa yang dilarang oleh Kejakgung, analisis dari Asvi Warman Adam, Pledoi Pembelaan Soebandrio, Menyingkap Kabut Halim, Cornell Paper-nya Ben Anderson (sayang, belum terbaca lengkap) atau kilasan analisa Harold Crouch, semua sepertinya sepakat bahwa gerakan itu mustahil dibuat oleh PKI secara bulat.

Mungkin disini saya tidak boleh memakai kata Kudeta, lebih tepat jika dipakai kata Putsch yang berarti sekelompok orang dari suatu bagian dari angkatan bersenjata (militer) yang bertujuan merebut kekuasaan.

Namun dari mana ide Putsch tersebut? apakah PKI berhasil membujuk para perwira yang menjadi simpatisannya untuk melakukan makar? Terlibatkah Soeharto dengan peristiwa tersebut mengingat dari Angkatan Darat sebagai pelaku utama berasal dari Divisi Diponegoro. Apa Soekarno mengetahui bahwa jenderal jenderal tersebut akan dihadapkan kepadanya namun tidak menyangka mereka akan dibunuh.

Dari beberapa buku diperoleh keterangan bahwa isyu tentang adanya gerakan tersebut telah beredar dan tidak hanya Soeharto yang memperoleh informasi tersebut, Ada Komodor Udara Leo Watimena, Jenderal Soetojo, bahkan Waperdam Chairul Saleh sempat menanyakan dokumen yang menyebutkan bahwa PKI akan melakukan makar, walaupun dibantah oleh Aidit. Namun informasi itu berlalu begitu saja, entah karena sudah sangat sering beredar informasi serupa atau bagi beberapa orang hal itu sengaja didiamkan untuk dapat bermain kemudian.

Apakah G30S sengaja disiapkan untuk gagal mengingat kacaunya koordinasi antar pasukan. bahkan menurut sebuah buku, tidak ada radio untuk berkomunikasi antar sesama pasukan di lapangan. Letkol Untung yang disebut sebut sebagai pimpinan gerakan ternyata tidak berada di hierarki paling atas, demikian pula dengan Aidit sebagai ketua CC PKI. Pusat komando justru berada di tangan Sjam Kamaruzaman.

Aneh jika Pasukan Tjakrabirawa yang terlatih ternyata bagaikan pasukan amatir malam itu. Di luar pertanyaan siapa dalang peristiwa itu, hampir semua tulisan dan buku sepakat bahwa Soeharto lah yang paling beruntung.

Soeharto, yang selama ini tersisih karena kasus penyelundupan tidak cocok dengan Ahmad Yani dan Nasution, peristiwa ini membawanya ke pucuk pimpinan Angkatan Darat. Bahkan ia berani menentang Soekarno yang menempatkan Jenderal Pranoto Reksosamudra sebagai caretaker di Angkatan Darat.

Sidang mahmilub yang menempatkan semua yang dituduh terlibat gerakan itu hanya memberikan pilihan hukuman mati atau seumur hidup tidak memberikan kesempatan bagi para tersangka untuk membela diri.

Bahkan Aidit yang harusnya ditangkap hidup hidup untuk dapat diproleh keterangan malah ditembak mati.

Kesaksian Kolonel Latief yang mengatakan bahwa Soeharto telah diberitahu menjelang gerakan, tidak digubris. Chairul Saleh yang dari awal menentang PKI ditangkap hanya karena ia seorang Soekarnois.

Tidak heran setelah Orde Baru banyak kecurigaan diajukan terbuka kepada Soeharto..

Dalam pledoi Sudisman, memang diakui elit PKI mengadakan gerakan, tapi itu ditujukan untuk membawa para Jenderal yang dianggap mbalelo ke hadapan Soekarno bukan untuk membunuh apalagi merebut kekuasaan. Sudisman dengan jantan meletakkan semua kesalahan para pimpinan PKI di pundaknya.

Tak ada tembak menembak antara pasukan AU dengan AD di daerah Halim seperti yang selalu diberitakan, bahkan pasukan AU bersikap aktif dan kooperatif, dibuktikan dengan bolak baliknya Kapten AURI Kundimang membawa pesan saat pasukan Sarwo Edhie berhadapan dengan pasukan AURI

Tak ada bukti penyiksaan dan tari tarian masal seperti yang digambarkan dalam diorama Lubang Buaya. Namun tentara tidak mencegah beredarnya berita palsu tersebut, apalagi Harian Berita Yudha dengan gencar bahkan terkesan memanasi keadaan dengan tulisannya.

Malam Jahanam yang menimbulkan akibat jauh lebih jahanam berupa pembunuhan masal dan diskriminasi puluhan tahun bahkan terhadap orang yang hanya dicurigai. Sebelumnya PKI memang telah bertindak jauh dengan aksi aksi masa mereka dalam melaksanakan land reform yang mengakibatkan terdesaknya para tuan tanah yang kebanyakan adalah para Kyai. Namun pembunuhan masal terhadap ratusan ribu simpatisan adalah tidak dapat dibenarkan. Tentara terlihat sekali mendiamkan kejadian ini.

Untunglah hari hari itu telah berlalu dengan jatuhnya Orde Baru.

Tidak ada komentar: