26 Mei 2020

Taman Nasional Way Kambas

Taman Nasional Way Kambas

Mungkin taman nasional yang paling sering didengar dari kecil dan memang merupakan taman nasional yang tertua.  Menurut websitenya taman nasional ini sudah dimulai sejak tahun 1936 dan saat ini luasnya lebih dari 125 ribu ha.

Dari pelabuhan Merak bisa naik kapal feri eksekutif yang hanya makan waktu 1 jam untuk sampai ke pelabuhan Bakauheni, Lampung.  Dari Bakauheni dilanjutkan dengan mobil menempuh jarak kurang lebih 90 km menuju Way Kambas.  Petunjuk dari google map dapat dipakai, jadi tidak perlu khawatir.
Sepanjang jalan cukup menyenangkan, tidak terlalu ramai dan jalan utama cukup mulus.


Karena kami pergi di hari Jumat yang merupakan hari kerja, tiba di Way Kambas sekitar jam 10 pagi dan masih lengang.  Dari pintu gerbang Way Kambas ke dalam perlu waktu beberapa menit dengan kendaraan melalui jalan yang menembus hutan tropis, walapun di beberapa titik nampak ladang milik masyarakat.  Terlihat sekelompok monyet sedang bermain di pinggir jalan.




Para pawang gajah sedang mengurus gajah, beberapa gajah memang sengaja dibawa untuk safari keliling padang.

Untuk 30 menit keliling padang, satu orang membayar Rp 150.000,-  Tentu saja durasi 30 menit bisa mulur jadi 45 menit ternyata, jadi tidak perlu khawatir akan terlalu singkat.



Para penunggang gajah akan diajak mengelilingi padang, melihat halaman tempat patok-patok ikatan untuk mengikat gajah pada malam hari.  Kenapa gajah-gajah itu diikat, padahal ini adalah taman nasional?  Ternyata penyebabnya adalah karena pemukiman penduduk yang sudah dekat dengan area taman nasional menyebabkan sering gajah yang awalnya tidak diikat nyasar ke pemukiman dan merusak ladang penduduk.  Hal ini menyebabkan perselisihan antara warga dan pihak taman nasional.


Gajah yang kami naiki adalah gajah betina.  Pawang gajah mengarahkan gajah-gajah ini untuk menyeberangi semacam kolam lumpur yang lumayan curam lalu naik memasuki semak belukar.  Bertemu induk gajah dan anaknya yang sedang makan, juga gajah-gajah lainnya.  Terdapat juga pondok-pondok untuk menginap pengunjung yang tertarik untuk bermalam sehingga dapat melihat gajah-gajah tersebut dimandikan.



Udara panas yang menyengat kian terasa, sangat disarankan untuk memakai topi selama melakukan safari gajah yang menyusuri padang tanpa perlindungan pohon.  Gajah yang kami naiki memang sudah sangat terlatih dan patuh terhadap pawang.  Ada saatnya pawang gajah turun dari punggung gajah dan membiarkan gajahnya berjalan sendiri membawa kami.




Dan benar saja dari 30 menit durasi bertambah menjadi sekitar 45 menit, puas juga.  Kebetulan mungkin karena bukan hari libur yang berniat safari nampaknya hanya kami saja.
Menyenangkan dan menambah pengetahuan





Tidak ada komentar: