13 Desember 2016

Melancong dekat rumah

Dari umur 5 tahun tinggal di Depok dan 14 tahun melipir ke Sawangan, wilayah Depok coret tidak juga membuat saya familiar dengan tempat-tempat melancong dengan radius tak terlalu jauh dari wilayah tempat tinggal.

Pemandian air panas Ciseeng yang berjarak tidak sampai 20 km dari rumah misalnya.  Naik mobil hanya butuh waktu maksimal 45 menit untuk sampai di sana.  Tentu saja saya pernah ke tempat itu jauh sebelumnya, saat masih dikelola secara swadaya.  Kesan waktu itu ya, biasa saja.

Bukit kapur di Tirta Sanita
18 tahun kemudian, saya mengangguk saat suami ingin tahu tentang pemandian air panas tersebut.  Yang saya ingat adalah ada bukit batu yang menjulang dan sekaligus sebagai tempat shooting sinetron laga.

Saat menyusuri rute jalan selepas pasar Parung atau disebut juga pasar Prumpung, rasanya memang banyak perubahan, jalan semakin ramai walaupun masih leluasa.  Ruko-ruko sudah banyak dibangun, bahkan kami melewati rute jalan yang membelah komplek perumahan.

Di belokan memasuki komplek pemandian air panas terdapat pos retribusi.  Per mobil dikenakan Rp 5.000,-  lalu saat masuk parkiran ditarik lagi tarif parkir.  Mobil diparkir di komplek pemandian air panas Gunung Panjang yang dikelola oleh warga setempat.

Di lokasi parkir terdapat warung-warung yang berjualan makanan.  Tapi sepengamatan saya warung-warung itu terlihat sepi.  Yang penuh malah toilet, para pengunjung mengantri ingin memakai toilet setelah berendam sepertinya.

Setelah membayar biaya masuk, kami bertiga melangkah naik ke pemandian yang terletak di atas bukit.  Sebenarnya jalan menuju ke atas cukup menarik, sayang tidak terawat, sampah botol plastik dan bekas makanan terlihat berserakan.  Bagaimana kinerja petugas kebersihannya.  
Sampai di atas, kami melihat kerumunan orang dan juga tukang jualan, lah di mana pemandiannya?  
Ternyata di ujung :)

Saya sudah benar-benar lupa wujudnya seperti apa.  Di ujung lorong yang dipenuhi tukang jualan itu terdapat lembah yang pinggirannya membentuk kolam berisi air hangat mengandung belerang alami.  Sebenarnya tempat ini cukup elok asalkan segala lapak jualan, dan pos pungutan dihilangkan, iya di dekat kolam pun masih ada pungutan lagi.

Kami hanya nyengir dan berpandang-pandangan, situasi ramai bikin hilang selera untuk ikut nimbrung berendam.  Akhirnya kami kembali ke parkiran.

Kolam alam di Gunung Panjang

Di seberang terdapat taman wisata Tirta Sanita, yang ini dikelola oleh pemda setelah sebelumnya dikelola oleh swasta.  Di sini per orang ditarik biaya Rp 15.000.  Sudah banyak wahana permainan anak di sini dari ATV, jalur kereta monorail, komidi putar dan lain-lain.  Bukit batu kapur yang saya ingat terdapat di sini.  Dulu sepertinya air hangat terlihat melimpah, tapi sekarang sumber-sumber air panas yang dulunya terlihat menggelegak di sana sini tidak terlihat lagi.

Pengunjung sebenarnya tidak terlalu ramai layaknya kebun binatang Ragunan saat libur, lumayanlah.

Untuk berendam terdapat kamar-kamar, durasi pemakaian sekitar 15-20 menit.  Sambil menunggu suami dan anak berendam saya memilih singgah di warung sambil minum es kelapa dan sedikit mengobrol dengan ibu pemilik warung.  Si ibu lebih suka kondisi sekarang, saat taman wisata ini dikelola pemda karena merasa ada perbaikan fasilitas.

Sebenarnya selain kedua tempat tersebut ada lagi kolam air panas yang bahkan lebih bagus, letaknya tersembunyi yang dikenal sebagai gunung peyek.  Sayang hari ini sudah terlalu siang jadi kami akan mengunjungi tempat itu besok pagi.

Keesokan pagi, sebelum pukul 7 pagi kami sudah meluncur menuju Ciseeng. 7.45 sudah sampai lokasi, pos retribusi masih belum buka.  Kami langsung ke parkiran kemarin dan iseng bertanya kepada bapak yang menjaga parkiran apa bisa mengantar ke gunung peyek.  Ternyata bisa dan cukup jalan kaki, si bapak malah rikuh saat kami menanyakan berapa tarif yang harus dibayar untuk jasanya.

Menuju gunung peyek

Kami segera melangkah menuju komplek Zeni TNI AD yang berada di sebelah taman wisata, masuk ke komplek perumahan, menyusuri jalan setapak dan turun ke sawah.  Melalui pematang sawah yang licin dan becek akibat hujan semalam itu kami berjalan menerobos alang-alang.

Sekitar 20 menit kami berjalan dari parkiran, di kejauhan terlihat bukit batu kecil, itulah dia kolam air panas gunung peyek atau penduduk sekitar menyebutnya gunung kukusan.  Terlihat samar-samar beberapa orang di atas bukit.

Bukit kecil di gunung peyek


Setelah meloncati parit-parit kecil akhirnya sampai juga di pinggiran bukit, dan kami pun segera menaiki bukit kecil tersebut.  Dan,  dua kolam kecil berair hangat terpampang di hadapan dengan pemandangan sawah di bawah bukit, sungguh instagramable :)

Gunung peyek


Tidak ada pungutan, nihil lapak jualan.  Hanya ada satu keluarga kecil bapak, ibu dan dua anak serta dua anak muda yang sedang duduk menikmati pemandangan plus kami berempat.  Dua anak kecil tersebut hampir selesai berendam dan bapak ibunya bersiap pulang.

Suami dan anak langsung masuk kolam, menikmati landscape yang terhampar.  Saat ini kolam air panas ini belum diambil alih pemda.  Pak Iwan, guide kami mengatakan mungkin tahun 2020 baru akan diambil alih pemda.  Rencananya akan digali lagi kolam di bukit ini mengingat ada sumber air di bawah bukit batu, akan ada sawah yang dikorbankan untuk akses masuk.  


Saya membayangkan  lapak-lapak jualan yang akan memenuhi tempat ini dan hiruk pikuk orang berlalu lalang, mimpi buruk.  Makanya sebelum itu terjadi segeralah ke tempat ini, usahakan pagi-pagi.

Menurut pak Iwan, pendapatan dari parkir di Gunung Panjang saja dalam sebulan bisa mencapai Rp 20 juta dan itu masuk ke kas warga.  Pariwisata memang ladang yang gurih, hanya saja partisipasi masyarakat mutlak dibutuhkan untuk memelihara asetnya, apabila pengelolaan dilakukan secara swadaya.

Walaupun masih terbatas, namun tempat ini mulai dikenal lewat media sosial.  Terbukti saat sedang asyik mengobrol dengan pak Iwan dan dua anak muda yang berasal dari Cinangka, dari kejauhan terlihat beberapa anak muda sedang melewati pematang menuju ke bukit ini. Tak jarang turis mancanegara pun mampir di sini.


Setelah puas kami pun pamitan, ya dari sisi lain muncul lagi para pelancong menuju tempat ini.  Kami segera beranjak sebelum dataran kecil ini menjadi terlalu ramai.

2 komentar:

Baktiar77 mengatakan...

Nah ternyata tempat-tempat menarik di dekat-dekat lokasi kita sendiri kadang malah terlewatkan ya... asyik mulai ikut cari2 tempat disekitar ah :D

Perempuan Itu mengatakan...

Ah kalo deket tempat mas Bek sih banyak yang bagus....NTT gitu loh:)