17 September 2009

Antara Noordin dan Munir

Wajah Kapolri Bambang Hendarso Danuri berseri seri, betapa tidak karena bintangnya seakan makin moncer belakangan ini. Kabar terbaru anak buahnya berhasil membunuh Noordin M. Top, teroris paling top se Asia. Tuntas juga akhirnya perburuan jaringan teroris yang memakan waktu bertahun tahun. Perburuan yang nyaris serupa dengan reality show.

Keberhasilan yang disambut gempita saat konferensi Pers karena bagaimanapun perang melawan terorisme adalah jargon yang paling populer saat ini.

Masih ingat tayangan bom Bali dan Marriot 2 dimana para korban yang umumnya orang asing bergelimpangan.

Anggaplah saya rasis, namun tidak bisa tidak ada sesuatu yang menggelitik syaraf usil saya. Apakah harus bule yang jadi korban baru polisi kita jor jor-an memburu para pelaku.

Bagaimana dengan kejahatan lain seperti misteri pembunuhan Munir misalnya, tampaknya polisi bermalas malasan dalam mengungkap pelakunya. Belum lagi kasus hilangnya Wiji Thukul.

Justru dalam bidang kejahatan kemanusiaan, Polisi tampak abai dengan kasus 2 pendekar hak asasi manusia itu.

Bagi saya pribadi pemecahan pembunuhan dua orang penerima penghargaan Yap Thiam Hien award tersebut lebih berharga dibanding pengejaran 100 orang Noordin M. Top. Kematian dua orang yang sangat menghargai kehidupan sangat menyakitkan dibandingkan kelakuan Noordin M. Top yang menghargai murah nyawa manusia. Satu Noordin mati masih ada Noordin lain, namun belum tentu ada pengganti Munir.

Kelakuan Noordin memang menjijikkan menebar teror sekaligus benih keturunan dimana mana, tapi yang paling mengecewakan nampaknya media terpancing untuk mengekspos habis habisan dan polisi akhirnya menjadi banci tampil.

Tampak luar kejahatan telah ditumpas tapi sebenarnya kejahatan dalam bentuk lain telah lahir. Pengkhianatan terhadap rasa kemanusiaan dan keadilan. Aib yang jelas terlihat tapi tidak dirasakan.

Betapa tragisnya, nyawa Munir dan Wiji Thukul seperti tidak ada apa apanya dibanding nyawa bule bule tersebut. Kematian mereka tetap tersembunyi rapat tanpa niatan untuk menguaknya.

Tidak ada komentar: