19 Juni 2011

Dogma agama yang membosankan

Hari ini Kompas memberitakan tentang Steffi Graf, mantan petenis nomer 1 asal Jerman yang memutuskan hubungannya dengan Gereja Katolik Roma.  Kejadian ini sebenarnya sudah berlalu di tahun 1997, namun jadi relevan dengan kondisi mayarakat saat ini.


Desas desus mengatakan bahwa alasan Graf meninggalkan agama Katolik terkait masalah pajak.  Di Jerman terdapat pajak gereja sebesar 8-9 persen dari keseluruhan pajak individu anggota gereja,

Hal menarik lainnya, Gereja Gereja di Austria yang megah mulai kehilangan jemaatnya.

Tampaknya kehidupan sekuler menjadi penyebab berkurangnya perhatian terhadap hidup keagamaan.  Namun dibalik itu pemicu turunnya minat terhadapa lembaga lembaga formal keagamaan karena Orang kini mulai kritis mempertanyakan sejumlah hukum hukum agama yang dinilai berlebihan.

Seperti kata Franz Magnis, banyak aturan gereja yang tidak lagi dimengerti oleh orang kebanyakan seperti kenapa Pastur tidak boleh menikah.  Atau adanya pajak Gereja seperti di Jerman, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan ajaran agama.

Apapun itu, sepertinya ajaran ajaran yang bersifat dogmatis perlahan namun pasti mulai tersingkir.  Diperlukan tafsir tafsir baru yang dapat menjawab tantangan jaman.

Rasanya bukan hanya agama Katolik yang mengalami pergulatan itu, Islam pun sudah sejak lama mempunyai kelompok kelompok umat yang berusaha membuktikan argumen argumen mereka dalam menafsirkan ayat ayat dalam Kitab Sucinya.

Kalau dulu Haji mendapat tempat terhormat, sekarang ini gelar Haji selalu dipandang masyarakat dengan penuh kekritisan.  Sama dengan kedudukan Pastur di Eropa dan Amerika yang kini mulai mendapat sorotan  tajam akibat terbukanya kisah pelecehan yang dilakukan terhadap anak anak.

Mungkin juga orang orang kini mulai bosan mendengarkan petuah petuah yang diambil mentah mentah dari Kitab Suci dan didengungkan seperti kewajiban tanpa jiwa.

Saya dapat membayangkan betapa membosankan mendengarkan khotbah yang itu itu juga, seperti kisah Nabi yang akan memotong tangan Fatimah anaknya jika kedapatan mencuri, maaf saja kisah itu sama membosankannya seperti kisah Yesus memanggul kayu salib untuk menanggung dosa dosa manusia.  Kisah yang selalu diulang ulang saat saya kecil sampai sekarang, sangat menjemukan.  Toh pencuri kakap jaman sekarang dibiarkan bebas dan apakah setelah Yesus memanggul kayu salib, semua manusia langsung suci bebas dari dosa, perlu pembuktian tersendiri.

Jika tidak hati hati lembaga formal keagamaan ini kelak hanya akan menjadi fosil di museum.

Tidak ada komentar: