27 Mei 2008

Perang Paregreg


yah..baru beli buku "perang paregreg" yg baru aku dpt setelah keliling 3 toko buku. Ini buku terbaru dari Langit Kresna Hadi si pengarang pentalogi gajah mada. Akhirnya dibuku ini LKH kembali pada gaya bahasa seperti pada buku gajahmada yg benar2 berpatokan pada sejarah (syukur alhamdulilah) setelah sempat nyaris seperti SH Mintardja di buku candi murca.

Komentarku setelah baca buku pertama perang paregreg...benar benar merasa tercerahkan. Karena digali dari budaya Osing Banyuwangi yg samar2 aku pernah mendengar kalau Minakjingga yg selama ini digambarkan sbg raksasa jahat ternyata merupakan pahlawan bagi blambangan (dan wajahnya ganteng) dan adlh juga anak dari hayam wuruk dengan biniaji, selir terkasih. Minakjingga adalah nama hinaan utk Bre Wirabumi, pangeran pati yg berarti calon pewaris tahta yg sah.

Entah siapa yg menulis serat Damarwulan yg menggambarkan Bre Wirabumi sbg org jahat.

Membaca perang paregreg seperti membuka lembaran yg menuju terpecahnya Majapahit krn pertikaian antar saudara. Membaca buku ini juga berarti harus menahan perasaan miris melihat kerajaan yg merupakan representasi terdekat dari nusantara hancur lebur.

Sejarah akan mencatat tidak ada lagi kerajaan setelah majapahit dg hayam wuruk dan gajahmada yg mampu menyamai kebesarannya.

Sriwijaya dan Majapahit mempunyai kearifan sbg negara kepulauan yaitu mempunyai angkatan laut yg kuat utk mengawasi keamanan negaranya. Mungkin hanya Demak, satu2nya kerajaan sambungan dari Majapahit yg armada lautnya kuat walaupun daerah kekuasaannya menyempit drastis.

Namun setelah Demak pecah menjadi pajang dan Jipang lalu menjadi mataram, terlupakanlah fakta negara kepulauan dengan dipindahkan ibu kota negara ke pedalaman. Kalau diruntut mungkin seperti nasib Indonesia skrg ini..negara kepulauan terluas dg pulau2 berpencaran tapi tidak terurus krn para pemimpin tidak mengerti konsep negara kepulauan.

Walaupun aku tau nantinya Bre Wirabumi kalah dan tewas dlm perang saudara tsb , tp menarik mengikuti liku2 kehidupan majaphit pasca gajahmada.

Tidak ada komentar: