09 Mei 2009

Perubahan Sosial Yogya dan Sultan HB IX

Sebelumnya saya tidak bermaksud secara khusus mengenal lebih dalam tokoh ini. Tapi 2 buku terakhir yang dibaca membahas tentang Sri Sultan HB IX.

Yang menarik adalah buku dari Selo Soemardjan yang membahas perubahan sosial di Yogyakarta. ternyata ini adalah salah satu buku babon sosiologi....beruntung banget aku bisa dapat ini. Bahwa ternyata Sri Sultan berpandangan selangkah lebih maju dari para pendahulunya dalam menyikapi perubahan sosial yang membawa pengaruh terhadap kedudukan para keluarga Istana.

Bahkan beliau yang mendorong para bangsawan ini untuk bekerja keras, membuka pintu pintu keraton simbol keangkuhan masa silam dan mempersilakan rakyatnya masuk bertemu dengannya serta menyelesaikan masalah keseharian. Kesadaran bahwa sudah saatnya kehidupan keluarga istana yang serba mewah harus diakhiri karena di luar tembok bermunculan para akademisi yang mempunyai kemampuan melebihi kaum bangsawan. Mungkin mirip dengan fenomena para mbok Mase di Surakarta.

Bagaimana ia bekerja membentuk badan badan yang mengelola ekonomi rakyat, mengenalkan sedikit demi sedikit administrasi kepegawaian kepada rakyatnya dan membimbing rakyat untuk mulai berinisiatif dalam penyelesaian masalah.

Tidak seperti saudaranya di Surakarta yang masih sibuk dengan perselisihan kuno Surakarta-Mangkunegaran. Ia justru tidak segan segan bekerja sama dengan Paku Alam demi melancarkan tugas tugasnya.

Memang tidak semua pekerjaannya berhasil karena adanya benturan benturan dengan partai politik maupun ketidaksiapan para personil yang ditunjuk, tapi itu merupakan pembuktian bahwa ia memang memiliki ketajaman visi yang seharusnya dimiliki oleh seorang Raja.

Di tangannya Yogyakarta dengan selamat mengarungi masa masa panas pasca proklamasi kemerdekaan.

Tidak ada komentar: