23 Februari 2009

NOVEL dan FILM

Sepertinya akan makin banyak film Indonesia yang diadaptasi dari novel terkenal. Setelah sukses dengan Ayat Ayat Cinta dan Laskar Pelangi. Giliran Ketika Cinta Bertasbih yang juga berasal dari novel juga bersiap untuk diputar tahun 2009.


Di atas semua itu ada satu dua karya besar yang menunggu untuk difilmkan, salah satunya bahkan sudah menjadi pembicaraan lama di berbagai milis dan blog, yaitu BUMI MANUSIA karya Pramoedya Ananta Toer. Menurut kabar yang beredar hak untuk membuat film itu telah dijual kepada Elang Perkasa Film, sementara yang akan menyutradarai adalah Garin Nugroho. Tapi ada pula yang menyatakan bahwa Garin mengundurkan diri dari proyek tersebut.


Tapi andaikan Novel itu benar akan difilmkan,,,maka bisa jadi film tersebut akan menjadi sesuatu yang ditunggu tunggu melebihi Laskar Pelangi mengingat banyaknya pecinta karya karya Pram di Indonesia dan kontroversi yang selalu menyertai karya karyanya. Novel itu pula yang sempat mengantarkan Pramoedya menjadi kandidat penerima Nobel bidang sastra.


Kabar yang lebih jelas adalah dari website film alternative (www.filmalternatif.org) mengenai rencana akan difilmkannya novel RONGGENG DUKUH PARUK (RDP) karangan Ahmad Tohari yang juga popular dan merupakan karya terbaik selain BUMI MANUSIA dan telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris, Jerman, Belanda, Jepang serta Cina. Kisah yang dilatarbelakangi kemiskinan di Banyumas dan tragedi di tahun 1965.


Semula hak untuk memfilmkan novel tersebut telah dibeli oleh Indika, namun tampaknya telah dijual kembali dan kabarnya Shanti Harmayn yang akan memproduseri film tersebut sedangkan posisi sutradara sementara akan diduduki oleh Ifa Isfansyah yang sedang memproduksi film GARUDA DI DADAKU.


RDP sendiri sebenarnya pernah difilmkan pada tahun 1983 dengan judul DARAH dan MAHKOTA RONGGENG disutradarai Yazman Yazid dengan pemain Enny Beatrice dan Ray Sahetapi, namun sayang film ini terjerumus menjadi film yang sekedar mengeksploitasi tradisi seksual ronggeng itu sendiri.


Mungkin bila masih ingat film Rara Mendut yang disutradarai oleh Ami Priyono. Secara kualitas film ini memang diatas RDP terlihat dari pemilihan pemainnya: Meriam Bellina sebagai Rara Mendut, Mathias Muchus (Pranacitra) dan WD Mochtar (Tumenggung Wiraguna) namun film ini pun kurang berhasil menerjemahkan apa yang telah dilukiskan YB Mangunwijaya pengarangnya yaitu menampilkan perlawanan gadis pesisir melawan hegemoni bangsawan tua yang berkuasa.


(dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar: