05 Agustus 2009

Grameen dan Ekonomi Kerakyatan

Isu yang dibawa Prabowo tentang ekonomi kerakyatan (sekarang dia masih inget gak ya..?) mengingatkan pada salah satu buku yang saya miliki, sangat inspiratif sehingga tetap menyenangkan walau dibaca berulang ulang. Tentang Bank Kaum Miskin.

Sekedar kilas balik, Saat munculnya sekelompok ekonom di tahun 1970-an, kemudian disebut Mafia Berkeley yang dikomandani oleh Widjojo Nitisastro yang membuka keran besar besar untuk pinjaman asing guna kegiatan makro ekonomi di Indonesia, Profesor Muhammad Yunus seorang dosen ekonomi dari Universitas Chittagong Bangladesh justru merasa frustrasi dengan cara kerja Bank Dunia dan kegiatan makro ekonominya. Segala teori ekonomi canggih yang diajarkannya sama sekali tidak berpengaruh untuk merubah kemiskinan akut disekelilingnya.

Saya membayangkan bahwa sistem laissez faire maupun teori invisible hand nya Adam Smith justru memperburuk kondisi masyarakat akar rumput di Bangladesh. Bandul keseimbangan cenderung bergerak ke arah pemilik modal.

Proyek proyek ekonomi yang didanai oleh Bank Dunia sama sekali tidak menyentuh rakyat miskin, sama seperti di Indonesia justru yang diuntungkan adalah pemilik alat produksi.

Di saat yang sama Bank juga menerapkan sistem diluar jangkauan kaum miskin yang kebanyakan buta huruf untuk meminjam uang.

Yunus terkejut saat mengetahui bahwa hanya USD 27 ,pinjaman yang dibutuhkan oleh 42 keluarga termiskin Bangladesh untuk dapat berwirausaha.

Dengan pemahaman itu, Yunus bergerak menemui bank bank konvensional dengan jaminan dirinya sendiri guna mendapat pinjaman yang akan dipinjamkan kembali kepada keluarga miskin. Bagaikan bola salju dari USD 27, akhirnya Grameen Bank didirikan khusus untuk memberikan pinjaman kepada keluarga miskin di Bangladesh. Pinjaman dengan bunga sangat rendah dan sangat fleksibel.

Usaha Yunus menggerakkan wirausaha skala kecil, bukanlah mudah..ia harus menghadapi kendala dari otoritas keagamaan, budaya dan intimidasi lainnya, termasuk diremehkan oleh Bank Dunia. Setelah berhasil pun ia harus menghadapi Bank Dunia yang mengklaim hasil kerja Grameen Bank sebagai kesuksesan mereka.

Yunus sebagai dosen yang menggeluti teori ekonomi tahu benar bahwa makro yang kuat berasal dari mikro yang baik. Bahwa mengabaikan mikro hanya akan merapuhkan sendi sendi ekonomi makro.

Bahwa orang miskin jangan disuapi dengan donasi tapi berilah mereka kesempatan dengan pinjaman modal. Pemberian tunjangan kesejahteraan hanya akan merampas hak mereka untuk berusaha.

Mungkin Indonesia harus menoleh ke Bangladesh, jika ternyata USA juga belajar ke Bangladesh hal itu nyata mencerminkan bahwa negara adi kuasa itu sebenarnya sangat rapuh. Kegiatan ekonomi mereka dikuasai hanya oleh segelintir orang.

Saatnya menguatkan yang mikro, jika orang orang kecil itu menjadi kuat, bandul ekonomi akan tetap berdiri di tengah tengah.

Tidak ada komentar: