27 Mei 2008

Romantika Angkot

Angkot sudah menanjak menjadi kebutuhan dasar rakyat Indonesia ..tapi untuk strata marginal alias menengah ke bawah. Utk kalangan atas kita harus susah payah menerangkan apa itu angkot dan fungsinya karena sulit buat mereka membayangkan seperti apa benda yg bernama angkot itu

Ada cerita lucu, kemarin malam saya naik angkot dari halte busway Dep-Tan menuju Pondok Labu. Trayek tsb melalui jalan Margasatwa yg mempunyai banyak tanjakan.

Tanjakan pertama berhasil dilalui dengan terengah engah, tapi tanjakan kedua angkot yg saya naiki KO dan berhenti sebelum akhirnya terpaksa mundur pelan2 guna mengambil ancang2. Kembali dengan terengah engah berhasil menyelesaikan putaran kedua. Dari hasil mencuri dengar...ternyata kampas koplingnya sudah tipis. Sepertinya pemilik angkot belum mengganti kampasnya...dimaklumi, dijaman serba mahal sekarang ini penghasilan dari hasil menarik angkot tidaklah seberapa belum lagi jumlah angkot yg nyaris menyamai jumlah penduduk ..jadi dapat dibayangkanlah betapa sengsaranya mjd supir angkot beranak lima .

Tatkala melewati pasar pondok labu yg tidak terlalu ramai krn sudah malam, tiba2 angkot kita berhenti di depan lapak buah dimana ada 2 ibu yg sedang tawar menawar dg pedagang disitu, Saya sangka sang supir ingin membeli sesuatu...astaga,. kemudian saya baru sadar sebenarnya yg ditunggu adalah ibu2 tsb.... barulah kemudian seperti teringat sesuatu dan beliau bertanya "..Cinere, Bu ?" dengan kalem si Ibu menjawab "nggak" dan pindah menawar ke lapak berikutnya .

Saya yg dari tadi menahan tawa, nyaris terpingkal pingkal. Tapi saya kemudian menyadari betapa sulitnya mencari pemasukan sbg supir angkot sehingga mungkin saat itu beliau sedang melamun dan menyangka ibu2 tsb adlh penumpang.

Untung aja nggak mendadak berhenti di depan warung bakso dan menunggu orang2 yg sedang makan bakso

Tidak ada komentar: