20 Februari 2011

PABRIK GULA

Sangatlah menarik bila menengok sejarah betapa pentingnya kedudukan pabrik gula pada masa Kolonial. Mengingat Belanda masih memegang monopoli atas gula, tidak heran bila perkebunan tebu menjadi andalan untuk mengeruk gulden sebanyak banyaknya.

Bila membaca literatur lama, terasa dengan jelas bahwa seorang administrator pabrik gula bisa memperlakukan seorang wedana seperti bawahannya.

Bacalah tulisan Pram atau Semaun yang menulis Hikayat Kadiroen,

Pabrik gula menjadi miniatur sempurna atas keadaan Hindia Belanda pada masa itu. Penderitaan buruh pabrik dan masyarakat sekitar pabrik banyak menginspirasi semangat pergerakan waktu itu.

Penghisapan atas manusia, itulah yang terjadi, itulah yang menjadi sumber inspirasi Karl Marx saat menulis Das Kapital. Ajaran Marx yang menginspirasi Soekarno dalam menulis pledoi Indonesia Menggugat.

Di tengah keringat para Buruh, lahir gerakan gerakan sebagai cermin usaha untuk mendapatkan penghidupan yang lebih layak.

Buruh pabrik gula, berada di struktur terbawah dari perusahaan, mungkin berada selapis di bawah buruh batik.

Namun seiring perkembangan jaman, pabrik gula yang dulu seperti wilayah otonom kini tidak terdengar lagi derunya. Pabrik gula kini menjadi wilayah tak bertuan, tidak ada lagi keuntungan yang dihasilkan walaupun orang Indonesia tidak bisa lepas dari gula.

Sayang memang, harusnya pabrik gula bisa menjadi garda depan kemandirian ekonomi Indonesia.

Tidak ada komentar: