Pernah dengar nama Museum Keprajuritan?
Pasti banyak yang menggeleng. Letaknya yang berada dalam lingkup Taman Mini Indonesia Indah membuatnya tidak populer karena bersaing dengan sekian banyak anjungan dan museum yang berdekatan. Museum ini adalah satu dari empat museum di Jakarta yang berada di bawah TNI
Museum ini diresmikan tahun 1980-an dan sempat menjadi yang termewah pada jamannya. Bangunan yang berbentuk benteng segilima dengan luas kurang lebih 5000 meter di atas tanah 4.5 ha.
Bila didekati akan terlihat kanal yang mengelilingi benteng tersebut. Kanal kering dengan genangan berwarna hijau lumut di beberapa titik.
Di halaman depan nampak dua buah kapal, kapal Banten dan Phinisi. Musim kemarau membuat danau tempat kapal tersebut berada mengering. Menurut pengurus museum ada kebocoran yang membuat air di danau tersebut lebih cepat surut.
Bergerak masuk ke dalam benteng terdapat lobby besar dengan beberapa kotak kaca berisi boneka peraga seukuran manusia dengan kostum prajurit tradisional dari beberapa daerah di Indonesia. Di tengah terdapat taman dengan patung-patung pahlawan pra kemerdekaan. Ada sekitar 23 patung yang terbuat dari perunggu.
Boneka dalam kaca tampak lebih banyak lagi di lantai dua. Terdapat juga diorama yang mengisahkan perang-perang di daerah.
Dari atas atap benteng kita bisa melihat pemandangan ke sekeliling.
Sayangnya kondisi museum yang kurang terawat menjadi kekurangan dibalik megahnya gedung. Koleksi yang berdebu, cahaya yang suram terutama di lantai dua terasa kurang nyaman di antara pandangan mata boneka prajurit.
Profil dan ekspresi boneka prajurit dalam kotak kaca itu benar-benar nyaris seperti manusia biasa. Menurut yang saya baca, patung dan boneka prajurit dikerjakan oleh Edhi Sunarso, pematung terkenal dengan salah satu karyanya adalah Patung Pancoran.
Yang luput dari pandangan mata adalah fragmen batu yang berada di bawah benteng. Pengunjung harus turun ke bawah, ke kanal jika ingin mengamati dengan lebih jelas. Sebenarnya fragmen ini dulunya dapat dilihat dengan menggunakan perahu mengelilingi benteng. Air dalam kanal dahulu memang digunakan oleh para pengunjung untuk berperahu melihat fragmen yang mengilustrasikan peperangan di Indonesia.
Sebenarnya beberapa spot cukup bagus untuk pemotretan, halaman depannya yang luas sepertinya sering dipakai untuk pemotretan pre wedding.
Museum ini selalu terlihat sepi, Di dalamnya terlihat muram seperti warna dinding benteng yang kelabu. Beberapa perbaikan mutlak diperlukan seperti pembersihan diorama, penambahan lampu dan perubahan penataan,
Koleksinya pun perlu ditambah, mengingat ruangan luas yang cenderung kosong.
Pasti banyak yang menggeleng. Letaknya yang berada dalam lingkup Taman Mini Indonesia Indah membuatnya tidak populer karena bersaing dengan sekian banyak anjungan dan museum yang berdekatan. Museum ini adalah satu dari empat museum di Jakarta yang berada di bawah TNI
Museum ini diresmikan tahun 1980-an dan sempat menjadi yang termewah pada jamannya. Bangunan yang berbentuk benteng segilima dengan luas kurang lebih 5000 meter di atas tanah 4.5 ha.
Bila didekati akan terlihat kanal yang mengelilingi benteng tersebut. Kanal kering dengan genangan berwarna hijau lumut di beberapa titik.
Di halaman depan nampak dua buah kapal, kapal Banten dan Phinisi. Musim kemarau membuat danau tempat kapal tersebut berada mengering. Menurut pengurus museum ada kebocoran yang membuat air di danau tersebut lebih cepat surut.
Bergerak masuk ke dalam benteng terdapat lobby besar dengan beberapa kotak kaca berisi boneka peraga seukuran manusia dengan kostum prajurit tradisional dari beberapa daerah di Indonesia. Di tengah terdapat taman dengan patung-patung pahlawan pra kemerdekaan. Ada sekitar 23 patung yang terbuat dari perunggu.
Boneka dalam kaca tampak lebih banyak lagi di lantai dua. Terdapat juga diorama yang mengisahkan perang-perang di daerah.
Dari atas atap benteng kita bisa melihat pemandangan ke sekeliling.
Sayangnya kondisi museum yang kurang terawat menjadi kekurangan dibalik megahnya gedung. Koleksi yang berdebu, cahaya yang suram terutama di lantai dua terasa kurang nyaman di antara pandangan mata boneka prajurit.
Profil dan ekspresi boneka prajurit dalam kotak kaca itu benar-benar nyaris seperti manusia biasa. Menurut yang saya baca, patung dan boneka prajurit dikerjakan oleh Edhi Sunarso, pematung terkenal dengan salah satu karyanya adalah Patung Pancoran.
Yang luput dari pandangan mata adalah fragmen batu yang berada di bawah benteng. Pengunjung harus turun ke bawah, ke kanal jika ingin mengamati dengan lebih jelas. Sebenarnya fragmen ini dulunya dapat dilihat dengan menggunakan perahu mengelilingi benteng. Air dalam kanal dahulu memang digunakan oleh para pengunjung untuk berperahu melihat fragmen yang mengilustrasikan peperangan di Indonesia.
Sebenarnya beberapa spot cukup bagus untuk pemotretan, halaman depannya yang luas sepertinya sering dipakai untuk pemotretan pre wedding.
Museum ini selalu terlihat sepi, Di dalamnya terlihat muram seperti warna dinding benteng yang kelabu. Beberapa perbaikan mutlak diperlukan seperti pembersihan diorama, penambahan lampu dan perubahan penataan,
Koleksinya pun perlu ditambah, mengingat ruangan luas yang cenderung kosong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar