12 Agustus 2014

Usai Prabowo Mulai Jokowi

Barangkali kita memang patut berterima kasih pada Prabowo dan Jokowi.  

Karena berkat mereka pemilihan presiden kali ini berlangsung meriah, tidak membosankan seperti 5 tahun yang lalu.

Berkat kesediaan kedua tokoh ini untuk menjadi capres tiba-tiba semua orang bergairah mencari tahu dan berpartisipasi baik sebagai voters pasif maupun voters aktif.  Social media begitu hidup dengan banyaknya update dari para sukwan dan sukwati (meminjam istilah tahun '65 untuk akronim dari sukarelawan) tentang capres pilihan mereka.

Deklarasi pencapresan Jokowi tidak akan sefenomenal ini tanpa adanya tokoh Prabowo demikian juga langkah-langkah Prabowo menuju kursi RI1 tidak akan terasa hangat tanpa kehadiran Jokowi.


Mereka sukses meraih pendukung fanatik; haters dan lovers bermunculan mengklaim serba hebat tentang jagoannya dan mengejek lawannya.  Istilah panastak dan panasbung berseliweran di media.  Pendek kata update tentang keduanya tampil dalam hitungan menit mengalahkan serial sinetron Catatan Hati Seorang Istri yang juga sedang jaya-jayamya.

Dan tiba-tiba pemilihan Presiden ke 7 Indonesia ini terasa penuh kegembiraan dan gelak tawa.  Para pelaku industri kreatif kita juga harus berterima kasih pada penemu program photoshop, GIMP dan program foto editing lainnya.  Dengan program foto editing itu kreativitas para editor kian terasah.  

Mereka berama-ramai turun gunung mengeluarkan segenap kemampuannya memproduksi meme-meme kocak yang beredar secara masif dari facebook, twitter bahkan path.  Kita pun terpingkal-pingkal tiada jeda menyaksikan foto-foto dua capres itu habis diobrak-abrik.

Kita juga tidak boleh melupakan pula jasa intervensi pihak asing yang telah menciptakan sosial media seperti facebook, twitter, youtube dan path karena berkat merekalah kampanye viral Prabowo-Jokowi dapat tersebar dengan cepat dalam hitungan menit.  Interaksi publik menjadi hal yang krusial

Apa boleh buat ternyata foto Prabowolah yang paling sering dijadikan obyek bullying.  Setiap ucapannya ditulis ulang dan dijadikan lelucon.  Para editor ini sukses mengkarikaturkan mantan Danjen Kopasus yang biasanya terkesan angker ini.

Entah kesalahan apa yang dibuat oleh Prabowo Subianto termasuk juga tokoh-tokoh partai pendukungnya sehingga tak luput dari kejahilan para editor foto.  Selama sebulan publik puas tergelak.  Benar apa yang dikatakan oleh situs Indoprogress, ketokohan Prabowo sukses membawakan program Indonesia melawak, mengalahkan Anies Baswedan yang menjadi icon Indonesia Mengajar.

Tak hanya Prabowo dan team suksesnya.  Pilpres kali ini juga sukses menahbiskan TV One sebagai TV yang memang beda bersama-sama Puskaptis yang dengan gagah berani menampilkan hasil quick count yang membuat kening orang waras berkerut. Sosial media kembali banjir lawakan.

Setelah itu berbeda dengan Puskaptis yang cuek bebek melanjutkan hidup, TVOne kini  tertatih-tatih berusaha mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap produk jurnalistik mereka.  Berita Palestina menjadi taktik yang jitu untuk meraih simpati.  Dan nampaknya mereka boleh lega atas manuver ini; hasilnya rakyat Indonesia yang mudah lupa menjadi sedikit jinak disajikan berita-berita memilukan rakyat Palestina melawan Zionis Israel.

Seusai pilpres serial lawakan ini masih belum selesai dan hanya berpindah lokasi ke Mahkamah Konstitusi.  Masih ada kelucuan yang tersisa walau publik tak lagi segegap gempita dahulu.  Tercatat orasi Titipan Allah dan mendesak Tuhan yang bikin gempar dan pelakunya harus pasrah menjadi bahan olok-olok seluruh penjuru tanah air.

Saya setuju dengan penulis dari Indoprogress, tingkah polah Prabowo dan pendukungnya mungkin memang lucu, namun menertawakannya terus-menerus juga bukan tindakan yang cerdas malah menumpulkan logika dan nalar kita.  Meme-meme itu boleh saja beredar namun seyogyanya jangan itu-itu saja temanya karena ada agenda lain yang lebih mendesak.

Team Prabowo memang brengsek namun Jokowi juga dikelilingi orang-orang yang tak kalah bangsatnya.  Bahkan sangat berbahaya karena  satu-persatu mereka mulai menagih, mengakui apa yang sebenarnya merupakan kerja tanpa henti dari relawan sebagai hasil mereka.  Bayangkan apa yang akan terjadi saat Jokowi resmi dilantik jadi Presiden

Saatnya kita mengambil teropong mengawasi dengan cermat langkah-langkah para oportunis ini.  Para foto editor dan penggiat social media serta aktivis publik bersiap-siaplah berperang dengan mereka.  Bikin mereka babak belur, merasakan apa yang Prabowo dan teamnya rasakan selama ini.  Pendek kata jangan sungkan menyentil Jokowi dengan kadar yang sama bahkan harus lebih keras dari Prabowo karena kini ia yang menjadi penentu arah kebijakan Indonesia.

Mari kita bikin Indonesia Melawak season 2 lebih bagus dari season 1.


Catatan:
Terima kasih pada situs Indoprogress yang telah menciptakan istilah Indonesia Melawak dan atas inspirasi tulisannya.  Silakan kunjungi: indoprogress



Tidak ada komentar: